Tuesday, 28 November 2017

Dinas Saat Hamil

Bekerja saat hamil memang terkadang memiliki risiko tersendiri, apalagi hamil di trimester pertama yang masih riskan resiko keguguran. Kondisi fisik yang cepat lelah, malas gerak, emosi tidak stabil, dan sering pusing membuat kerjaan semakin berat apalagi jika mengharuskan ibu hamil melakukan perjalanan dinas.
Dalam bekerja akan ada saat-saat kita bertugas dan melaksanakan perjalanan dinas, baik itu dinas ke luar kota maupun dinas yang dekat, baik yang menempuh perjalanan darat maupun udara. Seperti yang saya alami sekarang yang mengharuskanku melakukan perjalanan dinas seharian ke customer besok di Kotamobagu (+100 km), setelah itu lanjut ke Manado (+250 km). Mulailah saya galau lagi, takut tubuh kelelahan atau janin kenapa-kenapa. Pengen nolak tapi gimana? Saya gak mungkin melalaikan tanggung jawab, pengen ngalihkan ke yang lain, tapi kunjungan ini terkait masalah quality sedangkan saya gak punya anggota lain, mau tidak mau saya harus turun tangan langsung.
Sebelum ini saya sudah dua kali menolak perjalanan dinas, gak enak juga melalaikan tanggung jawab saat ada tugas dinas yang menanti. Pertama saat menolak ke Jakarta untuk mengikuti training P3K. Selama perusahaan mengurus sertifikat ISO dan SMK3, dimana mewajibkan pembentukan team P2K3 di pabrik yang telah ditraining sebelumnya sebagai salah satu syarat mendapatkan sertifikatnya. Kebetulan saya dipilih sebagai ketua P3K dan koordinator team lingkungan kerja, yang juga mengharuskanku mengikuti training P3K. Awal September kemarin Bang Ikhsan sebagai ketua team P2K3 telah dikirim mengikuti training ahli K3 umum, setelahnya harusnya giliranku lagi diutus untuk training P3K, namun begitu tahu kalau saya hamil, saya langsung mengajukan surat penundaan dinas training, alhamdulilah Pak Ref setuju dan menunda trainingku hingga tahun depan (inipun saya gak yakin bisa ikut, soalnya perut semakin membuncit pastinya kalau udah tahun depan). Tadinya saya sudah ngajuin pembatalan penunjukkanku sebagai ketua P3K dan ingin mengalihkannya ke Lia, tapi Lia juga sudah ada jabatan sendiri, Pak Ref cuma bilang “Gak apa-apa Tris, kalau kamu gak bisa training tahun depan, Lia aja nanti yang pergi, tapi yang menjabat sebagai ketua P3K yah tetap kamu”. Agak aneh sih sebenarnya, yang training siapa, yang menjabat siapa, tapi ya sudahlah, daripada babyku kenapa-kenapa, biar nanti kalau beneran gak bisa ikutan training, saya bisa baca-baca materi training yang diikuti Lia saat menggantikanku.
Kedua saat kemarin ada rencana dinas ke Makassar bareng Pak Ref mencari suppliyer bahan baku Quick lime lokalBosku di Jakarta gak tahu kalau saya lagi hamil, jadi saya mau di utus dinas ke Makassar karena dia pikir saya juga orang sana, jadi pastinya lebih tahu kondisi dan jalan disana, apalagi sekalian kunjungan pabrik juga untuk melihat proses pembakaran dan analisa QL disana, masih berhubungan dengan kerjaanku sih sebenarnya. Jujur, sebenarnya saya appreciate sekali menyambut ajakan dinas ini, sekalian bisa pulkam juga kan? Namun mengingat kondisi yang tidak memungkinkan dan belum terlalu safety naik pesawat, apalagi dinasnya cuma sehari doang itupun kebanyakan di jalan, takut kecapean (kondisi waktu itu juga gejala pusing meningkat drastis), akhirnya dengan berat hati dan sedikit merasa bersalah, saya menolak ajakan dinas ini, untung pak Ref mengerti, dan akhirnya pak Ref sendiri yang pergi, saya cuma bisa nitip titipan makanan haha
Karena udah dua kali nolak inilah, saya jadi gak enak kalau harus nolak lagi untuk yang ketiga kalinya, toh dinas kali ini juga bisa ditempuh lewat jalur darat, jadi kupikir masih sangguplah saya. Meskipun Pak Ref berkali-kali bertanya “Bisa kan? Kalau gak bisa jangan dipaksa”, saya hanya jawab “Insya Allah bisa pak”. Saya selalu berusaha meyakinkan diri sendiri kalau saya bisa melewati ini, Allah sesuai persangkaan hambaNya, kalau saya yakin saya mampu, insyaa Allah akan Allah mampukan.
Akhirnya, saya siapkanlah perlengkapan untuk berangkat besok, karena besok saya berangkat agak pagi, maka malam mini harus cepat tidur. Perlengkapan kali ini agak berbeda dengan yang biasa kubawa saat dinas, karena kali ini saya akan membawa bantal untuk tiduran di mobil dan cemilan yang agak banyak, tidak lupa minyak kayu putih, aromatheraphy, minyak gosok dkk nya muehehe.
Dan inilah perlengkapan tempur bumil yang akan pergi dinas haha
Seumur-umur saya bekerja dan dinas keluar, baru kali ini pergi bawa bantal dan cemilan sekomplit ini haha (ini mau pergi dinas atau pergi travelling yah?😄), padahal juga ntar bakalan lewat alfamart atau indomaret, tapi gak apa-apa kan sedia cemilan sebelum lapar wkwkwkw. 
Alhamdulilah perjalanan dinasnya berjalan lancar dan aman-aman saja, meskipun sempat diwarnai acara nyasar-nyasaran karena jalan yang biasa dilewati longsor, alhasil mesti muter jauh dan cari jalan baru, jalannya juga masih jalanan tambang, belum di aspal, meskipun agak cemas-cemas sikit karena perutku berguncang-guncang, sempat mual sikit (alhamdulilah gak sampai muntah), namun akhirnya saya bisa melaluinya juga.
Thanks to Allah yang masih selalu membersamai disetiap aktifitasku, juga kepada si baby di dalam perut yang alhamdulilah anteng-anteng dan gak rewel dibawa kemana-mana sama bundanya yang aktif banget ini haha. Semangat nak’, anggap saja ini didikan pertamamu, karena saya sedang melatih diri agar kelak mampu membawamu kemana saja, dan tidak akan meninggalkanmu sejengkalpun 😘.

Sunday, 26 November 2017

Ingin Hidup Abadi? Buatlah Penulis Jatuh Cinta

Ketika seorang penulis jatuh cinta kepadamu, maka kamu akan HIDUP ABADI selama-lamanya dalam tulisan-tulisannya, dalam sajak-sajaknya, dalam karya-karyanya.
Lebih gampangnya mungkin begini “Ketika kau beruntung dicintai oleh seorang penulis, berbahagialah, karena hidupmu akan mengabadi.”
Tanya kenapa?
Karena kau, hidupmu, dan segala hal tentangmu, akan hadir dalam hari-harinya. Kalaupun dia tidak spesifik menyebutmu dalam tulisannya, pasti jejakmu ada disana dan akan terekam jelas dalam setiap tulisan-tulisannya. Akhirnya Kau Abadi.
Percayalah, seorang penulis itu paling pandai mengabadikan seseorang. Mengabadikanmu dalam museum rentetan kata-kata dalam tulisannya yang terjalin indah. Bahkan hampir tak terdekteksi, jika sang penulis sedang berusaha menyamarkan perasaannya padamu.

Indah bukan?
Betapa asiknya, ketika kita abadi di dalam tulisan seseorang. Hanya dengan membaca tulisannya, senyummu mengembang sepanjang hari. Karena kau tahu, tulisan-tulisannya ditujukan untukmu.

Tulisan yang terjalin indah yang menggambarkan perasaannya akan dirimu.

Tapi Hey..
Kabar buruknya adalah..
Jika kau mengecewakan dan menyakiti hati seorang penulis..
Kau tak akan bisa lari kemanapun!

Kau tahu kenapa?
Karena penulis itu cerdas.
Kau akan terperangkap di jaring-jaring tajam bernama ‘kata-kata’.
Kau akan terjebak, tak akan bisa keluar!

Hati-hati..!
Kalau yang kau patahkan hatinya itu seorang penulis, amarahnya akan dirimu karena mematahkan hatinya bisa terselubung dalam kata-kata yang ia tulis. Kau tahu ia marah, mengabadikan dirimu dalam tulisan patah hatinya.
Namanya juga penulis. Ia paling bisa mengobati kesedihan, kegalauan dan kekecewaannya dengan menumpahkan semua rasa ke dalam suatu tulisan yang dalam. Karena itu, tidaklah sulit memahami seorang penulis, bacalah tulisannya maka kau akan tahu apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang ada dalam hatinya.


Jadi..ketika kau dicintai seorang penulis, entah itu sebuah KEBERUNTUNGAN atau KUTUKAN untukmu. Yang jelas intinya, kau tetap ABADI.
Don’t be afraid, she isn’t a stalker! She’s just a writer, she likes to explore and find out more. Exploring is essential for a writer, in every sense.
Again, you made a LUCK or a MISTAKE. You fell in love with WRITER.
Tapi, setidaknya YOU’RE IMMORTAL. Iya kan?😁

Wednesday, 22 November 2017

Beginikah Rasanya Muntah?

Bagi orang yang sedang hamil, mengalami mual dan muntah apalagi di awal-awal kehamilan (trimester 1) adalah hal yang wajar dan biasa terjadi selama makanan dan minuman masih bisa masuk melalui mulut. Ini karena dalam tubuh wanita hamil sedang memproduksi hormon kehamilan atau yang dikenal dengan human chorionic gonadotropin (HCG) yang akan memicu mual dan muntah, juga karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Berdasarkan penelitian juga, bahwa mual dan muntah saat hamil pertanda janin kuat dan kurang dari 20% wanita hamil yang tidak mengalami gejala ini (dan saya termasuk yang kurang dari 20% ini).
Tidak mengalami masalah seperti mual dan muntah selama kehamilanku hingga menginjak usia kehamilan 10 minggu adalah hal yang sangat saya syukuri, apalagi di tengah aktifitas kerja yang padat dan kondisi yang membatasi (LDM-an dari suami dan jauh dari keluarga). Meskipun dari artikel yang kubaca mual dan muntah menandakan bahwa janin yang dikandung dalam keadaan sehat, namun saya tetap yakin bahwa janinku tetap sehat meskipun saya tidak mengalami kondisi seperti wanita hamil pada umumnya, karena saya percaya bahwa kondisi dan keluhan antara wanita hamil yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda. Ada yang mengalami mual dan muntah dan ada yang tidak, ada yang mengalaminya hanya pada saat hamil muda saja (trimester pertama), tetapi ada pula yang mengalaminya sepanjang masa kehamilan dan baru bisa berakhir sampai lahirnya sang buah hati. Inilah juga yang menyebabkan saya telat menyadari kehamilanku, karena tanda-tanda kehamilan (mual dan muntah) tidak kurasakan waktu itu.
Namun semalam akhirnya saya mengalami juga kejadian mual dan muntah ini untuk pertama kalinya. Di saat usia kandunganku masuk di minggu ke 11 (dimana usia kehamilan yang seharusnya gejala mual dan muntah mulai berkurang), saya malah baru memulainya.
Jadi ceritanya semalam temanku si Sukma menelpon setelah kami lama tidak berkomunikasi lagi. Dia cerita mengenai keputusannya berhenti bekerja lalu ikut suami ke Malili, tak lupa juga dia cerita pengalamannya selama hamil yang sering mabok (mual dan muntah) di awal-awal kehamilannya, dan pantangannya makan coklat selama hamil (padahal saya tahu dia ini demen banget sama coklat dulunya, warna kesukaannya juga coklat, sampai-sampai personal namenya di BBM dan fesbuk pernah diganti menjadi “Sukma Coklat”), ternyata setelah hamil dia jadi benci coklat sama sekali, tiap makan coklat bahkan hanya perasa coklat seperti susu coklat, kue coklat, dan apapun yang ada coklat-coklatnya dia langsung muntah setelah memakannya (gak bisa ketelan lah pokoknya), namun saya paham disitulah letak anehnya masa-masa kehamilan, terkadang yang menjadi kegemaran dulu berubah menjadi pantangan dan sebaliknya yang kita pantang dulu bisa jadi kita cari saat ngidam haha.
Karena mendengar dia begitu antusias bercerita, akhirnya saya bilang juga kalau saya juga sementara hamil muda sekarang. Sebenarnya saya belum mau bilang sih sama teman-teman, tapi gak apa-apalah setidaknya kita bisa berbagi pengalaman ngidam dan hamil, apalagi sukma sudah kuanggap sahabatku, dia jugalah dulu yang jadi pembimbingku saat mengerjakan tugas akhir perancangan pabrik. Karena tahu saya sedang hamil muda akhirnya pembicaraan kami semakin heboh dan seru;
“Alhamdulilah buk’, akhirnya hamiljiko juga di’ padahal online terusji hahaha”
“Iih..songkolo inie..alhamdulilah waktu itu koneksinya mendukung cyin, pake sinyal 4G soalnya hahaha” (jawabanku ini sukses membuat kami ngakak bareng)
“Iya tawwa, selamat bu’, sehat terus yah say, jangan terlalu cape, jangan terlalu dipaksa bekerja, jangan sering-sering naik tangga, jangan ini..jangan itu (pokoknya banyaknya jangan-jangan lain yang dia sebut, sebagian ada juga yang mitos, lumayan membuatku mikir “kok rempong banget yah jadi bumil? Banyak bener pantangannya😂)
“Kamu juga sehat-sehat terus sampai ngelahirin ya say”.
Lalu dia kaget saat kubilang saya masih di Manado, masih bekerja seperti biasa dan harus melewati masa-masa kehamilan sendiri.
“Wooww., serius ini say kamu masih di Manado? Bisa yah melewati hamil sendiri? Izin dululah selama hamil, kasian kalau sendiri, berat loh melewati trimester pertama say, saya saja dulu sering mabok, tiap hari muntah-muntah, alhamdulilah dekatji keluargaku, meskipun LDR an juga sama suami. Kamu iya mual sama muntah-muntah juga kah?”
“Yah..begitulah buk’, harus jadi lebih setrong sekarang, kalau dibilang bisa atau tidak, saya berusaha positif thinking aja, berat memang tapi alhamdulilah Allah mudahkan, gak pernahja mual-mual sama muntah-muntah, mungkin baby ku ngertiji kasian.”
“Masa?? Syukur itu say. Duuh..saya dulu berat sekali, tapi kusukaji kalau muntahka, karena baru enak perasaanku. Lebih baik saya muntah daripada tertahan-tahan.”
“Iya kah? Bagaimana rasanya itu di”? (Entah kenapa tiba-tiba saya berpikir bloon begini)
“Kalau gak mengalami gak usah diminta-minta say, nanti kamunya yang kerepotan loh kalau muntah-muntah sendiri disana, lemeski itu setelah muntah nah karena keluar semua isi perut”.
Dan benar saja, saya tidak menyangka, belum 30 menit setelah telpon ditutup, tiba-tiba perutku merasakan mules yang teramat sangat, rasanya seperti di kocok-kocok. Memang sebelum Sukma nelpon tadi saya belum sempat makan malam, hanya sempat makan jagung rebus sore tadi, dan tahu-tahu udah sejam-an aja kita menelpon. Saya coba kasih minyak kayu putih dan minyak gosok seperti yang biasa kulakukan namun tidak mempan juga, malah semakin terasa aneh, tenggorokanku lebih tidak enak lagi, serasa ada yang mendesak ingin keluar. Kupikir asam lambungku yang naik karena telat makan, namun kali ini disertai pusing yang teramat sangat, setelah itu terasa ingin meludah terus menerus dan akhirnya….
“Hueeeekks…hueeeeksss”
Saya muntah untuk pertama kalinya, bukan hanya selama kehamilan, tapi juga seumur hidupku, baru kali ini saya merasakan yang namanya perut mules dan muntah, dan sumpah itu rasanya gak enak bener. Seingatku, seumur hidup, saya tidak pernah merasakan muntah (entahlah saat masih kecil yang luput dalam ingatan), namun sepanjang yang bisa kuingat, alhamdulilah saya tidak pernah merasakan muntah saat sakit atau mabok perjalanan, hampir semua transportasi darat, laut, dan udara sudah saya tumpangi dan tidak pernah mengalami mabok perjalanan apalagi muntah, bahkan meskipun itu jalanannya berkelok, berliku, dan berbatu-batu, naik perahu kecil, naik jolor, alhamdulilah saya masih bisa tahan. Itulah juga yang menyebabkan saya pede dan berani melanglang buana, merantau kesana kemari karena saya tidak ada riwayat mabok perjalanan, beda dengan Khiya yang sering mabok dan mengharuskannya minum antimo sebelum perjalanan.
Karena itu, menghadapi kenyataan saya akhirnya muntah untuk pertama kalinya semalam saya sempat shock juga, takut gak bisa menghadapi seorang diri, takut kalau gejala ini berkelanjutan. Akhirnya saya hanya bisa terduduk di pintu toilet sambil berhueek-hueek mengeluarkan semua isi perut, jagung rebus yang kumakan sore tadi akhirnya keluar semua.
Tiba-tiba saya teringat percakapanku dengan Sukma beberapa waktu tadi yang penasaran rasanya muntah (sepertinya sekarang Allah menunjukkanku rasanya). Saya merasa Allah sedang berbisik kepadaku “Nih..akhirnya kamu sudah merasakan kan? Gimana, penasarannya udah hilang, atau masih mau merasakan lagi”? Menyadari hal itu, saya langsung beristigfar sejadi-jadinya, saya minta maaf sama Allah kalau tadi sudah sempat sombong dan takabbur, tidak bersyukur sudah dikasih kemudahan selama ini. Sambil mengoles minyak kayu putih ke perut, shalawat dan zikir tidak berhenti kulafadzkan berharap Allah memaafkanku.
Begitu agak enakan sikit, saya coba berbaring untuk tidur karena kepala udah puyeng sekali, tubuh juga udah lemas, namun mataku belum bisa menutup padahal malam sudah beranjak pukul 23.00. Belum sampai 15 menit berbaring, kembali lagi saya merasa gejala yang sama seperti tadi, bahkan kali ini mulesnya lebih parah, dan sayapun muntah yang kedua kalinya di malam itu, lebih banyak dari yang pertama. Mengalami hal ini saya tiba-tiba nangis, bukan karena saya baru merasakan yang namanya muntah-muntah yang beneran gak enak, namun karena rupanya Allah belum memaafkan kesombonganku tadi. Baru kali ini saya merasa lemah sekali, badan tiba-tiba menggigil padahal seluruh badan sudah digosok dan dihangatkan dengan minyak kayu putih.
Lama saya termenung di kamar mandi, lalu saya putuskan mengambil air wudhu dan di kuat-kuatkan untuk sholat taubat, padahal tenaga sudah terkuras habis, mata juga sudah meminta haknya untuk istirahat, namun saya takut kejadian ini berlanjut lagi kalau Allah belum ridho. Akhirnya saya sholat taubat 2 rakaat, setelah itu zikir dan berdoa, meminta keridhoan Allah untuk memaafkanku dan memohon ketenangan dan kesehatan menjalani masa-masa kehamilan ini.
Setelah itu, baru bisa sedikit tenang. Nengok jam dinding sudah jam 00.30, kepala dan mata sudah berat sekali. Saya coba untuk tidur kembali, berdoa sama Allah, tak lupa juga meminta yang di dalam perut supaya tidak rewel dan membantu bundanya memejamkan mata, apalagi besok masih harus kerja lagi. Alhamdulilah, mata akhirnya terpejam juga.
***
Mengalami kejadian yang tidak mengenakkan semalam, saya jadi banyak belajar tentang bahayanya sombong dan takabur, bahkan surga diharamkan untuk orang-orang yang sombong (Naudzubillah). Kita diberi kemudahan sama Allah, harusnya itu menjadikan kita banyak-banyak bersyukur, bukan malah menyinyirin orang yang lebih susah dari kita. Dan saya bersyukur Allah menunjukkan kuasaNya padaku, itu artinya Dia masih sayang padaKu dan ingin saya lebih baik lagi. Semoga besok-besok masih seperti sebelum-sebelumnya, Allah masih berkenan memberiku kemudahan menjalani kehamilan ini dengan aman terkendali, masih berkenan menjagaku di saat penjagaan keluargaku tidak sampai kepadaku, dan masih meridhoi langkahku berjuang mencari rezki buat keluarga. Terima kasih ya Allah atas pelajaranmu hari ini 🙂

Saturday, 18 November 2017

Pengalaman Ke Dokter Kandungan Laki-Laki

Hari ini usia kandunganku sudah memasuki usia 10 minggu 6 hari. Minggu ini bisa dibilang adalah minggu yang lumayan berat buatku, karena leher dan tenggorokanku mulai rewel, mulai milih-milih makanan. Tantangan yang paling berat adalah susah makan nasi. Alhasil staminaku menurun karena kekurangan karbohidrat, padahal perut selalu menuntut untuk diisi, tapi tenggorokan gak singkron dan belum mau bekerjasama menelan makanan. Apalagi saya ada riwayat penyakit maag, jadi asam lambungku sering naik karena telat makan. Akhirnya, untuk menyiasatinya saya coba banyak ngemil. Roti, energen, biskuit, susu, dan buah adalah alternatif yang kupilih sebagai pengganti nasi (udah macam orang bule aja yah, gak makan nasi😂), tapi mau gimana lagi, nasi udah gak bisa ketelen.
Namun rupanya cemilan inipun gak banyak membantu, tuntutan si jabang bayi yang selalu minta asupan nutrisi, padahal emaknya malas makan dan udah berusaha sering ngemil (beginilah kalau bayi endonesah, kalau gak makan nasi dianggap belum makan dan gak kenyang😂). Biasanya saya orang yang kuat nahan lapar, gak makan nasipun masih bisa kuat, namun karena mengingat ada manusia lain yang harus hidup dan berkembang di rahim melalui makanan emaknya, mau tidak mau harus memaksakan diri juga untuk nelen meskipun pahit, gak enak, mual, pengen muntah, dll.
Setelah 3 hari memaksakan diri untuk makan tapi tetap gak mampu, malah sekarang kondisi lebih sering pusing (pengaruh malas makan juga kali yah, hingga naik ke kepala), akhirnya saya berinisiatif harus ke dokter kandungan dalam minggu ini, minimal minta asupan nutrisi, suplemen, atau obat apalah namanya untuk meningkatkan nafsu makan (sekalian juga nengok perkembangan baby di dalam perut, saya cuma takut aja perkembangannya gak normal gegara saya yang malas makan).
Sayapun minta izin sama Pak Ref mau ke Manado jumat tanggal 17 Nov 2017. Awalnya dia gak ngijinin kalau saya pergi sendiri naik travel. Akhirnya dia nanya “Trisna bisa pergi Manado sendiri, kuat”? Ditanya gini sayapun gak yakin sebenarnya, mengingat level pusing-pusingku meningkat tajam dalam minggu ini, namun karena tidak tahan lagi sayapun paksain diri, demi si buah hati 😍. Eeeh..tak tahunya tanggal 16 Nov siang, pas lagi ngerjain laporan di office, pak Ref bilang lagi “Jadi besok pergi konsul, Tris? Naik mobil perusahaan ajalah, suruh Ikhsan antarin, kebetulan ada spare part juga mau ambil di Trakindo, daripada kamu naik travel laju kali nanti jalannya, biar saya jumatan pake sepeda motor aja besok” (Iiih..beneran deh..jadi terharu aye, ternyata bosku perhatian bangeeet 😍, padahal saya udah pesan travel langganan temanku dan sudah rencana nginap di rumah Sri di Manado).
Karena saya gak enak kalau cuma pergi berdua sama bang Ikhsan, saya ajaklah pak Nasrul yang kebetulan off di hari itu, eeh..tak tahunya Laura juga merepet ingin ikut, akhirnya karena Laura suka mabok di jalan, emaknya terpaksa ikut juga, jadilah saya dikawani rame-rame pergi konsul (macam mau ngantar jamaah haji aja yah😂). Pas udah nyiapin rencana ini mau kemana-mana aja selama seharian di Manado, eehh..besoknya Pak Ref ternyata ikutan juga (ini diluar rencana pemirsah, akhirnya rencana kemana-mananya gagal karena si bos ngikut haha😂, Pak Ref juga gak tahu soalnya kalau keluarga pak Nasrul ikutan juga dan Laura malah udah heboh duluan takut gak jadi berangkat begitu melihat Pak ref udah duduk manis di depan samping sopir hahaha), namun karena udah terlanjur siap semua jadilah kami berangkat rame-rame ke Manado (padahal awalnya rencana cuma 2 orang, cuma saya dan bang Ikhsan).
Akhirnya karena berangkatnya telat (jam 9.00 setelah meeting), dijalan macet pula, ditambah lagi bapak-bapak ini berhenti dulu jumatan di jalan, kita baru sampai Manado jam 13.30 dan langsung ke warung Padang untuk ngisi lambung tengah. Begitu sampai Manado, saya udah izin mau misahin diri dari rombongan dan minta langsung diantar ke RS. Siloam, mengingat jam praktek dokterku hanya sampai jam 15.00, tapi kata Pak Ref makan dulu aja biar saya ada tenaga dan gak lemes, apalagi kebetulan warung Padang yang dipilihnya memang sengaja di Jl. Sam Ratulangi, cuma berseberangan jalan dengan RS. Siloam, ya udahlah saya manut aja akhirnya. Selesai makan jam 14.15, namun karena macet sampai Siloam jam 14.30. Saya diturunin di Siloam bersama Pak Nasrul dan keluarga, sementara Pak Ref dan bang Ikhsan lanjut ambil spare part ke Trakindo Bitung. Pak Nasrul saya suruh saja ke Mall yang beberapa meter dari Siloam, sekalian antar Laura main sambil nungguin saya selesai di dokter, akhirnya jadilah kita berpencar-pencar, saya gak enak juga sih kalau mereka nungguin saya, padahal mereka ikutanpun sudah ada rencana sendiri.
Begitu mau daftar registrasi, saya diberi tahu receptionist kalau dr.Meisye sudah pulang dan jadwal prakteknya udah close (ya Allah..langsung lemes saya padahal udah bela-belain jauh-jauh ke Manado, udah ngerepotin banyak orang juga buat nemenin). Akhirnya saya minta alternatif dokter kandungan lain yang ready di hari itu, ternyata waktu itu gak ada dokter kandungan yang ready jam 15.00, adanya malam jam 19.00, itupun dokter laki-laki (di Siloam Manado memang dokternya gak ready 24 jam, banyak jedanya, apalagi dokternya masih sedikit). Sedangkan jadwal praktek dr.Meisye nanti hari Senin lagi, atau kalau mau besok konsul di klinik pribadinya. Mulailah saya galau, antara meneruskan mau konsul atau gak jadi konsul aja, mengingat saya gak enak kalau mereka nungguin sampai malam, dan lagi saya kurang sreg sama dokter laki-laki, soalnya saya pernah baca artikel kalau muslimah haram hukumnya ke dokter kandungan laki-laki kecuali memang tidak ada lagi pilihan dokter kandungan perempuan, tapi mau pulang kok sayang juga..udah jauh-jauh sampai sini.
Saya termasuk orang yang pro dokter kandungan cewek. Meskipun saya tahu kalau dokter kandungan laki-lakipun pasti akan bekerja atas nama profesionalisme, namun saya merasa lebih nyaman ditangani dengan dokter wanita. Selain karena himbauan agama, juga karena saya konsul tanpa didampingi suami, dan sayapun belum tahu gimana pendapat suami apabila sang istri di tangani dokter kandungan cowok.
Akhirnya saya telpon pak Ref mengabarkan kondisi ini, saya bilang dokterku udah close, jadi kalau memungkinkan besok saja saya konsul di klinik pribadinya, jadi saya mempersilahkan mereka pulang duluan ke pabrik, biar saya nginap di Manado dulu sehari, gak enak juga kalau saya ditungguin sampai malam sekali, apalagi besok mereka masih harus kerja lagi, Laura juga harus sekolah (soalnya udah nyampe sini kan? sayang sekali kalau harus pulang gak ada hasil, apalagi kalau gak konsul sekarang, entah kapan lagi baru bisa konsul, beginilah perjuangan bumil yang tinggal di desa sekali 🙁). Tak tahunya pak Ref nyaranin ganti dokter saja yang praktek hari ini, katanya biar sampai malam mereka mau nungguin, saya disuruh daftar ke dokter Tony yang praktek malam, sekalian coba second dokter opinion. Tambah galaulah saya, di satu sisi gak enak nolak saran Pak Ref, di sisi lain saya masih belum sreg mau ke dokter kandungan laki-laki, namun dengan berat hati saya akhirnya daftarin diri juga ke dokter Tony, dapat nomor antrian ke 6 (ternyata dr.Tony ini adalah dokter kandungan yang lumayan favorit di Siloam, makanya banyak yang antri, padahal waktu itu masih jam 16.00).
Sambil nunggu registrasi di receptionist buat konsul nanti malam, saya iseng nyari-nyari artikel fiqih tentang hukumnya wanita konsul ke dokter kandungan laki-laki. Beberapa artikel yang kudapat membolehkan, karena ikhtilat yang diperbolehkan salah satunya adalah muamalah dokter dengan pasien, namun ada juga beberapa artikel ekstrem yang melarang bahkan mengharamkan, ini merujuk hadist yang melarang wanita menampakkan aurat di hadapan lelaki yang bukan mahram (apalagi jika dokter kandungan, bukan hanya dilihat tapi di pegang-pegang juga), kecuali jika keadaan darurat dan memang gak ada lagi dokter kandungan perempuan di tempat itu. Tiba-tiba saja saya berpikir, kalau keadaanku ini bisa dikategorikan darurat gak yah? 😂. Akhirnya saya bismillah aja deh, toh saya sudah ikhtiar dan berusaha ke dokter kandungan wanita, tapi apa mau dikata, rupaya takdir membawaku harus konsul ke dokter kandungan laki-laki di hari itu. Iya..kalau saya tinggal di Manado jadi gampang aja bolak balik, lach..ini..mau di suruh balik lagi cemmana? Sementara di tempatku gak ada dokter kandungan.
Konsultasi dengan dr.Tony inipun bisa dibilang kecelakaan, karena awalnya saya berencana kontrol ke dr. Meisy dan dengan ke sok idean saya, saya langsung datang ke Siloam tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu, dan ternyata dr Meisye sudah pulang duluan huhu. Karena sudah lewat jadwalnya kontrol dan udah capek-capek juga ke Manado, saya daftar saja ke dr. Tony sekalian mencari 2nd opinion juga, seperti kata pak Ref.
Perjuangan mau konsul ternyata tidak mudah, dr.Tony telat dari yang dijadwalkan karena ada operasi caesar yang ditanganinya, akhirnya baru mulai praktek jam 20.00 dari jam 18.00 di jadwal (jadilah saya terlantar lagi di RS), belum lagi mesti ngantri 5 orang di depanku (alamaak’..itu rasanya udah lemes banget, belum makan dan belum sholat pula, mau sholat gak ada musholla di Siloam, mau keluar nyari makan takut nanti antriannya kelewat, akhirnya cuma bisa ngelus-ngelus perut sambil bicara sama si janin biar bisa bersabar sikit sampai emaknya selesai konsul baru cari makan, maklum dia juga akhirnya ikutan berjuang bareng saya).
Sambil menunggu antrian, saya cerita-ceritalah sama cewek yang juga ikutan antri, masih muda sih, mungkin seumuran denganku. Begitu saya cerita kejadian yang kualami hingga akhirnya ganti dokter, diapun menimpali “Dokter Tony baik kok mba, orangnya ramah dan enak diajak cerita, saya dari anak pertama udah konsul sama dia, sekarang udah anak ke 2, awalnya gak sreg juga karena dokter laki-laki sih, cuma gimana yah saya udah nyaman sama dia, gak pengen ganti dokter lagi, katanya”. Mendengar percakapan kami, cewek di sebelahnya lagi ikutan menimpali “Iya mba, gak apa-apa kok dokter cowok, saya juga sama dengan mba nya dari Bolmong, kalau saya dari Kotamobagu, jauh-jauh kesini karena sudah nyaman konsul dengan dr.Tony setelah saya ganti-ganti dokter sampai 3x, akhirnya pilihanku mantep ke dr.Tony padahal di Kotamobagu juga banyak dokter kandungan”.
Saya hanya bisa takjub dalam hati (wow..sampe segitunya yah! Jauh-jauh dari Kotamobagu kesini hanya untuk konsul, memang masih lebih jauh Lolak sih, hanya kan di Kotamobagu setidaknya banyak pilihan dokter kandungan, beda dengan di Lolak yang memang gak ada pilihan sama sekali, apalagi melihat perutnya yang udah membuncit dengan usia kandungan 8 bulan, saya bisa merasakan perjuangannya, iyeess.. berarti saya tidak sendiri hehe). Mendengar komentar-komentar positif tentang dokter Tony, sayapun sedikit tenang, setidaknya dia dokter favorit disini, berarti kredibililtasnya bagus, bahkan ada yang udah anak keberapa masih betah konsul sama dia, ada sedikit penasaran juga kayak gimana sih dokter yang jadi favorit ibu-ibu ini.
Begitu tiba giliranku dan berhadapan langsung dengan dokternya pertama kali yang terpikirkan di benakku adalah “Kok mirip kali dr.Boyke yah? Dari perawakannya, gaya bicaranya, suaranya, bahkan wajahnya sekalipun. Saya menerka-nerka usianyapun mungkin gak beda jauh dengan dr.Boyke, tiba-tiba pikiranku menjadi liar sambil berasumsi “apa iya dokter kandungan laki-laki begini semua? gak ada yang kekar dan tegap-tegap kayak dokter-dokter pada umumnya yah (ampun..sempat-sempatnya pula saya berpikiran begini yah? hahaha😂”.
Lamunanku tiba-tiba terhenti saat si dokter menyapa “Trisna artinya cinta kan? Dipanggil siapa ini?”, kontan saya jawab “Kalau bahasa Jawa sih iya dok, tapi saya gak ada blasteran Jawa, saya asli Makassar tulen hehe”, sontak saja jawabanku ini membuatnya tersenyum (ternyata dokternya gaul dan hobi bercanda juga). Saat dia lihat riwayat pengobatanku yang lalu, dia tahu kalau saya pasien dr.Meisye, diapun tanya kenapa akhirnya pindah ke dia, akhirnya saya cerita kalau gak sengaja dan terpaksa karena dr.Meisye gak keburu lagi (haha..jujur banget saya yah 😂), tapi dokternya gak marah, malah tambah tertawa dia mendengar jawabanku (mungkin dipikirnya saya terlalu lugu). Akhirnya saya cerita keluhan yang kurasakan dan list obat yang dikasih dr.Meisye dulu.
“Dok, saya kok gak ada nafsu makan yah beberapa minggu ini? Obatku dari dokter Meisye juga gak kuhabiskan”
“Lho…kenapa gak diminum?”
“Saya takut banyak minum obat-obatan dok, katanya kan orang hamil gak boleh minum obat-obatan kan dok”?
“Yang bilang gak bisa, siapa? Yang ngasih kamu obat dokter kandungan juga kan? Kenapa percaya periksakan diri ke dokter kalau kamu gak percaya obat-obat yang diberikan”? (nah kan..akhirnya saya kena complain dari dokter).
“Maksud saya dok obat yang dikasih dr.Meisye itu kan ada obat penguat kandungan, obat nyeri dan keram perut, dan obat jika ada bercak atau keluar darah, yang kuminum hanya vitamin dan obat penguat kandungan doang karena alhamdulilah saya tidak pernah merasakan nyeri dan keram perut, obat penguat kandungan juga hanya kuminum 5 biji dari 20 biji yang dikasih, karena adekku yang perawat bilang dia hanya minum obat itu kalau ada bercak aja, jadi saya hentikan dok, bener gak dok keputusanku?”
“Gak usah kamu habiskan obat penguat kandungan itu, gak bagus buat janin, ada efek sampingnya, makanya meskipun pasien saya minta gak pernah mau resepin sama mereka obat penguat kandungan. Makanya ibu-ibu hamil ini kadang aneh dan lucu, mereka takut minum obat karena ada efek sampingnya, tapi selalu minta obat penguat kandungan”.
“Owh..gitu yah dok, saya udah ada feeling sih kesitu sih makanya gak kuhabiskan (dalam hati bersyukur dapat ilmu baru dari dokter ini).
Akhirnya sayapun disuruh baring oleh perawat untuk USG, ruangan tempat USG dipisahkan tirai yang menutupi dengan tempat duduk tempat konsultasi tadi (mungkin untuk menjaga privasi ibu-ibu), yang ngasih gel di perutku rupanya perawat itu bukan dokternya, setelah itu lampu di ruangan itu dimatikan, baru setelah itu dokternya masuk ditemani perawat. Dokternyapun hanya menatap layar monitor, gak pernah melihat dan memegang-megang (saya jadi malu udah bersu’udzon duluan, soalnya saya pikir seperti USG pertama yang dipegang-pegang sama dr.Meisye, bahkan waktu itu sampai disuruh buka celana karena harus USG dari bawah, makanya jadi parno duluan kan? 😂). Dokter Tony menjelaskan dengan detil sekali kondisi bayi di perutku, hingga bagian-bagian tubuhnya yang mulai terbentuk, alhamdulilah dokter bilang babynya sehat dan pertumbuhannya normal sesuai usia kandungan. Begitu melihat bayi mungil bergerak-gerak  di monitor USG, semua rasa letih, lelah dan cape yang kurasakan seharian ini terbayar lunas dengan pemandangan itu (saya sampai lupa kalau masih menahan lapar karena belum makan haha), begitu apreciatenya menyaksikan pemandangan di monitor.
Selesai USG, saya gak tahan untuk gak bertanya sama dokter;
“Dok, katanya gak bagus yah kalau sering-sering USG tiap bulan, ada radiasi yah dok”?
“Kata siapa? Kamu dengar darimana info itu? Malah memang harus tiap bulan kontrol biar tahu kondisi janin di dalam”
“Yah..kata orang-orang yang udah pernah hamil dok, saya kan suka kepo-kepo, maklum dok hamil perdana jadi semua info-info seputar kehamilan dikepoin demi kebaikan si buah hati”, kataku sambil nyengir.
“Salah sendiri mau dikepo-kepoin. Sekarang dokter tanya USG kepanjangannya apa?”
“Ultrasonography” (untung saya bisa jawab, kalau gak kan malu-maluin, apalagi udah ngaku sering kepo-kepo haha).
“Nah..itu kamu tahu, jadi USG itu alat yang prinsipnya hanya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan USG ini, pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman, jadi tidak ada efek radiasi, makanya aman biar tiap bulan USG. Seperti saya bicara sama kamu ini, ada radiasi gak”? tanya dokter kemudian.
“Gak ada dok, hehe..Gitu ya dok? Makasih penjelasannya. Maklum dok saya tinggal di desa banget, jadi orang-orang ditempatku tuh pada takut mau ke dokter, karena mereka gak mau USG, takut kena radiasi katanya. Istri teman-temanku malah gak pernah USG sama sekali dok selama 9 bulan, mereka hanya percaya bidan desa”.
Dokter hanya senyam senyum mendengar penjelasanku (mungkin juga dia baru dapat pasien yang cerewetnya kayak saya haha). Entah kenapa, dengan dokter ini saya lebih terbuka dan lebih nyaman (mungkin karena dia juga membuka jalan dan mengajak kita aktif untuk berdiskusi). Jujur saja, saya suka dokter yang aktif dan komunikatif dengan pasien, apalagi bagi calon ibu baru yang baru pertama kali hamil seperti saya yang punya banyak pertanyaan dan banyak parnonya, alhamdulilah sang dokter mau menjelaskan bagaimana keadaan pasien, bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi pasien, mau menjawab pertanyaan/keingintahuan pasien, memberitahukan tindakan atau obat yang akan diberikan untuk pasien, dan seterusnya. Pokoknya tidak pelit info lah (dalam hati bergumam, pantes aja dokter ini banyak fansnya, ternyata enak gini konsultasinya, dan sekarang sayapun juga telah masuk dalam satu satu jajaran fansnya haha).
Begitu dikasih resep, saya protes kok obatnya cuma 1 macam padahal saya keluhannya banyak? haha. Akhirnya dokter bilang “Loh..katanya tadi takut minum obat banyak-banyak”? Gak apa-apa bu, ibu kondisinya normal, gak butuh banyak obat, bayinya juga sehat, saya hanya kasih suplemen aja. Ternyata dokter ini memang pelit ngasih obat, gak seperti dr.Meisye yang baru pertama saya konsul udah dikasih obat 5 macam. Tiba-tiba saya teringat artikel yang pernah kubaca kalau dokter di negara-negara maju juga pelit ngasih obat ke pasien, itu artinya dokternya bagus karena tahu efek samping dan doping dari obat-obatan kimia (tiba-tiba saya bersyukur telah dipertemukan sama dokter Tony ini, meskipun karena ketidaksengajaan).
Ternyata konsultasi dan periksa ke dokter laki-laki tidak semenakutkan dan semenyeramkan dalam benak, malah bisa dibilang dokter laki-laki lebih enak diajak cerita, lebih komunikatif, dan lebih humoris. Memang dokter yang baik adalah dokter yang mengajak kita aktif untuk berdiskusi. Bukan dokter yang kalau ditanya malah marah atau menganggap pasien sok tahu. Jangan juga yang kelewat pendiam, kalo nggak dicecer atau gak ditanyain nggak bilang apa-apa soal kondisi pasien. Karena pasien dan keluarga punya hak juga untuk mendapatkan informasi yang benar. Kalo sudah begitu, komunikasi antara dokter dan pasien kan bisa enak dan berjalan dua arah. Tidak ada satu pihak yang merasa lebih tinggi sedangkan pihak lain merasa lebih rendah.

Wednesday, 15 November 2017

Menyerah Di Tantangan Terakhir ODOP (Menulis Cerbung)

Hari ini kelas menulis yang kuikuti (One Day One Post) memasuki pekan ke 8, dan itu artinya telah memasuki babak akhir. Kelas memang di rencanakan berakhir di akhir November, setelah berjalan selama 2 bulan 1 minggu. Setelah semua peserta diwajibkan memposting tulisan satu hari satu tulisan di blog pribadi,  minggu ini adalah minggu dimana ujian akhir dilaksanakan (kupikir di sekolah aja pake ujian ). Dan gak tanggung-tanggung tantangan untuk ujian akhir kali ini adalah peserta diwajibkan membuat cerita bersambung (cerbung) sebanyak 12 episode, 750 kata yang diposting mulai hari ini hingga 12 hari ke depan dan tidak boleh ngutang link (harus posting tiap hari) *woww…emejing gak tuh?*
Jujur saja, tantangan ini membuatku keder seketika. Selain karena saya tidak pernah dan tidak ahli membuat cerita fiksi karena saya tahu ini bukan passionku, saya juga sedang hamil yang membuatku jadi lemot dan malas berpikir (apalagi karena sering pusing). Beberapa kali hampir menyerah dan mau mengundurkan diri saja saat dilanda writer block dan malas nulis, sampai beberapa kali ngutang postingan di minggu itu (pernah 5 hari benar-benar gak nulis, akhirnya dirapel di hari ke 6, ngutang 6 postingan, itu rasanya benar-benar melelahkan karena kondisi tubuh yang tidak fit, tapi tetap maksa berpikir). Beruntung PJ di grupku (Mba Nova) selalu memberikan motivasi agar saya mengikuti kelas ini hingga akhir dan selalu meyakinkanku kalau saya bisa melewati masa-masa ini, dia pun bilang melewati kehamilan dengan sering-sering nulis malah makin produktif dan bisa menghilangkan stres ibu hamil.
Akhirnya, meskipun terseok-seok, sering ngutang tulisan, saya tidak menyangka bisa sampai juga di hari ini (setelah melewati 51 hari dengan 51 postingan, 7 tantangan tulisan tiap pekan), padahal sewaktu pertama ikutan saya gak tahu kalau sedang hamil, gak tahu kalau kelasnya akan berlangsung selama 2 bulan lebih dan gak ada libur sama sekali untuk posting tulisan (soalnya kelas dan tantangan menulis yang kuikuti selama ini paling banter selesai dalam sebulan dan biasanya hari minggu libur menulis), ternyata di ODOP beda dan kelasnya lebih ketat menerapkan aturan (3x gak posting tulisan langsung di kick dari kelas). Pertama ikutan saya belum terbayang mau nulis apa hingga dua bulan ke depan, tapi saya positif thinking aja, yakin ide akan selalu muncul asal kita peka, dan alhamdulilah saya bisa melewati masa-masa mencari ide dan bisa menghindar dari eliminasi di kelas.
Namun sepertinya menghadapi ujian akhir ini saya benar-benar harus menyerah dan tidak bisa lagi survive, bukan karena saya tidak yakin atau tidak ada ide membuat cerita, tapi tantangan kali ini berat sekali buatku, bagaikan anak SD yang dikasih ujian untuk anak kuliahan. Pertama, karena nge fiksi bukan passionku dan saya sama sekali belum pernah buat cerpen (tiba-tiba disuruh bikin cerpen 12 episode yang panjang-panjang tiap episodenya..alamaaak..dapat tantangan pekan ke 2 nulis cerpen 500 kata udah mentok saya, gak bisa ngembangin lagi, sekarang harus membuat cerpen 12 episode 750 kata, yang itu berarti 9.000 kata, omaaaaaay., bagaikan anak bayi yang baru lahir langsung disuruh berlari 😣).
Jadi bukan saya tidak ingin berjuang dan tidak ingin mencoba hal baru, tapi karena saya sadar kemampuanku sampai dimana, dan memaksakan diri diluar kemampuan adalah hal yang sia-sia, hasilnyapun tidak akan maksimal nantinya. Alasan kedua yang membuatku ingin mundur adalah karena saya sedang hamil, yang membuat kondisiku lemah, pikiran lemot dan sering pelupa, membuatku jadi malas gerak, terlebih lagi malas nulis (apalagi ini gak boleh ngutang tulisan, dulu-dulu aja sering ngerapel link). Biasanya saya semangat nulis ataupun dipaksa-paksain nulis, karena biasanya temanya menarik sehingga membuatku lebih termotivasi untuk nulis, tapi ini cemmana, temanya gak menarik sama sekali buatku, padahal ide ceritaku banyak, hanya saya tidak begitu lihai berdiksi dan tidak pandai bernarasi, bagaimana bisa menciptakan cerpen bersambung?
Karena itu melalui postingan ini (mungkin Mba Nova juga bakalan baca), dengan penuh penyesalan saya memutuskan mundur dari kompetisi ODOP. Kekalahan yang paling menyakitkan adalah kalah di babak akhir, namun apa mau dikata, saya sudah berusaha semampuku dan semaksimal yang saya bisa, namun akhirnya harus menyerah setelah mendekati garis finish. Meskipun begitu, saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada Mba Nova dan Mba Mabruroh selaku PJ grup kentang yang telah mengarahkan kami dan telah memotivasi kami untuk terus menulis, juga kepada mastah-mastah (Bang Syaiha, Kang Fery, Mba Vinny, Mas Tran, dll) atas ilmunya selama mengisi kelas, juga kritik dan sarannya saat tulisanku dibedah, bermanfaat sekali. Meskipun harus mundur, namun banyak ilmu yang telah saya dapat selama ber-ODOP, dan saya merasa kemampuan menulisku jadi lebih baik karena telah terbiasa mosting tiap hari, dan ODOP telah menemaniku produktif dalam mengisi hari-hari di trimester pertama kehamilanku. TERIMA KASIH ODOP 😍😘.

Tuesday, 14 November 2017

Rina Nose Lepas Jilbab

Siapa yang tak kenal dengan Rina Nose, presenter sekaligus komedian yang kerap kali menghiasi layar kaca pertelevisian. Wanita kelahiran Bandung 33 tahun yang lalu ini telah malang melintang di industri infotainment tanah air, dari mulai main film, penyanti, bintang iklan, serta beberapa kali namanya juga masuk nominasi untuk insan pertelevisian Indonesia.
Karirnya semakin melambung sejak menjadi presenter D’Academia bersama Irfan Hakim dan Ramsi. Kepiawaiannya melontarkan lelucon-lelucon dalam menjalani perannya sebagai host membuatnya semakin disukai orang.
Sejak 2016 lalu, Rina Nose memutuskan berjilbab dan menghapus semua foto-foto tak berhijabnya di instagram. Keputusannya berjilbab ini kemudian di sambut hangat para fansnya. Banyak yang memuji penampilannya sebagai muslimah berhijab.
Beberapa hari ini, namanya kembali menjadi buah bibir di kalangan netizen sejak dia mengunggah fotonya di instagram yang melepas jilbab sambil menulis caption “Manusia berubah. Pemikiran berubah seiring peristiwa yang dialaminya. Ketetapan hati pun berubah seiring pengalaman batinnya. Apabila masih ada manfaat kebaikan yang bisa diambil dariku, maka ambilah. Jika tidak, maka tinggalkanlah”.
Pun beberapa hari setelahnya saat memandu acara D’Academia, ia sudah menampakkan rambutnya dan tak ada lagi jilbab yang menghiasi kepalanya.
Netizen di buat kaget sekaligus bertanya-tanya tentang alasannya membuka jilbab. Tak ayal lagi keputusannya ini mengundang cibiran dari para netizen dan juga para fansnya. Banyak yang menyayangkan keputusannya. Para fans pun dibuat bertanya-tanya, ada yang bilang karena masalah hidup yang berat, karena putus cinta, karena tekanan batin, dan lain sebagainya.
Berita ini mengajarkan kepada kita bahwa hidayah itu mahal harganya. Toh tidak ada yang menjamin kita yang masih berjilbab sekarang bakalan teguh dengan jilbab kita hingga mati. Karena itu hendaknya kita selalu berdoa memohon hidayah kepada Allah agar bisa dimatikan dengan khusnul khatimah. Amien
#day51
#TantanganPekan8
#OneDayOnePost

Monday, 13 November 2017

Surat Untuk Diriku Di Masa Depan

Menulis hari ini bisa dibilang sambil ngayal. Tapi tidak ada yang salah dengan bermimpi tentang masa depan kan? Kata Asma Nadia “Bermimpi itu gratis, kalau bermimpi saja kita tidak berani, bagaimana kita yakin bisa mewujudkannya?”
Jadi, dengan adanya impian yang ingin dicapai, tentunya bisa menjadi pemacu semangat kita untuk mewujudkannya. Soal berhasil atau tidaknya, kita akan lihat setelah 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun atau bahkan 20 tahun lagi. Berharap setelah menulis ini, impian untuk 10 tahun yang akan datang akan terwujud suatu hari nanti, jika Allah masih memberikan jatah pinjaman usia yang panjang bagi saya untuk hidup didunia ini.
Impian? Siapa yang tidak punya? Setiap manusia pastilah mempunyai mimpinya masing-masing!
Well, dalam hidup ini tentunya kita punya banyak mimpi yang ingin kita wujudkan satu persatu. Yang membedakannya adalah siapa yang terbangun dari tidurnya dan berusaha membuat mimpinya menjadi nyata dan siapa yang tidak bangun-bangun dan menganggap mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak mempunyai makna.

Karena tema kali ini tentang “Impianku 10 tahun yang akan datang”, saya tertarik membuat surat untuk diriku dimasa depan. Semoga setelah sepuluh tahun yang akan datang, bisa menjadi reminder buat saya yang hari ini telah menulis surat ini. Berikut isi suratnya;
DEAR MY SELF IN THE FUTURE
Hay.. Apa kabarmu diriku dimasa depan? Semoga kau masih dalam keadaan fine-fine thank you. Hari ini saya menulis sepucuk surat untukmu. Berharap semoga sepuluh tahun mendatang, kamu masih bisa menyisihkan sedikit waktu di antara kesibukanmu yang menumpuk untuk membaca suratku dimasa lalu ini.
Dari sekarang, saya selalu berjuang dan berdoa demi kesuksesanmu nanti. Bukan ingin mendahului kehendakNya, saya hanya menerka-nerka bagaimana keadaanmu satu dekade mendatang. Sudahkah menjadi lebih baik dari hari ini, ataukah masih sama saja, atau bahkan menjadi lebih buruk? Semoga tidak yah! Sayapun selalu berusaha memperbaiki sikap, memoles hati dan akhlak agar kau dimasa depan menjadi insan yang lebih baik dari hari ini, agar tidak menjadi manusia yang merugi.
Sejujurnya, saya juga sungguh penasaran bagaimana kehidupanmu saat itu, saat dimana kau membaca lagi tulisan ini, kemudian tersenyum simpul karena mencerna rangkaian kata-kataku hari ini. Mungkin saja saat itu kau akan berpikiran kata-kataku hari ini aneh, iya kan? muehehe
Setelah satu dekade, bagaimana dengan impianmu dimasa lalu? Apakah kau masih menggeluti hobi yang sama? Masih suka menulis dan ingin menjadi penulis? Karena biasanya dengan bertambahnya usia, minat dan hobi seseorang juga akan berubah. Mungkin saja hobimu sudah berubah ingin menjadi chef atau traveler misalnya. But..apapun itu, saya harap kamu masih bisa memberikan manfaat buat orang lain.
Sayapun masih ingat impianmu dulu yang ingin membahagiakan orangtua dan ingin pergi ke Tanah suci bareng. Semoga saat itu kau sudah bisa mewujudkannya dan bisa menceritakan perjalananmu yang berharga kepada anak dan suamimu. Kamu pasti semangat mendiskripsikan lewat foto-foto yang kau simpan rapi. Selain itu saya juga berharap sepuluh tahun nanti kau juga sudah menyematkan gelar magister/master di belakang namamu.
Oh..iya, saat itu apa kau juga sudah memiliki mujahid dan mujahidah yang sholeh/sholehah seperti impianmu dulu yang ingin menjadikan mereka seorang hafidz Al Qur’an? Pasti mereka lucu dan menggemaskan bukan? Meski lelah mengurus mereka, saya yakin kau pasti tak henti-hentinya mengucap syukur atas kehadiran mereka. Jangan lupa selalu ajari mereka mengenal Tuhan dan kitab sucinya, tuntun mereka berdoa, menghafal Al Qur’an dan surah-surah, agar menjadi mujahid Allah yang tangguh dan akan membela agamaNya.
Ketika sepuluh tahun nanti, kau pasti sudah dewasa, kau sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri. Sekarang memang tak ada masalah ketika kau mengejar karir setinggi-tingginya. Namun, menjadi istri sekaligus Ibu juga pekerjaan yang menyita banyak waktu dan tenaga, bukan? Sanggupkah kau menjalani peran gandamu? Bukankah kau lebih menginginkan banyak waktu untuk berkumpul bersama keluargamu?
Duhai diriku di masa depan, saya yakin kehidupanmu nanti telah banyak berubah, dan semoga saja perubahannya semakin baik dari hari ini. Sudah pasti kau juga akan tumbuh semakin dewasa. Masa muda memang pantas dikenang dengan indah. Diriku yang sekarang sedang berusaha menikmatinya sepenuh hati dan berusaha menjalani sebaik-baiknya agar kau tak akan menyesal di kemudian hari. Membekali diri dengan wawasan dan ilmu yang baru, memoles hati dan akhlak agar lebih santun, demi berusaha meraih impian kita bersama, untuk masa depan yang lebih baik!
Duhai diriku dimasa depan, satu pesanku untukmu. Sekecil apapun kesuksesanmu, syukurilah! Karena kau telah melewati perjuangan besar dan perjalanan yang terjal. Walaupun badai kehidupan semakin kencang menerjang. Jangan hiraukan orang-orang yang nyinyir kepadamu! Angkat kepalamu, tegakkan badanmu dan jangan pernah menyerah!
Jadilah wanita yang kuat lagi sholehah, Wahai diriku!
#day50
#OneDayOnePost

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...