Sudah sejak sebelum menikah, saya sudah rajin membaca buku-buku pernikahan dan parenting punya kakak (padahal waktu itu belum kebayang mau nikah kapan, terlebih punya anak apalagi, belum terpikirkan sama sekali?), tapi gak tau yah, saya suka baca aja, itung-itung sekalian menyiapkan ilmunya. Apalagi semenjak sering nonton acara Hafidz Indonesia di RCTI, kok yah saya sering takjub dan terkesima dengan anak-anak penghafal Al Qur’an itu bahkan tak jarang juga menitikkan air mata saat melihat anak-anak hafidz itu di umurnya yang masih sangat belia tapi sudah begitu fasih menghafalkan ayat Al Qur’an.
Semenjak kemunculan Musa, si bocah ajaib dari Bangka yang berhasil menghafalkan 30 juz Qur’an di usianya yang masih belum genap 6 tahun itu, saya jadi sering kepo dengan bagaimana cara orang tuanya menularkan viru-virus Al Qur’an di rumahnya, sehingga ke empat putra-putrinya (saudara Musa) adalah penghafal Al Qur’an. Dari hasil kepo-kepo, ngobrol-ngobrol dengan teman-teman di grup Ibunda Hafidz Qur’an, dan membaca pengalaman para ibu-ibu hebat yang melahirkan anak-anak hebat, saya merangkum beberapa hal yang ternyata dimulai pada saat anak dalam kandungan. Tapi sebelumnya niat harus sudah terpancang kuat, baru setelah itu berazzam untuk Istiqomah.
Pernah dengar pepatah yang mengatakan “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya?”. Mungkin karena pentingnya perkara kesholehan orang tua yang sangat berpengaruh pada anak, itulah mengapa para salaf dahulu sungguh-sungguh beribadah demi kebaikan anak cucu mereka. Sa’id ibnu musyyaib berkata “Sesungguhnya ketika sholat aku ingat anakku, maka aku menambah sholatku”. Dari perkataan itulah juga saya jadi tahu bahwa ternyata pembentukan generasi Rabbani itu dimulai dari pemilihan pasangan (Eh.. udah jelas yah bahwa laki-laki yang baik hanya untuk wanita baik-baik) dan sejak janin masih dalam kandungan.
Jujur saja, kehamilan kali ini, selain membawa kebahagiaan, tak jarang juga terkadang membawa banyak kekhawatiran buatku. Salah satu kekhawatiran yang paling sering saya rasakan saat hamil ini adalah kelakuan saya yang nggak baik akan berpengaruh kepada anak saya. Kekhawatiran saya makin bertambah saat mendengar ceramah-ceramah agama yang menceritakan bahwa kesholehan seorang anak adalah salah satu buah dari kesholehan orang tuanya. Kalau sudah begini saya jadi banyak ngaca “Ya Allah saya yang begini ini, yang banyak dosa dan aib, yang tidak sempurna ini”, semoga masih Engkau beri kesempatan untuk mendapatkan anak sholeh/sholehah, Amien.
Salah satu cara untuk memperoleh anak yang sholeh adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, setelah itu mulailah kita merancang amalan-amalan yang bisa kita lakukan dan upayakan, mulai dari saat hamil.
Salah satu cara untuk memperoleh anak yang sholeh adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, setelah itu mulailah kita merancang amalan-amalan yang bisa kita lakukan dan upayakan, mulai dari saat hamil.
Karena itu, di tulisan kali ini saya mau sharing apa-apa saja yang bisa dilakukan ibu hamil untuk berbenah diri, menata keimanan, dan membangun ketakwaan diri. Tujuannya, semoga dengan ini kita mendapat ridho Allah, dan dari rahim kita semoga lahir generasi Rabbani yang taat kepada Allah sebelum taat kepada orang tuanya, yang bersabar, yang mengakar tauhid di dadanya, yang berakhlak mulia, dan selalu istiqomah.
Lalu apa saja yang harus dilakukan?
Pertama-tama harus punya rencana yang tertulis rapi.
Kenapa harus ditulis?
Karena kehamilan sembilan bulan itu sangat amat singkaaaat, nggak berasa cepat sekali berlalunya. Tanpa perencanaan dan target yang jelas maka keinginan untuk berbenah diri itu akan menguap bersama morning sick, pusing, sakit punggung, dan segala kegalauan dimasa-masa kehamilan.
Dan inilah beberapa resolusi yang menjadi targetku dalam mengisi masa-masa kehamilan, tujuannya semoga bisa menjadi kebiasaan dan nular ke anak nantinya, serta bisa menjadi amalan rutin meskipun setelah kehamilan nanti.
1. Perbanyak Baca Al Qur’an
Alhamdulilah kebiasaan membaca Al Qur’an satu hari satu juz sudah saya lakukan bahkan sebelum nikah, namun ternyata setelah hamil perjuangan berODOJ nya jadi lebih berat pemirsah, apalagi kalau udah pusing dan mual terkadang mau buka Qur’an saja sulit, terkadang harus ngaji sambil baring kalau pusingnya kumat. Namun tetap harus di paksain minimal setengah juz kalau bener-bener gak sanggup se-juz, targetnya untuk membiasakan si kecil mendengar ayat-ayat Allah sejak dari kandungan langsung dari lisan bundanya. Umminya Hilyah (pemenang juara 1 Hafidz Indonesia 2013) mengkhatamkan Qur’an 9 kali saat hamil (Masya Allah). Karena itu saya menargetkan minimal khatam 7 kali (takutnya target ketinggian gak tercapai hehe), tapi tetap usaha agar tiap bulan bisa khatam. Amieen.
2. Berzikir dan Wirid
Dalam menjalani kehamilan, tentulah selain perasaan senang, banyak juga kecemasan dan kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan, karena itu dengan berdzikir bisa sedikit menenangkan hati, mengurangi kegalauan, karena hanya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang. Karena itu saya berusaha tiap hari bisa zikir dan wirid khususnya wirid untuk ibu hamil.
3. Menjaga Ibadah Harian
Tadinya mau buat list ibadah harian yang bisa ku centang setiap harinya, namun sampai sekarang belum sempat-sempat. Sebenarnya intinya untuk bisa menjaga ibadah kuncinya hanyalah istiqomah. Ibadah harian bisa meliputi sholat lima waktu yang tepat waktu, sholat sunnah rawatib, duha, tahajud, sedekah, bacaan surah Al Kahfi di dihari jum’at dan Al Mulk sebelum tidur. Jangan lupa progressnya di catat selama sembilan bulan kehamilan agar bisa kelihatan adakah peningkatan. Jangan sampai kita berharap memiliki anak sholeh, sedang amalan masih segitu-gitu aja.
4. Banyak Mendengarkan Murottal Al Qur’an
Banyak yang bilang kalau music klasik bagus untuk janin karena bisa meningkatkan stimulus dan otak janin di dalam kandungan (meskipun belum ada penelitian yang membuktikan), namun ternyata memperdengarkan Al Qur’an jauh lebih bisa membuat otak janin cerdas, karena gelombang suara Al Qur’an bisa merangsang otak dan menstimulus bayi, bahkan saya pernah nonton video di youtube kalau janin di dalam perut tetiba bersujud saat mendengarkan Al Qur’an (Masya Allah). Karena itu, selama menjalani kehamilan ini saya memang lebih banyak mendengarkan murottal dan tidak mendengarkan musik sama sekali (kecuali orang yang stel dan kebetulan kedengaran), agar membiasakan juga si kecil mendengar ayat-ayat Allah sejak dalam kandungan.
5. Menghafal Asmaul Husna
Asmaul Husna ini sebenarnya sudah pernah ku hafal waktu kuliah dulu, namun karena lama gak murojaah lagi akhirnya lupa lagi huhu..
Asmaul husna ada 99. Insya Allah bisa rampung dalam dalam 3 bulanan, asalkan Istiqomah aja. Targetku mulai menghafal saat kehamilan menginjak usia bulan ke empat saat janin mulai bisa mendengar suara. Jadi, secara nggak langsung saya ingin memperkenalkan Allah pada anakku melalui nama-namaNya yang indah. Mengenal Allah dan nama-namanya harusnya diupayakan dengan serius oleh setiap kita, agar semakin cinta kepadaNya.
6. Membaca Buku Tentang Kehamilan dan Parenting
Sejak mengetahui kalau saya hamil, saya mulai rajin mencari info-info, membaca dan mendengarkan pengalaman orang-orang yang pernah hamil, mempelajari kehamilan dan seluk beluknya (beberapa aplikasi dan artikel tentang kehamilan juga sudah kuinstall di hp).
Selain kehamilan, karena fase selanjutnya kita akan menjadi orang tua, jadi saya juga sekarang banyak membaca buku khususnya buku parenting tentang bagaimana mendidik si kecil nantinya. Selain buku, artikel, video dan ceramah keagamaan yang membahas ini juga bisa kita dengar. Pointnya, balik lagi ke target, kita boleh membaca sebanyak mungkin atau mendengar sebanyak mungkin, tapi harus ada target buku-buku apa saja yang akan kita selesaikan selama sembilan bulan kehamilan, ceramah-ceramah apa saja yang ingin kita dengar selama sembilan bulan ini.
7. Memperbaiki Adab dan dan Tingkah Laku
Duhh..saya kalau bicara adab jadi malu sendiri *sungkem sama orang tua*
Adab kan ada buanyaaaaak yah?
Nah, mulai lagi kita pelajari adab dan perilaku yang baik, mulai adab dari bangun tidur sampai tidur lagi. Belajarnya pelan-pelan aja. Yang paling penting untuk point ini adalah adab kita pada Allah, orang tua, suami, teman dan kerabat. Semoga kita dimudahkan.
8. Sedekah
Sedekah bukan dari jumlahnya, yang penting keikhlasan kita berbagi untuk sesama. Mungkin bisa di upayakan dengan program S3 (Sedekah seribu sehari) *dikit banget ya? Cuma seribu perak aja?* Eitss jangan salah, seribu memang tapi istiqomahnya susah banget. Tips untuk amalan ini, sebelum keluar rumah atau beraktifitas jangan lupa sisihkan uang yang mau disedekahkan, pokoknya uang itu harus keluar sebelum hari berganti. Tapi karena di lingkunganku sini susah dengan cara ini, selain gak tau siapa yang mau di sedekahin, karena itu saya ganti dengan sedekah tiap bulan sehabis gajian, tujuannya untuk membiasakan si kecil berbagi untuk sesama juga.
9. Menulis
Selama hamil, sebenarnya setiap hari ada saja pengalaman kehamilan yang ingin kutuliskan, namun terkadang baru buka laptop kepala udah pusing duluan, ditambah lagi perut yang terkadang gak karuan juga. Bersyukur dua bulan ini ikut program ODOP (One day one post) yang mau tidak mau sedikit memaksaku untuk menulis (meski sering rapelan setor link haha).
Namun kedepannya, saya berusaha akan selalu menulis perjalanan kehamilanku dan apa saja yang bermanfaat tentang kehamilan yang saya jalani, sebagai warisan buat anakku nanti hahaha. Saya pernah membaca di status seorang teman bahwa ada seorang ulama yang mendokumentasikan tahap perkembangan anaknya melalui tulisan dan hal itu membuat ikatan emosional keduanya menjadi dekat.
10. Menyampaikan Kepada Si Kecil di Perut Apa-Apa Saja Yang Menjadi Harapan Kita
Saat si kecil sudah bisa mendengar (usia kandungan 4 bulan), baiknya kita sering mengajaknya cerita, memperkenalkan generasi terbaik umat ini, Karena katanya bayi yang sudah bisa mendengar akan memberikan respon juga, jadi gak apa-apa kita sampaikan padanya apa yang menjadi harapan kita saat dia terlahir di dunia nantinya.
Terakhir, do’a, do’a dan do’a. Doakan anak-anak kita sejak dalam kandungan, diiringi usaha kita dengan do’a.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajadnya di jannah (surga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), “Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajad yang tinggi di surga)?”. Di katakan kepadanya, “(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.
Semoga Allah berkenan mengkaruniakan kepada kita anak-anak yang sholeh/ sholehah dan menjadi penyejuk hati orang tuanya. Amiien.
#day36
#OneDayOnePost
No comments:
Post a Comment