Thursday, 2 November 2017

Cinta Pada Janin

Minggu ini usia kandunganku sudah memasuki pekan ke 8. Saya merasakan cinta pada janin yang kukandung semakin menjadi-jadi. Bahkan cinta yang saya rasakan ini sudah tumbuh subur sejak dua garis samar itu terlihat. Hmm..kalau ditanya seberapa dalam, kayaknya saya gak mampu menakar kedalamannya, saya hanya tahu saya akan melakukan apa saja demi bisa melihat dia sehat hingga persalinan nanti, bahkan saya bisa memberikan hidup saya untuknya. (Baca juga: Sebuah Kabar dari Dua Garis Merah)
Semakin dalam saya memikirkan ini, perasaanku semakin tidak karuan. Saya lalu berpikir, jika pada masa kehamilan saja sudah begini rasa sayangnya, lalu bagaimana dalamnya perasaan mama yang sudah memupuk rasa itu sejak 28 tahun silam atas semua yang dia berikan padaku? Makanya saya tidak heran lagi kalau mama menelpon tiap hari, bahkan terkadang dia menyuruhku berhenti bekerja karena mengkhawatirkan keadaanku yang lagi hamil dan sendiri, sekarang saya mulai memahami rasanya.
Bisa dibilang minggu ini saya menapaki perjalanan dengan alur mundur, setiap langkah yang saya tapaki selalu mengajakku melihat ke belakang, pada hari-hari yang telah terlewati 20 sekian tahun yang lalu saat mama melewati hari-hari yang sama saat mengandung saya. Mungkin perasaannya juga tidak jauh beda dengan perasaanku sekarang.
Sejauh ini saya selalu bersyukur dan berterima kasih sama Allah karena Dia menguatkan kandunganku, karena kalau mengingat hal-hal yang sudah kulalui selama 8 minggu ini seorang diri, mulai dari audit dan aktifitas yang padat, tiap hari naik turun tangga, mondar mandir ngurus PNS, mulai dari sebelum saya tahu kalau sedang hamil hingga melewati masa-masa kehamilan, saya sampai takjub dengan cara Allah menjaga dan memelihara janin dalam kandunganku. Apalagi baru-baru ini dua istri temanku baru saja keguguran, padahal mereka gak bekerja, cuma tinggal dirumah, itupun didampingi suami tiap hari. Jujur saja, saya sempat parno dan takut, namun saya selalu berkhusnudzon pada Allah, saya yakin Dia akan selalu menjagaku di saat penjagaan keluargaku tidak sampai kepadaku. Pun saya selalu mengajak janinku bicara supaya dia bisa selalu kuat (padahal saya tahu dia belum bisa mendengar suara), tapi saya hanya ingin dia tahu kalau sekarang dia juga sedang ikutan jihad menemani ibunya bekerja, semoga dia tidak rewel dan bisa membantuku melewati masa-masa kehamilan dengan tenang.
Saya lalu teringat beberapa pengalaman hamil dan ngidam yang saya lewati selama 8 minggu ini yang melibatkan peran janin dalam kandunganku. Beberapa kali saya ngidam makanan yang tidak sehat untuk ibu hamil dan janin, pernah ngidam indomie, padahal selama hamil saya sudah berniat tidak akan mengkonsumsi indomie dulu mengingat yang instan-instan dan ber-MSG gak baik untuk janin, namun entah kenapa waktu itu pengen sekali makan makanan yang satu ini. Kata istri temanku gak apa-apa kalau pengen sekali makan dikit aja, tapi kata Khiya sebaiknya jangan dulu kalau trimester awal-awal, nanti trimester ketiga kalau mau, tapi namanya orang ngidam mau gimana yah? Kan tiba-tiba aja kepengen gitu, gak bisa dikendalikan. Namun akhirnya saya harus mengalah lagi pada kesehatan janin, saya urungkan makan indomie.
Pernah lagi ngidam jagung bakar, sebenarnya yang ini gak ngidam sih, hanya pas lagi ke Lolak ngurus PBB perusahaan gak sengaja lihat penjual jagung bakar mangkal di dekat kantor bupati tempat ngurusin PBB di bagian DISPENDA-nya, alhasil tiba-tiba aja jadi pengen hahaha. Gak mikir panjang lagi, langsung beli 2 buah. Nanti setelah beli baru mikir “eeh..ini bisa dimakan gak yah? Soalnya pernah baca yang dibakar-bakar dengan arang atau yang setengah matang gitu gak bagus buat janin (padahal udah beli 🙁). Tadinya mau icip-icip sikit saja, tapi takut janinku kenapa-kenapa nanti. Akhirnya cuma bisa nelen liur lagi, jadilah jagung bakar akhirnya jadi rezeki temanku lagi. Kembali lagi saya ngalah sama janin.
Ada lagi pengalaman saat saya sakit gigi. Kebetulan sehari sebelum balik cuti kemarin saya ke dokter gigi di Siloam Makassar. Waktu itu gigiku ditambal tapi tambalannya belum permanen, masih harus disuruh check up lagi untuk tambal permanennya. Nah..bulan lalu itu pas kandunganku 6 minggu sakitnya kumat, bener-bener deh pengen nangis sejadi-jadinya. Biasanya kalau sakit saya tinggal minum aja obat penghilang nyeri “Cataflam” yang dikasih dokter, obat ini manjur sekali buatku, cuma minum satu biji langsung hilang nyeri dan sakitnya, karena dosisnya juga tinggi. Tapi karena tahu selama hamil gak boleh minum obat-obatan apalagi yang dosisnya tinggi karena takut ada efek samping sama janin, akhirnya direla-relain deh nahan sakit, meringis-ringis di bawah bantal, sambil nyoba-nyoba cara herbal hasil kepo-kepo di google mulai dari kumur air garam, gigit bawang putih, ampas teh di taruh di gigi, pokoknya semua cara dicoba deh demi meredakan sakit gigi yang sakitnya luar binasa, alhamdulilah setelah semua cara dilakuin agak reda juga sakit giginya. Belum lagi saat sakit flu dan pilek yang juga lumayan menyiksa, biasanya saya hanya minum you c-1000 dan paracematol, biasanya pileknya gak jadi, tapi karena tahu saat hamil juga gak boleh minum minuman bersoda apalagi obat-obatan, saya kembali lagi nyobain cara herbal (banyakin minum madu dan air hangat, makan jeruk dan mangga yang mengandung vitamin C alami, dan istirahat yang cukup), setelah itu daya tahan tubuh membaik, gak jadi batuk, hanya pilek sehari. Alhamdulilah alaa kulli hal, Allah mudahkan.
Demi menjaga agar janin sehat-sehat dan tidak kenapa-kenapa segala cara dilakukan demi kebaikan si janin. Biarlah saya yang kenapa-kenapa asal si jabang bayi sehat dan baik-baik saja. Saat pusing-pusing, mabok, dan mual-mualpun terkadang masih saya paksakan untuk tilawah demi memberikan nutrisi rohani buat si janin.(Baca juga: My Pregnant Resolution)
Beberapa pengalaman dan kejadian yang kualami saat kehamilan ini membuatku nyadar akan besarnya pengobanan dan cinta seorang ibu kepada anaknya, bahkan sebelum anaknya terlahir ke dunia. Saya jadi banyak-banyak ngaca akan sikapku selama ini sama mama yang kadang membuatnya jengkel dan marah (duuh..ampun ma’, semoga mama berkenan memaafkan), bahkan setelah segede ini dan sudah nikahpun masih sering ngerepotin orang tua😰.
Rupanya begini rasanya yah😟!
Yah..Sekarang saya mulai belajar memahami perasaan menjadi seorang ibu.
#day39
#OneDayOnePost

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...