Barangsiapa mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat (HR. Muslim).
Dulu almarhum Abba pernah bilang gini ke saya “Jika kamu punya masalah, maka bantulah orang lain”. Waktu itu saya belum paham maksudnya karena saya berpikirnya kedalam, “Loch..kita aja punya masalah, kok malah disuruh bantu orang lain”? Tapi beneran loh, dari pengalaman orang-orang disekitar, orang yang susah namun berusaha meringankan urusan orang lain kesusahannya malah bisa teratasi.
Dulu almarhum Abba pernah bilang gini ke saya “Jika kamu punya masalah, maka bantulah orang lain”. Waktu itu saya belum paham maksudnya karena saya berpikirnya kedalam, “Loch..kita aja punya masalah, kok malah disuruh bantu orang lain”? Tapi beneran loh, dari pengalaman orang-orang disekitar, orang yang susah namun berusaha meringankan urusan orang lain kesusahannya malah bisa teratasi.
Yah..Begitulah adanya! Allah memberikan kunci agar segala urusan dan hajat kita dimudahkan, caranya adalah hendaknya kita mempermudah urusan orang lain, dan jangan menahan-nahan hak orang lain! Jika ada hak orang lain, hak orang tua, hak suami/istri, atau hak pegawai yang kerja sama kita, segera tunaikan!
Hati-hati loh, jangan suka menahan hak orang lain! Jika dia termasuk dalam hitungan orang yang teraniaya dan terdzolimi, maka tiada hijab doanya untuk terkabul.
Ini kisah nyata di perusahaan lama tempat saya bekerja. Dulu bosku suka sekali menahan-nahan hak karyawan, harusnya yang gajian tanggal segini, sengaja ditunda-tunda hingga molor beberapa hari, yang harusnya karyawan itu dapat lemburan/bonus malah ditahan-tahannya.
Ini kisah nyata di perusahaan lama tempat saya bekerja. Dulu bosku suka sekali menahan-nahan hak karyawan, harusnya yang gajian tanggal segini, sengaja ditunda-tunda hingga molor beberapa hari, yang harusnya karyawan itu dapat lemburan/bonus malah ditahan-tahannya.
Belum lagi orangnya suka sentimen pribadi gitu. Kalau si bos ini nggak cocok sama seseorang, ya itu orang kalau ada urusannya sengaja dipersulit atau dia diurus paling belakangan. Atau malah sengaja ditahan, sampe karyawan yang bersangkutan nyamperin sendiri dan nanyain haknya *Astagfirullah*
Entah sudah berapa banyak teman kerja yang mengeluhkan sikapnya ini, sampai suatu hari saya mendengar seorang teman menyumpah-nyumpahi beliau yang kurang lebih isinya begini “Syukur-syukur kalau dia senang terus, semoga sekali waktu dia juga ngerasain susah biar tahu diri, gue doain…….”
Benar saja, tak berselang lama, kami mendengar kabar kalau anaknya si bos sakit, dan diharuskan minum obat rutin selama 6 bulan, waktu itu ada obat anaknya yang harganya 2 juta sekali minum/minggu (kebayang kan berapa banyak uang yang dihabiskan untuk pengobatan?), pernah juga ada kejadian mobilnya kemalingan.
Saya tidak mau memastikan bahwa hal ini ada korelasinya, karena bisa jadi sih memang, itu faktor ‘ya emang waktunya aja anaknya sakit atau dia kena musibah’.
Tapi tidak menutup kemungkinan, bahwa musibah-musibah yang dirasakannya berawal dari doa atau sumpah serapah mereka yang merasa teraniaya oleh kesemena-menaannya. Sebagai orang yang percaya hukum sebab akibat, dan mengingat betapa nyebelinnya bos itu kalau udah menunda-nunda hak kami, bisa jadi semua itu terjadi berawal dari doa-doa mereka yang merasa teraniaya dengan sikapnya. Tahu kan doa orang teraniya sangat makbul diijabah Allah?
Dan kejadian itu sukses membuat saya jadi lebih berhati-hati untuk tidak bersikap demikian pada orang lain.
Maka boleh jadi, jika hari ini rezeki kita seret, kita lagi ditimpa penyakit, hidup kita lagi susah, atau ada doa-doa yang belum terkabul, jangan-jangan yang menjadi halangan atau penyebab dari semua itu adalah karena ada hak orang lain yang belum kita tunaikan?
Pun termasuk perihal membayarkan utang. Kalau dilihat akhir-akhir ini kondisinya terbalik. Normalnya kan orang yang berhutang yang kepikiran, gelisah, nggak enak makan dan tidur. Lach.. kalo diperhatiin sekarang, malah yang memberikan pinjaman yang justru dirundung kegalauan. Mau ngambil hak sendiri kok, rasanya jadi kayak kita yang mau ‘ngemis’. Sebaliknya, yang berhutang malah lebih galak, seolah-olah seperti majikan yang sombongnya nggak ketulungan. Innalillah!
Jadi gaes, kalau sudah diberikan kesanggupan oleh Allah untuk melunasi utang, ayo disegerakan! Jangan ditunda-tunda! Itu hak mereka. Itu rezeki mereka yang Allah titipkan pada kita. Itu rezeki Allah untuk orang lain yang kita ‘pinjam’. Ingat itu!
Begitu pula jika kita ini ditakdirkan menjadi ‘perantara’ jalan rezeki orang lain, jangan berlaku seenaknya. Jangan lancang mengambil hak Allah sebagai ‘Sang Pemberi Rezeki’.
Wah..jangan sampai tuh! Kalaupun orang yang kita dzalimi itu tidak menyumpahi kita yang jelek-jelek, tapi ingat! Apapun yang kita lakukan, sebesar zarrah pun ada perhitungannya. Maka, selalulah bersikap bijak dan ahsan sama orang lain.
#day10
#OneDayOnePost
No comments:
Post a Comment