Tuesday, 31 October 2017

Registrasi Kartu SIM Card; Hoax Or Not?

Sejak beberapa hari yang lalu, grup-grup di Wa ku  mulai marak dengan BC dari teman-teman yang menyerukan untuk segera meregistrasi kartu SIM Card kita mulai hari ini, 31 Oktober 2017 s/d 28 Feb 2018, karena katanya jika kita ngeyel dan tidak melakukan registrasi ulang, ataupun registrasi tapi lewat dari tanggal tersebut maka;

1. Kita tidak bisa melakukan panggilan
2. Per 15 hari kemudian tidak bisa menerima telpon dan sms
3. Langkah terahir KOMINFO jika masih membandel belum registrasi ulang nomor Anda akan di blokir (setiap operator jaringan hanya boleh memiliki tiga nomor di operator yang sama)
Kemudian dalam BC tersebut juga di jelaskan caranya untuk melakukan registrasi setiap operator telpon seluler yaitu;

Ketik:
ULANG#NO NIK#NO KK#
kirim ke 4444

ATAU :
Cara Registrasi ulang Kartu Via WEB

1. TELKOMSEL
https://mobi.telkomsel.com/ulang
2. INDOSAT
https://indosatooredoo.com/id/personal/support/knowledge-management-system/faq-registrasi
3. XL
https://registrasi.xl.co.id/ulang
4. TRI
https://registrasi.tri.co.id/
5. SMARTFREN
https://my.smartfren.com/prepaid_reg.php
Kontras dengan BC di atas yang menyerukan segera meregistrasi kartu SIM kita, hari ini muncul lagi serangan BC yang bertentangan. Berikut isi BC nya;
Pengumuman harus daftar ulang no.Hp adalah HOAX..
Barusan liputan trans 7 jam 07.05 menit KOMINFO tidak pernah memberikan pernyataan seperti itu. Berita itu HOAXS. Dan data yang diminta itu bisa di salah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan perbankan, karena kata kunci admin kita di bank adalah NIK dan Nama Ibu kandung. 

Hati-hati! Ada kecurigaan registrasi kartu prabayar diviralkan untuk kepentingan pilpres 2019. Data kita nanti akan dipakai orang aseng untuk memilih. Logika sederhanaya kalau semua muslim tidak registrasi ulang dan kartu diblokir, maka yang rugi adalah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, dan itu tidak akan terjadi. Maka hemat saya kita viralkan untuk tidak registrasi. Coba kita pikir secara jernih, buat apa regist nomor KTP dan KK? Karena kalau nomor KK di registrasi maka semua anggota keluarga akan terdeteksi, dan muncul semua no.ktpnya.

Mendapat serangan BC dari dua kubu yang berlawanan yang pro dan kontra terang aja aye jadi galau bin dilema mak’, apalagi sayapun sudah dapat sms cinta nih dari Kominfo.
Udah di tagih nih sama pemerintah data-dataku. Di satu sisi, kalau registrasi, keamanan dataku gimana? Tapi, kalau gak dikasih, nomor yang udah bertahun-tahun kupakai dan udah tersebar sama teman-teman ini bakal diblokir (waduh..gak rela kan yah?). Apalagi sebetulnya mencantumkan nomor kartu keluarga juga rentan penyalahgunaan. Sekali klik, semua data keluar dan terlacak (akun rekening bank, cek BI cheking, akun-akun sosmed). Secara tidak langsung seakan-akan pemerintah ingin memata-matai rakyatnya. Apa cuma gue yang berpikir begini yah?
Entahlah ini pemerintah gimana mau menjamin keamanan data pribadi kita? Lach..data nasabah bank yang jelas jelas private and confidential aja masih bisa diperjualbelikan ke agen-agen asuransi atau credit card (saya sering dapat telpon loh dari agen asuransi atau credit card yang katanya mendapat no.hp ku dari perbankan..hadehh)
Jadi, kasus ini emang layak untuk di cermati sih menurutku, apalagi informasi sensitif yang mengungkap data pribadi memang hendaknya tidak diberikan secara sembarangan, kecuali untuk keperluan yang menyangkut identitas diri secara urgent. Apalagi meminta dokumen pribadi seperti KTP, KK ditambah lagi meminta NAMA IBU KANDUNG, wow case sensitif ini. Biasanya data tersebut digunakan untuk membuka rekening di bank maupun konfirmasi kepemilikan akun, apalagi CYBERCRIME di zaman now juga semakin canggih. Jadi, perlu kehati-hatian jika menyangkut data diri, bukan hanya disebabkan pembobolan akun bank saja, tapi data tersebut sangat mungkin digunakan untuk kejahatan jika jatuh ke tangan yang salah, ya kan?
Yang bikin dilema itu kalau kita gak daftarkan simcardnya, simcard kita itu akan di nonaktif kan oleh pemerintah, sedangkan keamanan data pribadi kita gak terjamin! Jadi kudu gimana atuh ya?! Masih puyeng mak’.
Tapi sepertinya bukan saya aja deh yang galau, saya lihat teman-temankupun banyak yang menyuarakan kegalauannya di sosmed.

Ada yang berpendapat harus registrasi..
Ada yang bilang nggak usah registrasi..

Ada yang mau..
Ada yang takut..
Ada yang masih mikir-mikir..
Ada yang bilang berita hoax..
Ada yang bilang itu nggak boleh diisi kalau bertanya siapa nama ibu kandung, karena nama ibu kandung adalah data paling rahasia yang akan ditanyakan bank ketika ada masalah dalam transaksi perbankan.
Tapi, itu kembali ke pribadi masing-masing lagi sih! Karena itu, sekarang saya belum mengambil keputusan dan belum daftar juga, toh masih panjang juga waktu berpikirnya sampai Februari tahun depan kan? Nah, kalau menurut kalian bagaimana?
#day37
#OneDayOnePost

Monday, 30 October 2017

My Pregnant Resolution

Sudah sejak sebelum menikah, saya sudah rajin membaca buku-buku pernikahan dan parenting punya kakak (padahal waktu itu belum kebayang mau nikah kapan, terlebih punya anak apalagi, belum terpikirkan sama sekali?), tapi gak tau yah, saya suka baca aja, itung-itung sekalian menyiapkan ilmunya. Apalagi semenjak sering nonton acara Hafidz Indonesia di RCTI, kok yah saya sering takjub dan terkesima dengan anak-anak penghafal Al Qur’an itu bahkan tak jarang juga menitikkan air mata saat melihat anak-anak hafidz itu di umurnya yang masih sangat belia tapi sudah begitu fasih menghafalkan ayat Al Qur’an.
Semenjak kemunculan Musa, si bocah ajaib dari Bangka yang berhasil menghafalkan 30 juz Qur’an di usianya yang masih belum genap 6 tahun itu, saya jadi sering kepo dengan bagaimana cara orang tuanya menularkan viru-virus Al Qur’an di rumahnya, sehingga ke empat putra-putrinya (saudara Musa) adalah penghafal Al Qur’an. Dari hasil kepo-kepo, ngobrol-ngobrol dengan teman-teman di grup Ibunda Hafidz Qur’an, dan membaca pengalaman para ibu-ibu hebat yang melahirkan anak-anak hebat, saya merangkum beberapa hal yang ternyata dimulai pada saat anak dalam kandungan. Tapi sebelumnya niat harus sudah terpancang kuat, baru setelah itu berazzam untuk Istiqomah.
Pernah dengar pepatah yang mengatakan “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya?”. Mungkin karena pentingnya perkara kesholehan orang tua yang sangat berpengaruh pada anak, itulah mengapa para salaf dahulu sungguh-sungguh beribadah demi kebaikan anak cucu mereka. Sa’id ibnu musyyaib berkata “Sesungguhnya ketika sholat aku ingat anakku, maka aku menambah sholatku”. Dari perkataan itulah juga saya jadi tahu bahwa ternyata pembentukan generasi Rabbani itu dimulai dari pemilihan pasangan (Eh.. udah jelas yah bahwa laki-laki yang baik hanya untuk wanita baik-baik) dan sejak janin masih dalam kandungan.
Jujur saja, kehamilan kali ini, selain membawa kebahagiaan, tak jarang juga terkadang membawa banyak kekhawatiran buatku. Salah satu kekhawatiran yang paling sering saya rasakan saat hamil ini adalah kelakuan saya yang nggak baik akan berpengaruh kepada anak saya. Kekhawatiran saya makin bertambah saat mendengar ceramah-ceramah agama yang menceritakan bahwa kesholehan seorang anak adalah salah satu buah dari kesholehan orang tuanya. Kalau sudah begini saya jadi banyak ngaca “Ya Allah saya yang begini ini, yang banyak dosa dan aib, yang tidak sempurna ini”, semoga masih Engkau beri kesempatan untuk mendapatkan anak sholeh/sholehah, Amien.
Salah satu cara untuk memperoleh anak yang sholeh adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, setelah itu mulailah kita merancang amalan-amalan yang bisa kita lakukan dan upayakan, mulai dari saat hamil.
Karena itu, di tulisan kali ini saya mau sharing apa-apa saja yang bisa dilakukan ibu hamil untuk berbenah diri, menata keimanan, dan membangun ketakwaan diri. Tujuannya, semoga dengan ini kita mendapat ridho Allah, dan dari rahim kita semoga lahir generasi Rabbani yang taat kepada Allah sebelum taat kepada orang tuanya, yang bersabar, yang mengakar tauhid di dadanya, yang berakhlak mulia, dan selalu istiqomah.
Lalu apa saja yang harus dilakukan?
Pertama-tama harus punya rencana yang tertulis rapi.
Kenapa harus ditulis?
Karena kehamilan sembilan bulan itu sangat amat singkaaaat, nggak berasa cepat sekali berlalunya. Tanpa perencanaan dan target yang jelas maka keinginan untuk berbenah diri itu akan menguap bersama morning sick, pusing, sakit punggung, dan segala kegalauan dimasa-masa kehamilan.
Dan inilah beberapa resolusi yang menjadi targetku dalam mengisi masa-masa kehamilan, tujuannya semoga bisa menjadi kebiasaan dan nular ke anak nantinya, serta bisa menjadi amalan rutin meskipun setelah kehamilan nanti.
1. Perbanyak Baca Al Qur’an
Alhamdulilah kebiasaan membaca Al Qur’an satu hari satu juz sudah saya lakukan bahkan sebelum nikah, namun ternyata setelah hamil perjuangan berODOJ nya jadi lebih berat pemirsah, apalagi kalau udah pusing dan mual terkadang mau buka Qur’an saja sulit, terkadang harus ngaji sambil baring kalau pusingnya kumat. Namun tetap harus di paksain minimal setengah juz kalau bener-bener gak sanggup se-juz, targetnya untuk membiasakan si kecil mendengar ayat-ayat Allah sejak dari kandungan langsung dari lisan bundanya. Umminya Hilyah (pemenang juara 1 Hafidz Indonesia 2013) mengkhatamkan Qur’an 9 kali saat hamil (Masya Allah). Karena itu saya menargetkan minimal khatam 7 kali (takutnya target ketinggian gak tercapai hehe), tapi tetap usaha agar tiap bulan bisa khatam. Amieen.
2. Berzikir dan Wirid
Dalam menjalani kehamilan, tentulah selain perasaan senang, banyak juga kecemasan dan kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan, karena itu dengan berdzikir bisa sedikit menenangkan hati, mengurangi kegalauan, karena hanya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang. Karena itu saya berusaha tiap hari bisa zikir dan wirid khususnya wirid untuk ibu hamil.
3. Menjaga Ibadah Harian
Tadinya mau buat list ibadah harian yang bisa ku centang setiap harinya, namun sampai sekarang belum sempat-sempat. Sebenarnya intinya untuk bisa menjaga ibadah kuncinya hanyalah istiqomah. Ibadah harian bisa meliputi sholat lima waktu yang tepat waktu, sholat sunnah rawatib, duha, tahajud, sedekah, bacaan surah Al Kahfi di dihari jum’at dan Al Mulk sebelum tidur. Jangan lupa progressnya di catat selama sembilan bulan kehamilan agar bisa kelihatan adakah peningkatan. Jangan sampai kita berharap memiliki anak sholeh, sedang amalan masih segitu-gitu aja.
4. Banyak Mendengarkan Murottal Al Qur’an
Banyak yang bilang kalau music klasik bagus untuk janin karena bisa meningkatkan stimulus dan otak janin di dalam kandungan (meskipun belum ada penelitian yang membuktikan), namun ternyata memperdengarkan Al Qur’an jauh lebih bisa membuat otak janin cerdas, karena gelombang suara Al Qur’an bisa merangsang otak dan menstimulus bayi, bahkan saya pernah nonton video di youtube kalau janin di dalam perut tetiba bersujud saat mendengarkan Al Qur’an (Masya Allah). Karena itu, selama menjalani kehamilan ini saya memang lebih banyak mendengarkan murottal dan tidak mendengarkan musik sama sekali (kecuali orang yang stel dan kebetulan kedengaran), agar membiasakan juga si kecil mendengar ayat-ayat Allah sejak dalam kandungan.
5. Menghafal Asmaul Husna
Asmaul Husna ini sebenarnya sudah pernah ku hafal waktu kuliah dulu, namun karena lama gak murojaah lagi akhirnya lupa lagi huhu..
Asmaul husna ada 99. Insya Allah bisa rampung dalam dalam 3 bulanan, asalkan Istiqomah aja. Targetku mulai menghafal saat kehamilan menginjak usia bulan ke empat saat janin mulai bisa mendengar suara. Jadi, secara nggak langsung saya ingin memperkenalkan Allah pada anakku melalui nama-namaNya yang indah. Mengenal Allah dan nama-namanya harusnya diupayakan dengan serius oleh setiap kita, agar semakin cinta kepadaNya.
6. Membaca Buku Tentang Kehamilan dan Parenting
Sejak mengetahui kalau saya hamil, saya mulai rajin mencari info-info, membaca dan mendengarkan pengalaman orang-orang yang pernah hamil, mempelajari kehamilan dan seluk beluknya (beberapa aplikasi dan artikel tentang kehamilan juga sudah kuinstall di hp).
Selain kehamilan, karena fase selanjutnya kita akan menjadi orang tua, jadi saya juga sekarang banyak membaca buku khususnya buku parenting tentang bagaimana mendidik si kecil nantinya. Selain buku, artikel, video dan ceramah keagamaan yang membahas ini juga bisa kita dengar. Pointnya, balik lagi ke target, kita boleh membaca sebanyak mungkin atau mendengar sebanyak mungkin, tapi harus ada target buku-buku apa saja yang akan kita selesaikan selama sembilan bulan kehamilan, ceramah-ceramah apa saja yang ingin kita dengar selama sembilan bulan ini.
7. Memperbaiki Adab dan dan Tingkah Laku
Duhh..saya kalau bicara adab jadi malu sendiri *sungkem sama orang tua*
Adab kan ada buanyaaaaak yah?
Nah, mulai lagi kita pelajari adab dan perilaku yang baik, mulai adab dari bangun tidur sampai tidur lagi. Belajarnya pelan-pelan aja. Yang paling penting untuk point ini adalah adab kita pada Allah, orang tua, suami, teman dan kerabat. Semoga kita dimudahkan.
8. Sedekah
Sedekah bukan dari jumlahnya, yang penting keikhlasan kita berbagi untuk sesama. Mungkin bisa di upayakan dengan program S3 (Sedekah seribu sehari) *dikit banget ya? Cuma seribu perak aja?* Eitss jangan salah, seribu memang tapi istiqomahnya susah banget. Tips untuk amalan ini, sebelum keluar rumah atau beraktifitas jangan lupa sisihkan uang yang mau disedekahkan, pokoknya uang itu harus keluar sebelum hari berganti. Tapi karena di lingkunganku sini susah dengan cara ini, selain gak tau siapa yang mau di sedekahin, karena itu saya ganti dengan sedekah tiap bulan sehabis gajian, tujuannya untuk membiasakan si kecil berbagi untuk sesama juga.
9. Menulis
Selama hamil, sebenarnya setiap hari ada saja pengalaman kehamilan yang ingin kutuliskan, namun terkadang baru buka laptop kepala udah pusing duluan, ditambah lagi perut yang terkadang gak karuan juga. Bersyukur dua bulan ini ikut program ODOP (One day one post) yang mau tidak mau sedikit memaksaku untuk menulis (meski sering rapelan setor link haha).
Namun kedepannya, saya berusaha akan selalu menulis perjalanan kehamilanku dan apa saja yang bermanfaat tentang kehamilan yang saya jalani, sebagai warisan buat anakku nanti hahaha. Saya pernah membaca di status seorang teman bahwa ada seorang ulama yang mendokumentasikan tahap perkembangan anaknya melalui tulisan dan hal itu membuat ikatan emosional keduanya menjadi dekat.
10. Menyampaikan Kepada Si Kecil di Perut Apa-Apa Saja Yang Menjadi Harapan Kita
Saat si kecil sudah bisa mendengar (usia kandungan 4 bulan), baiknya kita sering mengajaknya cerita, memperkenalkan generasi terbaik umat ini, Karena katanya bayi yang sudah bisa mendengar akan memberikan respon juga, jadi gak apa-apa kita sampaikan padanya apa yang menjadi harapan kita saat dia terlahir di dunia nantinya.
Terakhir, do’a, do’a dan do’a. Doakan anak-anak kita sejak dalam kandungan, diiringi usaha kita dengan do’a.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajadnya di jannah (surga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), “Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajad yang tinggi di surga)?”. Di katakan kepadanya, “(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.
Semoga Allah berkenan mengkaruniakan kepada kita anak-anak yang sholeh/ sholehah dan menjadi penyejuk hati orang tuanya. Amiien.
#day36
#OneDayOnePost

Sunday, 29 October 2017

Refleksi Pemuda Zaman Now

Berhubung masih dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang jatuh kemarin tanggal 28 October 2017, kali ini saya ingin menulis tentang refleksi pemuda zaman now.\
Pemuda zaman now memanglah sangat berbeda dengan pemuda zaman orang tua kita dulu. Jika pemuda zaman dahulu begitu kuat, gigih mengejar cita-cita dan memiliki mental yang sekuat baja, pemuda zaman now malah banyak yang terkontaminasi dengan hal-hal berbau negatif, misalnya pergaulan bebas, pacaran gak bener, dan pengaruh gadget yang di luar batas. Sering kali kita mendengar atau membaca berita tentang anak-anak muda zaman now yang terlibat dengan hal-hal negatif seperti tawuran antar sekolah, putus sekolah, narkoba dan putus sekolah, dan masih banyak lagi lainnya. Mungkin juga karena pengaruh masuknya budaya barat dan penggunaan gadget serta sosial media secara berlebihan telah ikut mempengaruhi sikap para pemuda di zaman now.
Misalnya saja mahasiswa zaman now, baru masuk pertemuan perdana kuliah udah merengek minta dibeliin laptop dan motor sama orang tua, pulang kuliah mejeng sana sini, banyak yang kuliah hanya ngasal yang penting absent, ujian, dan lulus, udah kelar persoalan. Padahal, zaman doeloe, orang tua kita kuliah mereka mikir gimana caranya gak terlalu nyusahin orang tua dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sehingga berusaha mengejar beasiswa, malah banyak lagi yang sehabis kuliah masih membantu orang tua di ladang dan sawah. Mental yang dimiliki untuk bisa sekolah sekuat baja. Tekad menjadi lebih baik membumbung dalam dada. Ngoyo dalam hal apa saja jauh. Sebab, tak ada tempat bagi pemuda cemen.
Karena itulah di Negara kita sekarang, angka pengangguran dari pemuda meningkat tajam, belum lagi tingkat kriminal yang juga statiknya naik akibat banyak pemuda yang sekolah gak benar, padahal para pemuda-pemuda ini nantinya yang akan menjadi penerus bangsa, tonggak kelangsungan negara, maju atau tidaknya sebuah negara di masa akan datang akan sangat bergantung pada pemuda sekarang. Pun para remaja zaman now yang kelak akan menggantikan para pejabat dan staf Negara, bahkan ada yang nantinya akan menjadi pemimpin negeri ini.
Menutup tulisan ini, saya hanya ingin berpesan sebagai pemuda yang hidup zaman now, marilah kita belajar sebanyak-banyaknya, menimba ilmu dan bekerja, menjadi pemuda yang punya nilai dan kualitas sehingga bisa berguna untuk keluarga dan tentunya untuk masyarakat dan Negara.
#day35
#Onedayonepost

Saturday, 28 October 2017

My Mom Is Supermom

Berhubung hari ini adalah hari ultahnya mama, karena itu hari ini saya ingin menulis tentang sosok “Supermom” yang kupunya.
Hmm..Mendengar kata Supermom, yang terlintas dipikiranku adalah sosok seorang ibu yang sempurna, yang bisa segalanya, baik sebagai ibu yang bekerja ataupun ibu rumah tangga, yang mengurus anak dengan sebaik-baiknya, pokoknya jadi istri idamanlah buat suami dan Ibu teladan buat anaknya. Woow., Mommy yang luar biasa keren, like “The Perfect Mother”.
Dalam kehidupanku, banyak sekali ibu-ibu hebat disekitarku. Tanteku yang mempunyai anak ‘Down Sydrom’ yang sering jadi bahan cemoohan orang, temanku yang baru menikah empat tahun dengan dua anak yang masih balita, namun sudah diuji sama Allah dengan memanggil suaminya keharibaanNya, sehingga dia harus menjadi single parent untuk kedua anaknya, kemudian tetanggaku yang mempunyai suami yang sakit menahun sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya mencari nafkah, akhirnya beliau yang mengambil alih tugas suaminya sebagai tulang punggung keluarga.
Well., di tulisan kali ini, saya hanya akan bercerita sedikit tentang sosok “Supermom” yang kupunya yaitu “Mama”, orang yang paling saya sayangi dan kagumi didunia ini. Mungkin sebagian orang yang membaca ini akan berpikir “ Ya jelaslah buk dibanggakan, wong Ibu sendiri gitu loh”.
***
Saya dilahirkan dan dididik oleh Ibu yang bekerja. Mama adalah seorang guru di sebuah TK. Aisyiyah di Makassar. Meskipun begitu, tidak lantas melupakan kewajibannya sebagai seorang Ibu. Di rumah kami tidak ada pembantu, jadi Mama menyiapkan semua keperluan anak-anaknya sebelum berangkat ngajar. 

Sebelum shubuh, Mama sudah bangun Tahajjud, dan tidak lupa juga membangunkan kami untuk sholat Shubuh dan membantu menyiapkan keperluan anak-anaknya. Sepulang kerjapun seperti itu, Mama selalu menemani kami mengobrol, mengerjakan PR, sholat maghrib berjamaah dan mengaji setelahnya.
Sebagai anak dari Ibu yang bekerja, saya tidak pernah merasa kehilangan sosok Mama. Makanya saya sering kesel sama orang yang suka nyinyir sama Ibu pekerja yang ‘katanya’ tidak bertanggung jawab dan terkesan menelantarkan anak. Karena saya tahu mama telah mengorbankan banyak hal, termasuk keinginan dirinya untuk mempunyai “Me Time” agar bisa tetap mengurus dan mendidik anak-anaknya. Mungkin setelah saya punya anak nanti, barulah terasa betapa repotnya mama mengurus kami dulu, apalagi dengan status Mama sebagai Ibu bekerja dengan tujuh orang anak.
Saat melihat Mama sibuk membaca buku, belajar terjemahan dan tafsir Al Qur’an, dan sering bertanya masalah ilmu-ilmu agama sama Alm Abba, serta beliau juga aktif dibeberapa pengajian dan majelis taklim. Saat kutanya “Untuk apa sih Ma”? Mama lalu menjawab “ Supaya Mama ngerti terjemahan Al Qur’an, biar nanti bisa menyelamatkan anak-anak mama dari api neraka”.
Setiap kali saya dan saudara-saudara menghadapi moment-moment besar dalam hidup; Ujian, tes, presentasi, sidang skripsi dan lain-lain, Mama pasti bertanya “Inna, nanti ujian jam berapa, Nak? Jangan lupa sebelum presentasi baca doanya Nabi Musa yah yang surah Thoha itu, agar dimudahkan sama Allah menjawab pertanyaannya. Kamu ujian, Mama diatas sajadah, Insyaa Allah hasilnya baik”.
Kemudian ingat, saat saya izin akan pergi merantau karena mendapatkan pekerjaan diluar kota, tidak ada orang rumah yang mendukungku. Alm Abba bahkan melarang anak gadisnya bekerja jauh dari keluarga. Namun, Mama dengan sabarnya berhasil meyakinkan Alm Abba sehingga keluar jugalah izinnya. Mama waktu itu hanya bilang “Pergilah Nak, Mama yakin kamu bisa menjaga diri dan nama baik keluarga, Hati-hati dikampung orang! Mama hanya berpesan, Jagalah sholatmu, perbaiki kualitasnya! Jika sholatmu sudah baik, pasti Allah akan memperbaiki hidupmu! Dan pesan Mama ini, masih nancep hingga sekarang.
Dari Mama pula, saya belajar pentingnya doa dan harapan seorang Ibu kepada anaknya. Dulu, waktu kakak saya SMP pernah diajari Geografi dan membaca peta sama Mama. Mama yang saat itu tidak sengaja menunjuk peta Australia lalu bilang “ Suatu hari nanti, anak Mama juga akan berada disini”. Siapa yang sangka, setelah tamat SMU, kakak sulung saya yang saat itu tidak pernah bercita-cita keluar negeri, Alhamdulilah lulus mendapatkan beasiswa di salah satu kampus favorit di Brisbane, Australia. Padahal waktu itu dia tidak lulus seleksi masuk di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Makassar yang menjadi pilihannya. Rupanya Allah lebih ridho dengan doa mama.
Yah..Mama saya memang “SUPERMOM” .

***
Sekarang, sambil menulis ini saya lalu berpikir, ketika kelak saya menjadi seorang Ibu, bisakah saya menjadi Ibu seperti Mama? Doa apa yang saya punya untuk anak-anak saya kelak? Seberapa besar keyakinan dan kepercayaan diriku akan masa depan anak-anakku nanti? Atau jangan-jangan saya hanya akan menjadi ‘Ibu karbitan’ yang sering mengeluh lalu berkata “ Oalaaaah nak, kamu kok nakal banget sih! Mau jadi apa kau nanti Nak”? “Aduuuh Nak, itu temanmu sudah pandai membaca, kamu kok masih bodoh juga sih”? “Ya ampuuun nak’, mesti berapa kali dikasih tahu sih baru kamu mau dengar? Mau jadi anak durhaka kamu yah”? (Astagfirullah, jangan sampai ya Mom!)
Hati-hati yah para Bunda, Ibu, Mommy, Ummi! Doa dan harapan kalian kepada anak itu sangatlah mustajab. Karena itu doakanlah anak-anakmu yang baik-baik saja, meskipun sejengkel dan semarah apapun kita sama anak. Usahakan tetap nge-rem dan menjaga lisan dari berkata yang jelek-jelek, kemudian berdoa untuk kebaikannya. Semoga dengan begitu, Allah berkenan memberi hidayahNya kepada anak kita. (Baca juga: Birrul Walidain)
Nah..karena sekarang saya belum menjadi Mommy nih (masih otw hihi), saya jadi mempunyai waktu untuk lebih banyak belajar lagi ilmu berumah tangga, ilmu agama, ilmu parenting, dan lain-lain. Inilah juga yang menjadi alasanku mengapa saya selalu berusaha mempunyai kebiasaan membaca dan menulis, agar kelak anak-anakku juga bisa mencintai ilmu dan bisa akrab dengan kertas dan pena. Terlepas dari peranku nanti apakah sebagai ibu yang bekerja atau ibu Rumah Tangga, saya hanya merasa anak-anakku berhak mendapat Ibu yang bagus agamanya, yang luas wawasannya, serta santun akhlak dan budi pekertinya, sehingga mereka juga bisa bangga mempunyai Ibu sepertiku, seperti saya yang bangga mempunyai Mama. 
Mohon doanya yah semua 
Note: Tulisan ini saya persembahkan untuk "Mama", sosok bidadari dalam hidupku yang telah kehilangan satu kepak sayapnya saat Abba dipanggil menghadapNya delapan bulan yang lalu. "Hallo Ma, how are you? Anakmu lagi baper nih Ma setelah menulis postingan ini". Rasanya pengen cepat-cepat mudik lebaran aje, biar segera bertemu Mama. Sehat-sehat terus ya Ma, dan jangan lupa selalu mendoakan anakmu ini. Always miss you 
Dariku, seorang anak yang sedang belajar menjadi istri yang baik dan calon Ibu yang super untuk anak-anakku kelak. Amin.
#day34
#OneDayOnePost

Friday, 27 October 2017

Selamat Hari Blogger Nasional

Sebenarnya saya juga baru tahu dari postingan teman-teman di sosmed kalau setiap tanggal 27 October ternyata adalah hari blogger nasional (ya..iyalah..tahun-tahun sebelumnya kan blogmu mati suri buk? ). Saya tergolong nyubi di dunia blog (sedangkan blog ini aja saya tahunya cuma nulis, kakakku yang utak atik dan ngadminin haha).
Dulu, bukannya tidak mau aktif ngeblog, hanya saja saya sekarang hidup ditempat yang untuk nelpon saja susah, apalagi untuk ngeblog. Selain itu menurutku lingkup dunia menulis bukan hanya sepantaran blog doang kan? Toh di sosmedpun kita masih bisa berkarya dan berbagi. Jadi kupikir, nulis di sosmed pun jadilah, toh juga tulisanku lebih banyak dibaca orang di sosmed dan lebih banyak yang mengambil manfaatnya daripada di blog.
Namun akhirnya setelah beberapa kali mengikuti Komunitas menulis dan mewajibkan setiap anggotanya punya blog pribadi, akhirnya memaksa saya untuk membuat blog. Sebelum disini, saya sempat punya blog gratisan di wordpress, habis itu migrasi ke blogspot, namun blog-blog ini selalu terlantar akhirnya mati suri , kelamaan gak ditengok. Boro-boro dah ditengok, dipikirin aja nggak. Akhirnya blogku ngambek, saya jadi lupa email dan paswordnya 
Setelah vakum agak lama di dunia blogger, tak tahunya pulang cuti lebaran kemarin saya dibuatin blog berdomain nama sendiri sama kakakku yg begitu perhatiannya dengan hobi adeknya ini yang suka nulis, katanya tulisanku lebih baik diarsipkan di blog, karena kalau nulis di medsos seringnya tenggelam, belum lagi kalau banyak yang ngopas di fesbuk *dududuh..jadi terharu aye bang, maacih yah😘
Dan lagi, sebenarnya udah lama sih pengen punya blog yang agak prestise sikit, yang pake nama sendiri gitu loh (name.com), kayaknya lebih bergengsi aja hahaha. Tapi mikirin harus keluar duit beli domain, jadi sayang aja gitu (wkwkwk, maklum saya masih pecinta gratisan mak’, apalagi kalau masih ada yang gratis, saya mikir kenapa harus bayar kan?). Eeh..tak taunya dikasih gratis juga domain berbayar sama kakak (hadiah lebaran katanya). Jangan tanya biayanya yah, sayapun gak tau karena ini dapatnya gretongan. Gini nih enaknya kalau punya kakak tukang bikin website😊
Dan akhirnya, setelah punya rumah baru di www.trisnafadliyah.com, saya lebih produktif menulis (meskipun kebanyakan isinya curhatan 😝). Namun karena blog ini kadang trouble, akhirnya saya nulis juga di blogspot (haha..blognya banyak bener padahal isinya sama aja mah 😝).

Menjadi seorang blogger menjadikanku jadi semakin sering nulis, banyak hal-hal baru yang kupelajari selama nge-blog (meskipun masih rada-rada ndeso sikit, masih gak bisa ngutak-ngatik sendiri, mau ganti foto profil aja masih mintol sama kakakku hahaha).
Semoga saya tetap bisa ngeblog, blog adalah sarana baru buat saya bisa menulis lebih baik lagi, dengan nge blog saya bisa meninggalkan jejak-jejak aksara. Semoga semakin banyak mencipta tulisan-tulisan yang bisa menginspirasi buat banyak orang, dan semoga Allah senantiasa menghiasi kepala ini dengan ide-ide yang cemerlang sehingga selalu bisa menulis kebaikan menurut Sang Pemilik Keindahan😍
Selamat Hari Blogger Nasional 2017 😍
#day33

#OneDayOnePost

Thursday, 26 October 2017

Jangan Mau Jadi Korban Riba

Beberapa hari yang lalu, berita tentang ibu Masruroh ini ramai di bahas di grup Hijrah Tanpa Riba yang kuikuti. Karena hutang yang hanya 30 juta, tanah dan rumahnya yang senilai 10 miliyar harus disita bank! Apa gak kejam tuh? Dan saya yakin, masih banyak Masruroh-Masruroh lain di zaman now yang tidak berdaya setelah jadi korban riba!
Sebenarnya hukum awal hutang itu bukan haram alias mubah, tapi Rasul mengatakan bahwa hutang itu akan membuat gelisah di malam hari dan hina di siang hari. Jadi meskipun boleh, kita harus semaksimal mungkin menghindarinya! Apa lagi di zaman now, hutang itu suka beriringan dengan RIBA. Nah inilah yang HARAM yang akan membawa kita dalam kehancuran, karena Allah dan Rasulnya akan memerangi para pelaku dan pemakan riba.
Makanya terkadang saya bingung, kurang tegaskah ayat Allah yang melarang kita memakan harta dari RIBA? Kenapa masih saja banyak yang doyan dengan dosa yang satu ini? Padahal Riba termasuk salah satu dari tujuh DOSA BESAR😰

Rumah pake KPR…
Mobil/motor pake leasing…
Belanja pake kartu kredit…
Kesehatan pake asuransi…
Bisnis pake duit bank…
Aiih…Naudzubillah min dzaaalik 😰

Apakah RIBA sebegitu bernilai?
Apakah kita betul-betul yakin transaksi riba ini akan memberi keuntungan untuk kita?
Apakah kita yakin dengan iming-iming bank yang akan menjanjikan kesejahteraan dengan pinjaman bunganya?

Mengapa kita lebih percaya bank daripada Allah?
Allah, satu-satunya Dzat yang menguasai semua perbendaharaan langit dan bumi, yang tidak pernah ingkar janji!
Mengapa kita sebegitu mudahnya mengabaikan firman Allah dalam Al Qur’an?
Mungkin kita mencari keamanan dengan riba, kita menginginkan kesejahteraan dan keamanan dengan membeli rumah dan mobil dengan riba.
Namun, apakah kita masih merasa aman jika tahu bahwa Allah dan Rasulnya mengumumkan PERANG kepada para PELAKU RIBA? Perlengkapan apa yang akan kita gunakan untuk mempertahankan diri? 😥
Iyah, kalau kita minjem uang di bank bener-bener gak tau besarnya dosa riba? Tapi aah..saya yakin banyak orang yang sebenarnya udah tau kok, hanya mereka aja yang BANDEL dan NGEYEL sehingga tetap saja melakukannya!
Tak sadar hutang di zaman now banyaknya adalah riba. Karena setiap utang piutang yang di dalamnya ditarik keuntungan, Itulah RIBA!

Di zaman now, orang jadi bermudah-mudah berhutang.
Aset-aset yang ada hanya jadi barang kreditan.

Orang zaman now begitu bangga...
Bangga dengan motor kreditan...
Bangga dengan perabotan kreditan...
Bangga dengan mobil kreditan...
Bangga dengan rumah kreditan...
Cuma gara-gara ingin saingan dengan teman dan tetangga, hanya karena ingin pencitraan biar tampak keren di hadapan manusia (padahal dengan riba kita sudah hina di hadapan Allah), akhirnya berhutang RIBA.
Ada yang gali lubang tutup lubang, ada yang dikejar-kejar debt collector sampai sutriiss, ada yang sampai masuk rumah sakit, ada yang sampai mau gantung diri gegara utang menumpuk, ada yang benar-benar mati!
Padahal semuanya itu berawal dari GAYA HIDUP YANG SALAH! Akhirnya hutang membengkak diluar kemampuannya. Penghasilan yang ada sudah tidak cukup membayar utang, bunga, dan denda-denda bank!
Terlalu terburu-buru, tidak mau sabar menunggu, tidak mau menunggu cara yang halal.
Pernahkah kita melihat orang bahagia ketika berhutang?
Adakah orang yang hidupnya tenang ketika dikejar-kejar debt collector dan penagih hutang?
TIDAK ADA!
Masih bangga juga dengan hutang RIBA?
Padahal RIBA termasuk tujuh DOSA BESAR yang akan menjerumuskan pelakunya kedalam neraka. Belum lagi sabda Rasul “Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan zina sebanyak 36 kali” (HR. Ahmad)
Dosa riba yang paling ringan sama dengan dosa menzinai ibu kandung sendiri.
Dosa riba membuat doa tertolak dan Allah mudah menimpakan musibah.

Belum lagi siksaan di akhirat;
Orang yang mati meninggalkan hutang amal sholehnya tidak diterima, meskipun dia mati syahid dan akan menghadap Allah dengan status pencuri. Naudzubillahi min dzalik.
Jadi gaes, JANGAN MAU JADI KORBAN RIBA! Jikapun sekarang kita masih terjerat dan masih ada sisa-sisa riba, berjuanglah sekuat tenaga untuk menyelesaikannya. Jangan berhutang kembali untuk melunasi hutang.
Back to Allah, berserah diri, agar hati lebih tenang dan tentram, dan tentunya lebih berkah. Semoga dengan begitu Allah memudahkan kita melunasi hutang.
HIDUP SEDERHANA TAPI BEBAS HUTANG SUNGGUH LEBIH BAIK , DARIPADA HIDUP TAMPAK KAYA TAPI KREDITAN SEMUA!

Semoga Allah hindarkan kita dari riba.
Semoga Allah berkahi hidup kita.
Dan semoga Allah jadikan tulisan ini untuk menyadarkan orang agar segera menjauhi riba. Maaf kalau banyak yang tersinggung dan tertaboks. Sungguh niat saya menulis ini bukan untuk menyinggung orang lain, hanya ingin tulisan ini sebagai bahan pelajaran atau hikmah untuk orang lain, baik yang saat ini belum kenal riba atau yang sedang terjerat riba, karena saya sudah merasakan kejamnya riba dan saat ini juga masih merangkak untuk bisa keluar dari jerat-jerat riba. Jadi saya gak mau orang lain bernasib seperti saya. (Baca juga: Big No To Riba)

Rasulullah bersabda:
Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala orang yang mengerjakannya (HR.Muslim)
#day32
#OneDayOnePost

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...