Saturday, 28 October 2017

My Mom Is Supermom

Berhubung hari ini adalah hari ultahnya mama, karena itu hari ini saya ingin menulis tentang sosok “Supermom” yang kupunya.
Hmm..Mendengar kata Supermom, yang terlintas dipikiranku adalah sosok seorang ibu yang sempurna, yang bisa segalanya, baik sebagai ibu yang bekerja ataupun ibu rumah tangga, yang mengurus anak dengan sebaik-baiknya, pokoknya jadi istri idamanlah buat suami dan Ibu teladan buat anaknya. Woow., Mommy yang luar biasa keren, like “The Perfect Mother”.
Dalam kehidupanku, banyak sekali ibu-ibu hebat disekitarku. Tanteku yang mempunyai anak ‘Down Sydrom’ yang sering jadi bahan cemoohan orang, temanku yang baru menikah empat tahun dengan dua anak yang masih balita, namun sudah diuji sama Allah dengan memanggil suaminya keharibaanNya, sehingga dia harus menjadi single parent untuk kedua anaknya, kemudian tetanggaku yang mempunyai suami yang sakit menahun sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya mencari nafkah, akhirnya beliau yang mengambil alih tugas suaminya sebagai tulang punggung keluarga.
Well., di tulisan kali ini, saya hanya akan bercerita sedikit tentang sosok “Supermom” yang kupunya yaitu “Mama”, orang yang paling saya sayangi dan kagumi didunia ini. Mungkin sebagian orang yang membaca ini akan berpikir “ Ya jelaslah buk dibanggakan, wong Ibu sendiri gitu loh”.
***
Saya dilahirkan dan dididik oleh Ibu yang bekerja. Mama adalah seorang guru di sebuah TK. Aisyiyah di Makassar. Meskipun begitu, tidak lantas melupakan kewajibannya sebagai seorang Ibu. Di rumah kami tidak ada pembantu, jadi Mama menyiapkan semua keperluan anak-anaknya sebelum berangkat ngajar. 

Sebelum shubuh, Mama sudah bangun Tahajjud, dan tidak lupa juga membangunkan kami untuk sholat Shubuh dan membantu menyiapkan keperluan anak-anaknya. Sepulang kerjapun seperti itu, Mama selalu menemani kami mengobrol, mengerjakan PR, sholat maghrib berjamaah dan mengaji setelahnya.
Sebagai anak dari Ibu yang bekerja, saya tidak pernah merasa kehilangan sosok Mama. Makanya saya sering kesel sama orang yang suka nyinyir sama Ibu pekerja yang ‘katanya’ tidak bertanggung jawab dan terkesan menelantarkan anak. Karena saya tahu mama telah mengorbankan banyak hal, termasuk keinginan dirinya untuk mempunyai “Me Time” agar bisa tetap mengurus dan mendidik anak-anaknya. Mungkin setelah saya punya anak nanti, barulah terasa betapa repotnya mama mengurus kami dulu, apalagi dengan status Mama sebagai Ibu bekerja dengan tujuh orang anak.
Saat melihat Mama sibuk membaca buku, belajar terjemahan dan tafsir Al Qur’an, dan sering bertanya masalah ilmu-ilmu agama sama Alm Abba, serta beliau juga aktif dibeberapa pengajian dan majelis taklim. Saat kutanya “Untuk apa sih Ma”? Mama lalu menjawab “ Supaya Mama ngerti terjemahan Al Qur’an, biar nanti bisa menyelamatkan anak-anak mama dari api neraka”.
Setiap kali saya dan saudara-saudara menghadapi moment-moment besar dalam hidup; Ujian, tes, presentasi, sidang skripsi dan lain-lain, Mama pasti bertanya “Inna, nanti ujian jam berapa, Nak? Jangan lupa sebelum presentasi baca doanya Nabi Musa yah yang surah Thoha itu, agar dimudahkan sama Allah menjawab pertanyaannya. Kamu ujian, Mama diatas sajadah, Insyaa Allah hasilnya baik”.
Kemudian ingat, saat saya izin akan pergi merantau karena mendapatkan pekerjaan diluar kota, tidak ada orang rumah yang mendukungku. Alm Abba bahkan melarang anak gadisnya bekerja jauh dari keluarga. Namun, Mama dengan sabarnya berhasil meyakinkan Alm Abba sehingga keluar jugalah izinnya. Mama waktu itu hanya bilang “Pergilah Nak, Mama yakin kamu bisa menjaga diri dan nama baik keluarga, Hati-hati dikampung orang! Mama hanya berpesan, Jagalah sholatmu, perbaiki kualitasnya! Jika sholatmu sudah baik, pasti Allah akan memperbaiki hidupmu! Dan pesan Mama ini, masih nancep hingga sekarang.
Dari Mama pula, saya belajar pentingnya doa dan harapan seorang Ibu kepada anaknya. Dulu, waktu kakak saya SMP pernah diajari Geografi dan membaca peta sama Mama. Mama yang saat itu tidak sengaja menunjuk peta Australia lalu bilang “ Suatu hari nanti, anak Mama juga akan berada disini”. Siapa yang sangka, setelah tamat SMU, kakak sulung saya yang saat itu tidak pernah bercita-cita keluar negeri, Alhamdulilah lulus mendapatkan beasiswa di salah satu kampus favorit di Brisbane, Australia. Padahal waktu itu dia tidak lulus seleksi masuk di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Makassar yang menjadi pilihannya. Rupanya Allah lebih ridho dengan doa mama.
Yah..Mama saya memang “SUPERMOM” .

***
Sekarang, sambil menulis ini saya lalu berpikir, ketika kelak saya menjadi seorang Ibu, bisakah saya menjadi Ibu seperti Mama? Doa apa yang saya punya untuk anak-anak saya kelak? Seberapa besar keyakinan dan kepercayaan diriku akan masa depan anak-anakku nanti? Atau jangan-jangan saya hanya akan menjadi ‘Ibu karbitan’ yang sering mengeluh lalu berkata “ Oalaaaah nak, kamu kok nakal banget sih! Mau jadi apa kau nanti Nak”? “Aduuuh Nak, itu temanmu sudah pandai membaca, kamu kok masih bodoh juga sih”? “Ya ampuuun nak’, mesti berapa kali dikasih tahu sih baru kamu mau dengar? Mau jadi anak durhaka kamu yah”? (Astagfirullah, jangan sampai ya Mom!)
Hati-hati yah para Bunda, Ibu, Mommy, Ummi! Doa dan harapan kalian kepada anak itu sangatlah mustajab. Karena itu doakanlah anak-anakmu yang baik-baik saja, meskipun sejengkel dan semarah apapun kita sama anak. Usahakan tetap nge-rem dan menjaga lisan dari berkata yang jelek-jelek, kemudian berdoa untuk kebaikannya. Semoga dengan begitu, Allah berkenan memberi hidayahNya kepada anak kita. (Baca juga: Birrul Walidain)
Nah..karena sekarang saya belum menjadi Mommy nih (masih otw hihi), saya jadi mempunyai waktu untuk lebih banyak belajar lagi ilmu berumah tangga, ilmu agama, ilmu parenting, dan lain-lain. Inilah juga yang menjadi alasanku mengapa saya selalu berusaha mempunyai kebiasaan membaca dan menulis, agar kelak anak-anakku juga bisa mencintai ilmu dan bisa akrab dengan kertas dan pena. Terlepas dari peranku nanti apakah sebagai ibu yang bekerja atau ibu Rumah Tangga, saya hanya merasa anak-anakku berhak mendapat Ibu yang bagus agamanya, yang luas wawasannya, serta santun akhlak dan budi pekertinya, sehingga mereka juga bisa bangga mempunyai Ibu sepertiku, seperti saya yang bangga mempunyai Mama. 
Mohon doanya yah semua 
Note: Tulisan ini saya persembahkan untuk "Mama", sosok bidadari dalam hidupku yang telah kehilangan satu kepak sayapnya saat Abba dipanggil menghadapNya delapan bulan yang lalu. "Hallo Ma, how are you? Anakmu lagi baper nih Ma setelah menulis postingan ini". Rasanya pengen cepat-cepat mudik lebaran aje, biar segera bertemu Mama. Sehat-sehat terus ya Ma, dan jangan lupa selalu mendoakan anakmu ini. Always miss you 
Dariku, seorang anak yang sedang belajar menjadi istri yang baik dan calon Ibu yang super untuk anak-anakku kelak. Amin.
#day34
#OneDayOnePost

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...