Seperti yang sudah kusinggung di postinganku sebelumnya tentang pernikahan dengan segala kemungkinannya ( baca disini ), dimana salah satu kemungkinan yang mungkin terjadi dalam pernikahan adalah kemungkinan ketiadaan anak. Entah mengapa saya ingin membahas persoalan ini lebih dalam lagi, karena itu postingan ini sengaja kutulis.
Dari sekian banyak kemungkinan setelah pernikahan, saya ingin mengambil satu kasus saja. Kasus ini adalah kasus pertama dari kata mungkin yang akan dijumpai setelah pernikahan yaitu “punya anak”;Mungkin punya, tapi mungkin juga tidak, hanya Allah saja yang tahu (Duuh..kok tiba-tiba jadi gemeteran yah mau nulis ini, baru ngebayanginnya aja udah nyeramin, bahkan lebih seram dari setan Valak muehehe).
Kenapa saya tertarik membahas kasus ini? Karena urusan punya anak akan menjadi tanya selanjutnya setelah melewati fase pernikahan. Setelah pertanyaan “kapan nikah” berhasil terjawab, maka pertanyaan lanjutannya adalah “kapan punya anak”. Dan memang pertanyaan ini lumayan mengganggu buat pasutri yang telah menikah dan belum ada tanda-tanda akan punya anak muehehe.
“Udah isi belum?”, tanya ini datangnya udah kayak minum obat aja, setiap ketemu teman-teman, tetangga atau keluarga pasti tanya ini gak pernah luput. Untuk orang dengan stok kesabaran yang terbatas seperti saya lumayan bikin galau haha. Pelajaran dari pengalaman nggak sabaran melewati masa-masa penantian, dari penantian mencari kerja sampai penantian jodoh cukup menenangkan, namun penantian yang ini lumayan mengganggu 
Kemudian ingat pernah ada teman yang sebelum menikah menanyakan kepada calon suaminya perihal anak dan menanyakan pendapatnya bagaimana jika mereka diuji sama Allah dengan ketiadaan anak dalam pernikahannya? Hmm..Sebagai wanita saya mengerti apa yang dikhawatirkannya, apalagi saya tahu banyak pasangan yang terpaksa memilih berpisah setelah mengetahui pasangannya tidak bisa memberikan keturunan. Karena bagi sebagian orang keberadaan anak mungkin adalah hal mutlak yang harus terpenuhi pada pernikahannya, itulah mengapa banyak pasangan yang melakukan berbagai upaya untuk memperoleh keturunan, bahkan tidak jarang banyak yang memakai bantuan bayi tabung yang biayanya lumayan mahal.
Untuk saya yang sudah menikah sembilan bulan dan belum juga hamil, kemungkinan punya atau tidak punya anak ini baru memikirkannya saja sudah membuatku baper dan dirundung rasa kepo. Aduhh..bagaimana nanti jika ternyata saya menjadi bagian dari mereka yang ditakdirkan untuk tidak punya anak? Namun saya yakin setiap urusan akan ada waktunya. Tidak ada alasan untuk mengotori penantian ini dengan berburuk sangka kepadaNya. Akan ada waktunya.. akan ada waktunya..akan ada waktunya (Tancep dalam hati Inna)
Tentulah punya anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, dan bukan juga tentang urusan jika semua syarat dan prosedur sudah terpenuhi, bukan juga urusan pantas enggak pantas atau siap nggak siap.
Kalaulah bertolak pada urusan kepantasan, maka pastilah taqwa dan iman yang akan menjadi tolak ukurnya. Jika taqwa yang menjadi tolak ukur maka barangkali untuk lolos berkaspun saya tidak akan mampu. Aaah.. taqwaaa, jika memang tolak ukurnya taqwa, maka adakah lagi yang lebih pantas punya anak daripada Sarah istri Ibrahim dan Aisyah istri Muhammad?
Kalaulah bertolak pada kesiapan, betapa banyak disekitar kita orang yang tidak mampu tapi anaknya bisa banyak? Bahkan ada teman saya dulu yang saudaranya selusin, padahal orangtuanya mengaku sudah nggak siap lagi punya anak berikutnya karena untuk makan sendiri aja sudah susah.
Maka berserah diri lah padaNya!
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. As-syuura:49-50)
Eh..Jujur deh saya baru ngeh kalau ayat di atas ada dalam al qur’an. Selama ini tiap baca surah itu lempeng-lempeng aja (ya Allah kemana aja gue?). Barulah setelah menikah, berasa bertenaganya ayat ini. Dan saya seperti jadi turut merasakan cerita penantian dari para penanti yang sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun menanti kehadiran buah hati. Rasanya..hwaaaa jangaaaaan ditanya deh! Sekarang rasanya tanggal haid itu kok jadi saingan yah ditungguinnya sama tanggal gajian Hahaha..
Namun belajar pada kisah Nabi Zakaria yang juga sempat merasakan galau, sedih, gundah dan gulana karena belum juga mempunyai anak disaat usianya sudah senja, rambutnya sudah memutih. Berkali-kali beliau berharap-harap cemas karena belum juga mempunyai keturunan padahal pernikahannya sudah puluhan tahun, namun beliau tidak letih berdoa dan menengadahkan tangan kepadaNya, hingga doanya diabadikan dalam al Qur’an.
Lalu apa yang terjadi kemudian? Allah Maha Rahman, Maha Kuasa! Bahkan dalam keadaan tuapun ditambah istrinya yang mandul, akhirnya kesabaran beliau berujung manis. Nabi Yahya hadir melengkapi pernikahan Nabi Zakaria disaat umurnya sudah 90 tahun. Yup.. kesabaran itu berbuah manis, bukan hanya pada kisah Nabi Zakaria, tapi juga ada pada kisah Nabi Ibrahim, juga Imran, mereka adalah para penanti yang mengajarkan ketotalan dalam berharap dan berserah diri. Mereka mengimani dengan sebenar-benar iman bahwa hanya kepada Allah-lah segala urusan itu berpulang. Maka, saya kok rasanya malu mau mengeluh disaat belum juga hamil padahal usia pernikahan baru berjalan 9 bulan, itupun karena jarang bertemu suami (Duh..ampuni saya ya Allah yang sering ngeluh).
Karena itu, bersabarlah duhai para penanti, karena Allah yang tahu kapan waktu yang tepat untukmu diberikan keturunan. Kapan itu? Saat Dia merasa kamu telah pantas menyandang predikat sebagai “orang tua”, karena itu teruslah berbenah dan meyakinkan Allah bahwa kamu siap diberikan amanah anak olehNya. Kalaupun Dia tidak menakdirkanmu memiliki anak di dunia, berarti Dia telah menyiapkan anak untukmu di syurgaNya kelak. Insya Allah, asal jangan letih berdoa dan berusaha.
Karena itu, bersabarlah duhai para penanti, karena Allah yang tahu kapan waktu yang tepat untukmu diberikan keturunan. Kapan itu? Saat Dia merasa kamu telah pantas menyandang predikat sebagai “orang tua”, karena itu teruslah berbenah dan meyakinkan Allah bahwa kamu siap diberikan amanah anak olehNya. Kalaupun Dia tidak menakdirkanmu memiliki anak di dunia, berarti Dia telah menyiapkan anak untukmu di syurgaNya kelak. Insya Allah, asal jangan letih berdoa dan berusaha.
No comments:
Post a Comment