Saturday, 30 September 2017

Me And My Unforgettable Moment In My Life

Keasyikan nulis tema yang terlintas di kepala, sampai lupa nulis tema tantangan untuk minggu ini. Karena itu hari ini mewajibkanku menulis tema ini. Baiklah, di tulisanku kali ini saya akan bercerita tentang diri dan kehidupanku. Silahkan yang mau kepo.
Namaku di akta kelahiran adalah Trisna Fadliyah Arsyad. Aku tidak tahu apa yang mendasari orangtuaku memberi nama ini padaku. Sering aku disangka anak ketiga karena namaku berawalan “tri”, padahal aku terlahir sebagai anak keenam. Kadang aku juga sering dibully, mereka seenaknya saja memplesetkan namaku menjadi nama cowok menjadi “tresno”.
Kata orang Jawa “tresno” artinya cinta. Aah..padahal aku terlahir murni sebagai dara Makassar tulen, tidak ada pencampuran blasteran Jawa sedikitpun dalam darahku. Ingin rasanya aku protes sama mama perihal namaku ini. Bahkan seandainya waktu itu bisa memilih nama sendiri ingin rasanya aku request namaku diganti saja Tapi meskipun begitu tetap kusyukuri, toh mau kukutuk juga percuma, apalagi nama ini sudah tersematkan dalam lembaran-lembaran ijazah dan sertifikat yang telah kuikuti. Meskipun akhirnya nama ayahku yang tersemat dalam namaku di Ijazah sudah hilang sejak SD karena kesalahan dokumentasi.
Namun, bukan berarti namaku tak mempunyai arti, mungkin orangtua punya pertimbangan sendiri saat menyematkan nama ini padaku. Waktu kutanyakan alasannya, mereka berkata saat aku lahir ada tiga pencapaian dalam keluarga yang berhasil mereka raih. Pertama, mereka sudah lama menginginkan anak perempuan menemani kakakku yang masih sendiri diantara empat abangku, kerena itu kelahiranku sangat disyukurinya. Kedua, saat aku lahir bertepatan dengan wisuda sarjana mama. Ketiga, di tahun aku dilahirkan juga orangtua sudah membeli rumah di Tamalate, setelah sebelumnya hanya tinggal di panti asuhan sebagai pengasuh anak-anak panti disana. Jadi, semua kakakku lahir dan dibesarkan dilingkungan panti asuhan bersama anak-anak panti. Itulah katanya tiga fadilah yang diperolehnya ditahun yang sama dan berdekatan momentnya dengan moment kelahiranku itu, karena itulah namaku diberi awalan “tri” sebagai simbol pengingat, dan fadliyah yang berarti fadillah. Hmm..panjang juga ternyata sejarahnya yah?
Aku menamatkan gelar sarjana di jurusan Teknik Kimia (ini juga karena aku tak sengaja nyasar di sekolah kejuruan kimia waktu SMU, sehingga memilih jurusan yang masih berhubungan dengan kimia, padahal saya sebenarnya kurang begitu lihai perhitungan loh). Aktifitasku hingga saat ini, masih bekerja sebagai Quality Control Supervisor di sebuah perusahaan swasta yang juga masih bergerak di bidang chemical dan manufacture yang nan jauh disono, namun alhamdulilah masih terdapat dalam peta di google map, maklum selama bekerja setamat kuliah, takdirku teryata berkerja dan mengais rezeki harus jauh dari keluarga dan hidup rantau di negeri orang *halah..padahal masih sepulau kok (hidup itu berat jenderal hahaha).
Kupikir cukuplah yah perkenalan singkat tentang diriku, kalau ada yang masih kepo, boleh kok ngepoin di whatsapp, atau akun media socialku, aku welcome dengan setiap pertemanan.
Sekarang aku akan bercerita tentang moment yang tidak terlupakan dalam hidupku. Sebenarnya di usiaku sekarang yang telah melewati seperempat abad, ada begitu banyak moment yang telah kulewati, namun di tulisan kali ini aku hanya mengambil dua moment saja, yaitu satu moment yang membahagiakan dan satu moment yang menyedihkan yang keduanya baru saja kulewati.
Moment unforgettable yang pertama adalah moment membahagiakan saat melangsungkan pernikahan tanggal 10 Desember 2016 yang lalu. Pada tanggal tersebut, Allah mengizinkanku menggenapkan setengah dien dan menerbitkan buku nikah (buku yang telah lama ku idam-idamkan). Bagiku, menerbitkan buku merah ijo tersebut adalah prestasi terbesar dalam hidup yang pernah kubuat, karena diperlukan usaha dan perjuangan yang tidak mudah *wedehh.mesti berdarah-darah untuk bisa menerbitkan buku ini *hahaha..lebay yah? Tapi beneran, itu karena saya tidak bisa menemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkan prosesnya muehehe.
Itulah mengapa moment tersebut menjadi moment yang tidak akan kulupakan sepanjang hidupku. Apalagi saat moment ijab qabul dan sungkeman dengan orang tua *haduh..itu sensasinya jangan ditanya deh, rasanya bagai genderang mau perang, gemuruhnya gaduh membuat hati riuh *saya grogi hahaha.
Moment Sungkeman Yang Sangat Mengharu Biru
Jujur saja, moment sungkeman diatas membuat hati meleleh dan mata gerimis. Disaat aku, anak gadis yang di besarkan dengan penuh kasih oleh orangtua, harus izin pamit pada mereka untuk mengarungi bahtera baru bersama suami. Antara rela dan tidak rela mereka begitu terharu saat mengikhlaskan anak gadisnya bersama lelaki yang akan menggantikan tanggung jawab mereka dalam mengayomi, membimbing, dan menyanyangiku. Terima kasih Mama, Abba atas asa, cinta, dan kasih kalian selama ini 😍😘.
Moment unforgettable yang kedua adalah moment menyedihkan when i lost my father tanggal 17 Februari 2017 lalu, 2 bulan setelah pernikahanku. Ada rasa yang bergejolak di hati jika mengingat kejadian itu. Ada titik air di sudut mata saat mengikuti prosesi pemakaman jenazah abba, saat melihat orang menggali liang kubur, membaui aroma tanah, meresapi dalam-dalam. Seketika tersadar, kalau kematian begitu dekat dan nyata adanya.
Hari itu adalah hari berkabung dimana aku kehilangan cinta dan kasih dari seorang ayah. Yah..ayah adalah cinta pertama anak gadisnya. Aku bersyukur abba di beri kesempatan Allah masih sempat menyaksikan prosesi sakral pernikahanku dan beliau meninggal setelah kami semua, tujuh orang anaknya telah menikah. Sering aku berpikir, mungkin dia ingin menyelesaikan semua tanggung jawabnya menikahkan anaknya, setelah bebannya hilang akhirnya Sang pemilik kehidupan memanggilnya.
Terima kasih untuk segala cita, cinta, dan pengorbanan yang telah abba berikan ke kami anak-anakmu, maafkan kami yang belum bisa membalas sedikitpun, meski memang sampai kapanpun tidak akan bisa kami balas. Sungguh, kau tak pernah meninggalkan kami. Kepergianmu duluan menghadapNya adalah untuk menunggu kami anak-anakmu dikehidupan kekal abadi. Abba tidak pergi jauh kemana-mana, namun abba tetap berada di hati kami.
Lewat sujudku kupanjatkan doa, semoga Allah menerima segala amal shaleh abba selama hidup didunia, diampuni dosa-dosata, dilapangkan kuburta dan diberikan tempat terbaik disisiNya. Amien
Al Fatihah.
#day6

#TantanganPekan1

#OneDayOnePost

Friday, 29 September 2017

Tips dan Trik Menghadapi Auditor

Di postinganku sebelumnya, saya bercerita tentang pengalamanku menjadi auditee saat audit ISO 9001 & SMK3 di pabrik (baca disini). Nah, di tulisanku kali ini saya ingin berbagi tips dan trik bagaimana menghadapi auditor, agar saat di audit, kita sudah bisa mempresiksi bagaimana mekanisme audit sehingga bisa tetap tenang dan tidak tegang menghadapi auditor.
Sebelumnya perlu kita ketahui bersama bahwa tujuan audit itu baik. Karena dengan adanya audit, semua persyaratan akan di periksa secara sistematis, sehingga dapat di ketahui persyaratan apa saja yang sudah terpenuhi dan yang belum terpenuhi di perusahaan. Nah, persyaratan yang tidak terpenuhi inilah, maka auditor akan mengeluarkan temuan (finding) atau laporan ketidaksesuaian (NCR: non-conformance report).  Kalau di ISO 9001, temuan dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat keparahannya yaitu: temuan major, temuan minor dan observation (suggestion for improvement).  Sebagai perusahaan atau instansi yang di audit, maka finding atau temuan ini harus segera di tindak lanjuti dan di koreksi, kecuali temuan dengan kategori observasi (biasanya di beri waktu sebulan). Setelah semua prosedur dan finding terpenuhi, barulah di rekomendasikan untuk penerbitan sertifikatnya. Jadi, perusahaan yang benar-benar ingin menerapkan ISO, maka harus mengimplementasikan semua syarat yang di persyaratkan. Tentunya ini membutuhkan budget yang tidak sedikit, karena persyaratannya banyak yang mengharuskan ikut training dan pelatihan yang dananya lumayan.
Kesesuaian diambil agar kita dapat menganalisa dan melakukan peningkatan atas kualitas proses sistem mutu yang tengah berlangsung, sedangkan Ketidak sesuaian diambil agar kita dapat menganalisa dan melakukan perbaikan (Corrective Action) ataupun pencegahan (Preventive Action) untuk kemajuan perusahaan kita ke depannya, agar ketidak sesuaian dapat dihindari.
Banyak dari kita yang tidak mengetahui untuk apa audit dilakukan? Yang tergambar di benak adalah jika ada audit pastinya sengaja mencari kesalahan (padahal tidak seperti itu), karena itu banyak auditee yang mengalami audit jitter, penuh ketakutan dan gugup duluan sebelum di audit, inilah yang menyebabkan kadang jawabannya muter-muter dan semakin membingungkan auditor 😅.
Karena itu, saya ingin berbagi tips untuk teman-teman yang akan menghadapi audit nantinya. Tips ini saya desain agar auditee yang kantornya sedang diobok-obok oleh auditor bisa siap mental dan fisik dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari tim audit. Tips ini saya buat berdasarkan pengamatan dan pengalamanku selama menjadi auditor internal dan auditee.
Berikut tips dari saya;
Mulai cara serius dulu yaa 😉
  1. Pastikan semua prosedur kita lengkap dan harus singkron sesuai prosedur (SOP, WI, form-form, dan log sheet), agar jangan sampai pas di audit prosedur tidak lengkap, atau lengkap tapi tidak sesuai dengan prosedur, atau yang lebih parah prosedurnya malah tidak ada (karena ini bisa jadi temuan major looh!)
  2. Pastikan semua form dikerjakan dengan benar, tanggal dan tanda tangan harus lengkap. Pokoknya perhatikan semua form dan log sheet, jangan sampai ada cek list yang terlewat, yang harusnya di isi yah kudu di isi.
  3. Pastikan kita sudah harus tahu (syukur-syukur kalau di hafal) tentang kebijakan mutu perusahaan dan sasaran mutu departemen kita (karena ini adalah pertanyaan wajib dan biasanya pertama kali di tanyakan auditor).
  4. Pastikan document dan instruksi kerja sudah kita mengerti, agar kita bisa mudah menjawab pertanyaan auditor. kalau ada prosedur/ instruksi kerja yang sudah tidak sesuai dengan aktual, segera minta perubahan dokumen untuk update dokumen tersebut.
  5. Jawablah pertanyaan auditor dengan singkat dan jangan berbelit-belit (jawab hanya pada apa yang di tanyakan), jangan membuat pernyataan baru, karena itu bisa menimbulkan pertanyaan baru lagi.
  6. Tetap bersikap sopan dan santun kepada auditor, meskipun auditornya masih muda dan umurnya jauh di bawah kita.
Nah, sekarang cara bercandanya 😆 
  1. Jika memungkinkan, carilah teman atau pasangan saat menjadi auditee. Jangan menghadapi auditor sendirian, kalau bisa minimal 2 orang, jadi nanti bisa berbagi stress, juga bisa gantian menjawab pertanyaan auditor, syukur-syukur kalau ada yang bisa ngajakin ngobrol auditor sehingga konsentrasinya terpecah.
  2. Tempatkan auditor di ruangan yang suhunya sangat dingin atau sangat panas, sehingga auditor tidak nyaman dan tidak betah mengaudit hehe
  3. Cobalah untuk memberikan kesan yang meyakinkan dan percaya diri yang tinggi. Kalau perlu sebelum auditor meminta document, kita yang menawarkan duluan “Mau lihat documentnya, Pak?” (sok meyakinkan auditor gitu deh..agar auditor percaya kalau document kita lengkap, sehingga meskipun document kita ada yang tidak lengkap, auditor kurang peka haha). Ini yang saya terapkan, dan did u know apa jawaban auditornya? “Gak usah, yang penting document nya ada kan?”, padahal ini trik ku doang whahaha.
  4. Jika auditor meminta document, berikan hanya dokumen yang diminta oleh auditor, jangan memberi document lain. Jadi misalnya auditor minta record mengenai log sheet, tanya aja “log sheet yang tanggal berapa Pak?”. Jadi kita hanya memberikan dokumen yg spesifik (karena biasanya auditor suka me-link dan menghubungkan document yang kita kasih dengan document lain, bahkan tidak jarang menghubungkan dengan document dari divisi lain yang terkait, jadi jangan keluarkan semua document!)
  5. Kalau memungkinkan, saat di beri kesempatan mengambil document, bilang aja “Documentnya di bawah Pak, di ruanganku (Ini jika auditnya di ruang meeting atau di office, bukan di divisi masing-masing yah). Jadi ada jeda waktu saat mengambil dokumen, bolak balik, naik turun tangga, kan lumayan tuh bisa banyak menyita waktu 🤣. Atau jika auditnya di divisi masing-masing, bilang aja document nya ada di office haha.
  6. Biasanya auditor tidak akan mau menjawab pertanyaan auditee saat audit berlangsung, biasanya auditee di persilahkan bertanya saat opening meeting, karena itu kalau bisa ajak auditor ngobrol mengenai topik-topik lain yang tidak ada kaitannya dengan departemen anda untuk memecah konsentrasinya, misal “Bapak orang mana? Udah berapa lama jadi auditor? Enak ya Pak jadi auditor, jalan-jalan terus” (lumayan kan kalau bisa memancing konsentrasinya dan dia bercerita panjang lebar, terkuras lagi waktu auditnya 😂)
  7. Jika saat audit telah memasuki waktu makan, ajaklah auditor makan di luar, kalau memungkingkan yang jauh dari perusahaan (meskipun kantin perusahaan ada), ini untuk mengurangi jatah waktu audit, sehingga waktu yang harusnya di gunakan untuk audit, harus tersita di jalan dan di tempat makan muehehe.
  8. Minta waktu audit paling terakhir, karena biasanya di jam-jam injury, waktu auditor sudah sangat sempit, selain itu biasanya auditor juga sudah lelah (apalagi kalau auditor melakukan audit sambil plan tour juga ke masing-masing divisi) sehingga auditor tidak terlalu spesifik dan detil lagi melakukan audit di jam-jam terakhir (Ini kalau jadwal auditnya belum di atur yah, tapi pengalaman audit kemarin, jadwal dan audit plannya sudah di email seminggu sebelum audit, dan saya kebagian jatah audit paling pagi pemirsah 😱), untungnya saya tidak mengalami demam panggung duluan, malah menurutku lebih enak karena beban cepat hilang, sehingga di saat yang lain masih sutris, saya sudah bisa ketawa ketiwi hihi 😝😄
Foto bersama konsultan dan auditor saat selesai audit external ISO & SMK3
Itulah beberapa tips dan trik dari saya dalam menghadapi auditor. Karena itu jangan pernah takut di audit! Temuan atau finding pasti ada, namun kalau bisa dapat di minimalisir dan di tekan sekecil mungkin, asal jangan sampai temuan itu bersifat major aja. Anggaplah temuan dari auditor itu untuk kebaikan management kita dan sebagai bahan perbaikan untuk ke depannya. Seharusnya, kalau persiapan kita sudah matang dan document lengkap, pasti tidak akan ada masalah kok. SO..DON’T FEAR THE AUDIT”, percayalah audit tidak semenyeramkan hantu-hantu lokal yang terdaftar di bursa hantu kok 😜.

Semoga bermanfaat 😍
#day5
#OneDayOnePost

Thursday, 28 September 2017

Pengalaman Jadi Auditee ISO & SMK

Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, alhamdulilah akhirnya audit ISO 9001:2015 dan SMK3 di pabrik selesai juga. Rasanya pengen teriak dulu…aaaahhh…legaaaaaaaa! Iiih, lebay kali yah? Tapi beneraaaan, itu karena sebulanan ini sempat stress menghadapi sensasi audit yang dag..dig..dug..sueeer hahaha. Padahal tiga bulanan ini kita sudah di dampingi konsultan loh buat proses pembuatan dan pengurusan documentnya (gimana kalau gak di dampingi?), juga kami para karyawan sudah mengikuti beberapa training dan audit internal sebagai langkah persiapan sebelum audit external, tapi tetap aja menjadi beban (gugup, takut salah menjawab, belum siap, dan kurang percaya diri) hihi. Kupikir semua auditee wajarlah yah punya perasaan seperti ini, selama beban tersebut tidak berlebihan, namun akhirnya kami di beri wejangan oleh konsultan bahwa menghadapi auditor janganlah di jadikan beban  sebab auditor juga seperti kita, mereka hanya seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya sebagai auditor dan kita sebagai auditee.
Berhubung namanya audit ISO 9001 dan SMK3 terkait managemen mutu, tentulah divisiku Quality Control yang pasti paling di sorot (namanya juga divisi quality yang paling berhubungan dengan mutu), makanya tingkat sutriss ku jadi naik berlipat-lipat daripada tingkat stres teman-temanku di divisi lain haha. Selain itu lagi, harusnya kan auditee sebaiknya 2 orang agar saat menghadapi auditor, auditee tidak tertekan sendiri, biar satu orang menjawab pertanyaan auditor, yang satunya lagi menyiapkan dan mengambil dokumen yang diminta auditor nantinya, lach..ini diriku di audit seorang diri, padahal teman-temanku di divisi lain berpasang-pasangan, gimana tingkat ketegangannya gak tambah tinggi, ya kan? 😱.
Karena itu, saya aktif mengumpulkan informasi terkait audit mengaudit ini, berhubung ini pengalaman pertamaku di audit jadi masih blank sama sekali. Sebenarnya saya punya beberapa teman yang pekerjaannya sebagai auditor. Terus setelah kepo-kepo dan tanya sama sini sama teman yang sering mengaudit lembaga dan perusahaan sebagai team auditor, saya mendapatkan jawaban yang sedikit menenangkan. Katanya “Tenang aja Inna, pasti lulus dan dapat sertifikat kok, wong kita sebagai auditor sudah di bayar mahal-mahal kok”. Sebenarnya masuk akal juga sih, masa iya perusahaan udah bayar puluhan hingga ratusan juta untuk ngurus sertifikatnya, tapi gak lolos? Hanya saja kan gak enak juga kalau ntar di tanyain auditor kita gak mampu jawab? Atau pas di tanyain document, ternyata gak lengkap (malu juga kan?). Karena itu kita selaku auditee harus menyiapkan persiapan yang matang.
Dan beginilah suasana acakadut di office saat menyiapkan document-document untuk audit H-3 sebelum external audit. Ruangan udah kayak kapal pecah aje, map-map dan document berserak di atas meja 🤣
Bahkan untuk makan siang dan makan malam aja sampai-sampai harus di office juga, karena gak sempat lagi turun ke ruang makan untuk makan malam 😂

Foto di atas di ambil H-1 sebelum audit, dan kita baru sempat makan malam jam 21.00 loh karena saking sibuknya. Di atas meja gak jelas lagi mana makanan dan mana document? 😬. Sebenarnya waktu ini pengen ngajak konsultan makan di luar, tapi boro-boro dah mau keluar makan, ini aja udah telat banget makan malamnya.
Jadi, begitulah sensasi audit pemirsah haha. Meskipun penuh ketegangan, begadang tiap malam, tidur gak tenang, tapi saya berusaha untuk selalu menikmatinya, setidaknya ini pengalaman di dunia kerja yang akan selalu terkenang. (Baca juga: Tips dan Trik Menghadapi Auditor)
Wokay, demikianlah pengalamanku menjalani audit. Di tulisan selanjutnya, saya akan bahas tips dan trik menghadapi auditor saat audit external berdasarkan pengalamanku jadi auditee 🙂.
#day4
#OneDayOnePost

Wednesday, 27 September 2017

Jangan Mau Di bodoh-Bodohi Diskon

Kemarin salah seorang teman menandaiku dalam salah satu postingan gambarnya di facebook (gambar tablet anti shopping seperti yang saya posting di bawah). Udah gitu dikasih caption lagi, katanya kalau untuk saya dosisnya harus lebih dinaikkan lagi hahaha (tau aja jeung kalau aye hobi shopping)😂.
Mungkin karena kita sering ke toko buku bareng dan memang saya kalau udah ditoko buku seringnya kalap, apalagi kalau udah ada embel-embel diskon dan cuci gudang dibelakangnya muehehe.
Entah kenapa tiba-tiba jemari ini gatal aja, jadi pengen nulis tentang shopping-shoppingan, serasa tiba-tiba dapat ilham, secara gambar itu menonjokku bangets *plaak*
Memulai tulisan ini, saya buka dengan kalimat “Be A Smart Buyer” kawan.
Yup! Biar kepala nggak pening dan mesti ngobat tablet seperti gambar dibawah, karena telat menyadari bahwa isi dompet yang tadinya diwarnai lembaran biru-merah Soekarno Hatta, seketika mengheningkan cipta, berubah bentuk jadi lembaran Pattimura yang membawa golok.. Hiks!
Namanya wanita dan ibuk-ibuk lah yah, pastilah tidak jauh-jauh dengan shopping, karena itu wajarlah kalau wanita sering dijadikan sasaran pasar, apalagi jika sudah ditambahi embel-embel promo, diskon ataupun cuci gudang dibelakangnya, rasa-rasanya jadi makhluk paling rugi sedunia jika tidak shopping saat itu juga. Bener apa bener banget nih buk ibuk?😅
Tenang aja jeunk, kamu tidak sendiri, saya juga gitu kok hehe. Apalagi sekarang belanja sudah begitu mudahnya dengan adanya online shop dan sms banking. Haduh..itu belanja semudah membalikkan telapak tangan aja, tinggal sekali klik lalu melayanglah duit ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Bersyukurnya, sekarang kalapnya udah jarang kambuh lagi, meskipun sesekali masih belanja juga hehe.
Suatu waktu saya butuh sepatu buat kerja, kemudian dapat info dari teman katanya salah satu pusat perbelanjaan lagi diskon gede-gedean. Tiba-tiba sinyal diotak langsung connect mendengar kata diskon😅. Singkat kata, langsung cusss lah saya ke TKP.
Sampai disana, Beuhhh… rame bener bo’, kayak orang ngantri sembako. Gak mau kalah, sayapun ikut meramaikan rombongan orang-orang pemburu diskon wkwkwkw.
Kemudian….
Jreng-jreng!
Mata tiba-tiba refleks mengarah pada area yang ber-tag, “Diskon 50%+20%”. Tidak sampai disitu saja, masih ada bonus voucher sekian puluh ribu untuk pembelian kedua. Yassalam, saat itu kok ya kayak habis dapet keuntungan berlipat-lipat gitu. Muka langsung sumringah, berasa jadi pembeli paling beruntung tingkat dewa wkwkwk
Selesai membayar barang pertama, karena merasa dapet voucher, lanjutlah ni mata jelajatan sama kaki bergerilya menembus berjubel-jubel manusia untuk menemukan barang-barang cucok lainnya. Akhirnya pilihanku jatuh kepada kepada pakaian, padahal waktu itu sebenarnya gak perlu-perlu banget buat beli baju, toh baju dilemari juga masih banyak yang belum sempat dipakai.
Sesampainya di kasir, nyiapin uang 100 ribu kok kurang? Padahal menurut hitungan kasarku tadi mah, harusnya malah masih dapet kembalian.
Oalahhh… Saya pikir sudah diskon 20% dan bisa ditambah lagi pengurangannya dengan voucher tadi. Nyatanya tidak, pemirsah! Kita cuma bisa milih salah satu. Begitu kata mba kasirnya saat saya sudah berada didepan kasir buat membayar barang kedua.
Selesai membayar barang kedua, Ehhh…Di struknya (produk kedua) saya dapet kupon voucher lagi. Naluri pembeli saya pun seolah berseru, “Ayo! Cari lagi barang bagus! MUMPUNG MASIH ADA DISKON! Besok-besok belum tentu dapat yang kayak beginian lagi!”
Sepatu sudah, baju udah, jadilah saya move ke area tas dan accesoris. Semoga dapet yang cocok dan serasi deh dengan sepatu dan baju yang udah lebih dulu dibeli tadi. Dan yang terpenting; harus murmer!
Saya pikir produk ketiga yang saya pilih, bisa pake voucher diskon yang kedua. Yang terjadi adalah, ketika hendak membayar, si mba kasirnya menjelaskan bahwa produk tersebut nggak bisa pake kupon diskon yang didapat dari pembelian baju tadi. Lach..padahal pas tadi saya nyomot kan, ada tag yang menandakan bahwa itu barang termasuk yang bisa pake potongan harga?
Ahh.. daripada ambil pusing, akhirnya saya cancel aja pembelian produk ketiga. Bodo amat dah dikira kere! Gile aje, tanpa diskon mah ogah belinya wkwkwk
Setelah itu baru sadar, merasa telah beruntung karena nggak jadi membeli barang ketiga. Dengan harga awal yang tertera di price tag-nya, berarti nanti saya akan dapet kupon diskon lagi. It means, saya disuruh belanja lagi, dong!
Yaelah mak, kalau begitu terus kagak kelar-kelar dong urusan pershoppingan gueee!

Jadi begitulah buk ibuk…
Bener banget kalo kita kudu jadi pembeli yang pintar. Jangan sampai terjerat dalam jebakan batman, ehhh jebakan penjual! Yaa, sebenernya sah-sah aja sih. Itu kan trik marketing. Tapi kalo kita sebagai pembeli telat nyadar, pas sadar baru nyesel deh. Apalagi kalo ternyata barang-barang yang kita beli sebenernya, nggak butuh-butuh banget, hanya tergiur karena iming-iming diskon doang!

So, waspadalah! Waspadalah!
Shoping bukan hanya karena ada niat, tapi karena ada kesempatan berwujud diskon dan promo😂.
Itulah mengapa dalam Islam kita dianjurkan berdoa sebelum masuk pasar atau pusat perbelanjaan, salah satu tujuannya agar kita terhindar dari keburukan pasar. Salah satu keburukan yang dimaksud adalah; menjadi boros atau khilaf!
Mungkin di zaman sekarang kita sering denger doa begini, “Ya Allah, lindungilah hamba dari godaan diskon yang menjerumuskan diri kepada keboke’an. Aamiin.”
#day3#OneDayOnePost

Tuesday, 26 September 2017

Ketika Istri Memilih Diam

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman kerja curhat sama saya karena lagi bingung menghadapi istrinya yang katanya tiba-tiba jadi pendiam.
“Mba Tris, sudah tiga hari ini saya sama istri diam-diaman. Kok istriku betah bangeet yah ‘mogok bicara’? Gak biasanya deh dia begini, jadi ada yang aneh kalau dia gak cerewet, kira-kira kenapa yah mba?
Rasanya pengen kujawab “Yealaaah bang, itu kan istri sampeyan, kamu aja yang suaminya gak tau apalagi saya?” muehehe 
Namun baiklah, saya bukanlah konsultan pernikahan, namun sebagai sesama wanita, saya akan mencoba menelisik di balik sikap diamnya wanita.
Berbicara adalah kebutuhan dasar wanita. Kebutuhan dasar artinya sama pentingnya dengan makan, minum, berpakaian, dll. Menurut psikologi, mayoritas wanita akan berbicara sebanyak 20.000-50.000 kata/hari, jadi tidak ada hal yang tak dibicarakan selagi mulut wanita masih bisa berbicara whahaha.

Dan memang berdasarkan struktur otaknya, wanita memang lebih banyak ‘suara’ dibanding lelaki. Lelaki bicara jika dibutuhkan, seperlunya saja, dan to the point. Sementara mengungkapkan perasaan dan uneg- uneg adalah kebutuhan bagi wanita, makanya wanita butuh telinga yang selalu siap mendengarkan curhatannya. Jadi sebenarnya wanita bukan mau cerewet, tapi mereka hanya berusaha menghabiskan ‘jatah ngobrol’nya saja (padahal sama aja yak’?) wkwkwkwk
Karena itu, jika wanita atau istri sudah memilih aksi bungkam, diam seribu bahasa, itu artinya ada ‘sesuatu’. Jika wanita kalem, dan tiba-tiba cerewet biasanya ada sesuatu (baca: ada maunya), tapi jika wanita yang banyak ngomong tiba-tiba memilih diam, itu tandanya dia sudah tidak mau apa-apa lagi.
Mungkin lelah bicara karena tidak digubris, mungkin merasa suaranya tidak didengar, akhirnya memilih diam sebagai pembiaran.
Karena itu pak suami, saat seorang istri bicara, dengarkan saja! Tatap matanya, jadikan topik pembicaraannya seperti berita ajaib paling fenomenal sejagad raya. Woow..ohh ya? Begitukah? # itung-itung belajar acting juga hahaha
Tetapi terkadang sikap diamnya istri juga adalah untuk menahan diri. Untuk mencegah bisa timbul emosi kalau sampai bersuara, takutnya tidak terkontrol sehingga yang keluar adalah kata- kata nyelekit yang bisa menyakiti hati orang disekitarnya yang akhirnya akan memicu konflik.
Atau bisa jadi juga wanita kalau lelah hati dan pikiran juga akan memilih diam. Berusaha menenangkan diri sendiri. Istighfar dalam hati sampai moodnya membaik kembali.
Nah, keadaan wanita yang begini nih yang sering bikin pusing lelaki. Karena itu lelaki sering bilang, ‘Aku kan bukan paranormal, mana aku tahu maksudmu kalau hanya diam begini?’ whahaha (gak salah sih yah sebenarnya)
Padahal di balik diamnya istri itu adalah ‘kode’ buat suami agar lebih peka, agar lebih perasa kalau ada ‘sesuatu’ yang istrinya tidak suka dari sikapnya. Namun sayangnya banyak suami yang kurang peka apalagi mencoba mengerti ‘kode verbal’ dari istrinya. Karena ini pulalah wanita sering menilai lelaki tidak peka. Saking marahnya malah makin jadi pendiam!
Lantas, Bagaimana menghadapi wanita dalam kondisi begini? Saya sarankan, mintalah maaflah! Salah tidak salah kata maaf akan sedikit membuatnya lega. Kemudian tanyalah ada masalah apa dengannya. Kalau tetap masih diam, mawas dirilah, setelah paham kesalahan anda, segera berbenah. Atau senangkan hatinya dengan diajak shoping gitu*karena biasanya wanita luluh jika sudah shoping yang berbicara hahaha😂.
Namun, kalau tetap masih tidak mau bicara, tunggu sampai tiga hari. Mungkin moodnya sedang buruk, PMS kali?
Yang jelas kalau orang ceriwis tiba-tiba menjadi pendiam, pasti ada sesuatu!
Lelaki memang lebih mengandalkan logika, tetapi pasti punya perasaan juga kan? Cobalah sedikit saja lebih peka dan berkomunikasi dalam diam. Cermati ekspresi dan kelakuan istrimu. Lagi sedih kah? Kecewa? Panik? Bingung? Ataukah marah? Karena biasanya wanita ada yang memilih sikap diam dulu, mengamati dan mencari bukti untuk bicara atau marah.
Sebenarnya banyak sekali faktor penyebab aksi diamnya wanita, kemungkinan para lelaki tak akan bisa mengerti dan memahami wanita seutuhnya. Butuh lebih banyak waktu dan kedekatan secara emosional.
Yup, komunikasi itu kuncinya, baik secara verbal maupun batin. Tetapi sebagai sesama wanita, saya sarankan sekali- kali berpikirlah taktis dan praktis layaknya lelaki, namun tetap bersikap lembut. Supaya tidak terlalu baper *eaaaaa
Jadi pakbapak, suami-suami, bersyukurlah jika istrimu masih bisa cerewet, masih bisa ngomel, masih bisa mengeluarkan uneg-unegnya, karena itu artinya dia masih PEDULI. Karena kalau istrimu sudah memilih aksi bungkam dan diam seribu bahasa, itu berarti sudah HOROR! Terserah apa yang dilakukan suaminya, dia sudah tidak mau peduli lagi, karena itu saya sarankan segeralah intropeksi diri dan cobalah untuk lebih memperhatikan istrimu.
#day2
#OneDayOnePost

Monday, 25 September 2017

Menulis Untuk Apa?

Hari ini adalah hari pertama saya mengikuti tantangan menulis One Day One Post selama kurang lebih 2 bulan 1 minggu. Itu artinya dalam 2 bulan kedepan saya wajib menyetorkan satu postingan setiap hari (wow..emejing gak tuh? Padahal untuk minggu ini saja saya belum tahu mau nulis apa pemirsah😝). Kalau boleh jujur, pembukaan kelas ODOP ini sebenarnya kurang sesuai timingnya dengan kerjaanku, pasalnya hingga dua minggu kedepan perusahaanku akan di audit, karena itu minggu-minggu ini sebenarnya adalah minggu yang super sibuk buatku, karena itu kelas pre ODOP kemarin saya hanya sempat menyetorkan satu link tulisan. Tadinya kuprediksi kelasnya akan opening mulai bulan depan, eeh..ternyata lebih cepat dari perkiraan dan jadwalnya barengan pula dengan jadwal auditku 😬. Namun, karena sudah niat mau komitmen, yah.. semoga saja saya masih bisa nyuri-nyuri waktu disela kesibukan untuk menyempatkan menulis setiap hari (Semangat Inna..insyaa Allah bisa 💪)

Untuk tema tulisan di hari pertama ini saya sengaja ingin mengambil tema tentang  menulis. Karena itu tema yang kuangkat kali ini adalah “Menulis Untuk Apa Sih?”. Buat teman-teman penulis atau yang hobi bercengkrama dengan aksara, pertanyaan ini penting untuk diselami agar bisa semakin memotivasi kita untuk terus menulis (Baca juga: Alasan mengapa saya menulis).

Masih hangat dalam ingatan beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan oleh keputusan Bang Tere Liye yang menarik semua bukunya dari dua penerbit besar (Gramedia dan Republika) yang selama ini menerbitkan buku-bukunya dikarenakan pajak penulis yang terlalu tinggi. Kegelisahannya inipun diunggah dalam salah satu postingan di fans pagenya. Bagi yang belum tahu Tere Liye, sini saya kasih bocoran. Tere Liye adalah penulis novel produktif yang telah menelurkan puluhan novel dan selalu best seller.

Sebagai penggila buku dan penikmat karya-karya beliau, berita ini lumayan membuatku patah hati *acieee*. Sueer..bahkan sakitnya lebih sakit daripada berita Muzammil nikah kemarin muehehe . Itu karena Tere Liye adalah salah satu penulis yang telah menginspirasiku, penulis yang telah membuatku pergi ke toko buku, dan beliau termasuk salah satu penulis yang konsen menyuarakan kebaikan dalam setiap postingan-postingannya di sosmed. Saya termasuk salah satu pengagum karya-karyanya.
Melihat kasus ini, jelaslah bahwa penulis bukanlah profesi yang menjanjikan jika hanya untuk mengejar popularitas dan materi semata. Ibunda Imam an-Nawawi pernah berkata kepadanya “Anakku, jika tujuanmu menulis hanya untuk mengejar materi dan menjadi terkenal, maka berhentilah menulis!”
Yah..karena menulis itu bukan berburu, yang sekali tembak langsung dapat hasilnya. Menulis itu seperti menanam, perlu waktu, perlu berpayah-payah dan berkesinambungan. Dan Insya Allah, suatu saat akan memanen hasilnya.”
Pepatah China mengatakan, menulis adalah menanam bebijian yang akan berbuah 20 tahun yang akan datang.
Kemudian berkaca lagi dari Ibnu Taimiyah yang menjadikan tulisannya sebagai sebuah PEMBUKTIAN CINTA. Cinta yang memiliki akar kuat berupa ketulusan. Ya, beliau adalah seorang penulis yang hidup pada zaman teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang. Zaman dimana facebook, blog, wattpad, dan berbagai media sosial belum ada. Bahkan penerbitan buku masih sulit ditemukan keberadaannya. Tetapi beliau tidak menjadikan menulis sebagai ambisi, namun sebagai bentuk cinta. Meskipun tidak ada media sosial yang memfasilitasi, meskipun buku yang beliau buat sendiri tanpa penerbit tidak akan menghasilkan uang yang berlimpah, bahkan meskipun tidak ada lagi alat tulis yang bisa dipakai menulis sehingga beliau harus menulis dengan arang, tidak ada yang bisa menghalangi beliau untuk menulis, karena menulis merupakan BENTUK CINTA. Ibnu Taimiyah sangat mencintai penduduk bumi, maka ia bersemangat menulis agar buku yang ia buat dapat menjadi pelita bagi penduduk semesta alam. Maka tembok dan arang menjadi saksi atas salah satu karya hebatnya yang berjudul Risalatul Hamawiyah yang dipahatkan untuk keabadian.
Karena itu duhai para penulis, hendaklah perbaiki niat kita dalam menulis. Bukan untuk materi, bukan untuk popularitas, bukan untuk pamer, aah..sangatlah rugi jika kita menulis hanya karena alasan duniawi; tapi lebih dari itu, menulis adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk berdakwah dan menyebarkan kebaikan lewat tulisan, meskipun si penulis sendiri masih fakir ilmu. Juga sebagai ikhtiar untuk mewariskan ilmu dan memanjangkan umur. Ya! Sekali pun nanti kita wafat, sebuah tulisan dan buku akan memanjangkan umur kita, dan kita akan meninggalkan jejak lain selain dibatu nisan
Menulislah selalu, sekalipun hanya dirimu sendiri yang membacanya!
Menulislah yang ikhlas, agar ilmumu terwaris, agar matimu tak membawa tangis, agar masa depanmu tak miris, karena kisah hidupmu sudah berjalan manis (Ahmad Rifai Rifan)
Kita diberkahi kemampuan menulis oleh Allah, maka jadikan itu sebagai alat untuk menyampaikan kebaikan meskipun satu ayat. Karena tidak menutup kemungkinan, ada orang yang menemukan jalan hijrahnya lewat tulisanmu.
Semua penulis akan mati, hanya karyanya yang akan abadi, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat kelak (Ali Bin Abi Thalib)
Selamat menulis, Salam Literasi 📝

#day1
#OneDayOnePost

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...