Thursday, 28 September 2017

Pengalaman Jadi Auditee ISO & SMK

Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, alhamdulilah akhirnya audit ISO 9001:2015 dan SMK3 di pabrik selesai juga. Rasanya pengen teriak dulu…aaaahhh…legaaaaaaaa! Iiih, lebay kali yah? Tapi beneraaaan, itu karena sebulanan ini sempat stress menghadapi sensasi audit yang dag..dig..dug..sueeer hahaha. Padahal tiga bulanan ini kita sudah di dampingi konsultan loh buat proses pembuatan dan pengurusan documentnya (gimana kalau gak di dampingi?), juga kami para karyawan sudah mengikuti beberapa training dan audit internal sebagai langkah persiapan sebelum audit external, tapi tetap aja menjadi beban (gugup, takut salah menjawab, belum siap, dan kurang percaya diri) hihi. Kupikir semua auditee wajarlah yah punya perasaan seperti ini, selama beban tersebut tidak berlebihan, namun akhirnya kami di beri wejangan oleh konsultan bahwa menghadapi auditor janganlah di jadikan beban  sebab auditor juga seperti kita, mereka hanya seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya sebagai auditor dan kita sebagai auditee.
Berhubung namanya audit ISO 9001 dan SMK3 terkait managemen mutu, tentulah divisiku Quality Control yang pasti paling di sorot (namanya juga divisi quality yang paling berhubungan dengan mutu), makanya tingkat sutriss ku jadi naik berlipat-lipat daripada tingkat stres teman-temanku di divisi lain haha. Selain itu lagi, harusnya kan auditee sebaiknya 2 orang agar saat menghadapi auditor, auditee tidak tertekan sendiri, biar satu orang menjawab pertanyaan auditor, yang satunya lagi menyiapkan dan mengambil dokumen yang diminta auditor nantinya, lach..ini diriku di audit seorang diri, padahal teman-temanku di divisi lain berpasang-pasangan, gimana tingkat ketegangannya gak tambah tinggi, ya kan? ðŸ˜±.
Karena itu, saya aktif mengumpulkan informasi terkait audit mengaudit ini, berhubung ini pengalaman pertamaku di audit jadi masih blank sama sekali. Sebenarnya saya punya beberapa teman yang pekerjaannya sebagai auditor. Terus setelah kepo-kepo dan tanya sama sini sama teman yang sering mengaudit lembaga dan perusahaan sebagai team auditor, saya mendapatkan jawaban yang sedikit menenangkan. Katanya “Tenang aja Inna, pasti lulus dan dapat sertifikat kok, wong kita sebagai auditor sudah di bayar mahal-mahal kok”. Sebenarnya masuk akal juga sih, masa iya perusahaan udah bayar puluhan hingga ratusan juta untuk ngurus sertifikatnya, tapi gak lolos? Hanya saja kan gak enak juga kalau ntar di tanyain auditor kita gak mampu jawab? Atau pas di tanyain document, ternyata gak lengkap (malu juga kan?). Karena itu kita selaku auditee harus menyiapkan persiapan yang matang.
Dan beginilah suasana acakadut di office saat menyiapkan document-document untuk audit H-3 sebelum external audit. Ruangan udah kayak kapal pecah aje, map-map dan document berserak di atas meja ðŸ¤£
Bahkan untuk makan siang dan makan malam aja sampai-sampai harus di office juga, karena gak sempat lagi turun ke ruang makan untuk makan malam ðŸ˜‚

Foto di atas di ambil H-1 sebelum audit, dan kita baru sempat makan malam jam 21.00 loh karena saking sibuknya. Di atas meja gak jelas lagi mana makanan dan mana document? ðŸ˜¬. Sebenarnya waktu ini pengen ngajak konsultan makan di luar, tapi boro-boro dah mau keluar makan, ini aja udah telat banget makan malamnya.
Jadi, begitulah sensasi audit pemirsah haha. Meskipun penuh ketegangan, begadang tiap malam, tidur gak tenang, tapi saya berusaha untuk selalu menikmatinya, setidaknya ini pengalaman di dunia kerja yang akan selalu terkenang. (Baca juga: Tips dan Trik Menghadapi Auditor)
Wokay, demikianlah pengalamanku menjalani audit. Di tulisan selanjutnya, saya akan bahas tips dan trik menghadapi auditor saat audit external berdasarkan pengalamanku jadi auditee ðŸ™‚.
#day4
#OneDayOnePost

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...