Saturday, 30 September 2017

Me And My Unforgettable Moment In My Life

Keasyikan nulis tema yang terlintas di kepala, sampai lupa nulis tema tantangan untuk minggu ini. Karena itu hari ini mewajibkanku menulis tema ini. Baiklah, di tulisanku kali ini saya akan bercerita tentang diri dan kehidupanku. Silahkan yang mau kepo.
Namaku di akta kelahiran adalah Trisna Fadliyah Arsyad. Aku tidak tahu apa yang mendasari orangtuaku memberi nama ini padaku. Sering aku disangka anak ketiga karena namaku berawalan “tri”, padahal aku terlahir sebagai anak keenam. Kadang aku juga sering dibully, mereka seenaknya saja memplesetkan namaku menjadi nama cowok menjadi “tresno”.
Kata orang Jawa “tresno” artinya cinta. Aah..padahal aku terlahir murni sebagai dara Makassar tulen, tidak ada pencampuran blasteran Jawa sedikitpun dalam darahku. Ingin rasanya aku protes sama mama perihal namaku ini. Bahkan seandainya waktu itu bisa memilih nama sendiri ingin rasanya aku request namaku diganti saja Tapi meskipun begitu tetap kusyukuri, toh mau kukutuk juga percuma, apalagi nama ini sudah tersematkan dalam lembaran-lembaran ijazah dan sertifikat yang telah kuikuti. Meskipun akhirnya nama ayahku yang tersemat dalam namaku di Ijazah sudah hilang sejak SD karena kesalahan dokumentasi.
Namun, bukan berarti namaku tak mempunyai arti, mungkin orangtua punya pertimbangan sendiri saat menyematkan nama ini padaku. Waktu kutanyakan alasannya, mereka berkata saat aku lahir ada tiga pencapaian dalam keluarga yang berhasil mereka raih. Pertama, mereka sudah lama menginginkan anak perempuan menemani kakakku yang masih sendiri diantara empat abangku, kerena itu kelahiranku sangat disyukurinya. Kedua, saat aku lahir bertepatan dengan wisuda sarjana mama. Ketiga, di tahun aku dilahirkan juga orangtua sudah membeli rumah di Tamalate, setelah sebelumnya hanya tinggal di panti asuhan sebagai pengasuh anak-anak panti disana. Jadi, semua kakakku lahir dan dibesarkan dilingkungan panti asuhan bersama anak-anak panti. Itulah katanya tiga fadilah yang diperolehnya ditahun yang sama dan berdekatan momentnya dengan moment kelahiranku itu, karena itulah namaku diberi awalan “tri” sebagai simbol pengingat, dan fadliyah yang berarti fadillah. Hmm..panjang juga ternyata sejarahnya yah?
Aku menamatkan gelar sarjana di jurusan Teknik Kimia (ini juga karena aku tak sengaja nyasar di sekolah kejuruan kimia waktu SMU, sehingga memilih jurusan yang masih berhubungan dengan kimia, padahal saya sebenarnya kurang begitu lihai perhitungan loh). Aktifitasku hingga saat ini, masih bekerja sebagai Quality Control Supervisor di sebuah perusahaan swasta yang juga masih bergerak di bidang chemical dan manufacture yang nan jauh disono, namun alhamdulilah masih terdapat dalam peta di google map, maklum selama bekerja setamat kuliah, takdirku teryata berkerja dan mengais rezeki harus jauh dari keluarga dan hidup rantau di negeri orang *halah..padahal masih sepulau kok (hidup itu berat jenderal hahaha).
Kupikir cukuplah yah perkenalan singkat tentang diriku, kalau ada yang masih kepo, boleh kok ngepoin di whatsapp, atau akun media socialku, aku welcome dengan setiap pertemanan.
Sekarang aku akan bercerita tentang moment yang tidak terlupakan dalam hidupku. Sebenarnya di usiaku sekarang yang telah melewati seperempat abad, ada begitu banyak moment yang telah kulewati, namun di tulisan kali ini aku hanya mengambil dua moment saja, yaitu satu moment yang membahagiakan dan satu moment yang menyedihkan yang keduanya baru saja kulewati.
Moment unforgettable yang pertama adalah moment membahagiakan saat melangsungkan pernikahan tanggal 10 Desember 2016 yang lalu. Pada tanggal tersebut, Allah mengizinkanku menggenapkan setengah dien dan menerbitkan buku nikah (buku yang telah lama ku idam-idamkan). Bagiku, menerbitkan buku merah ijo tersebut adalah prestasi terbesar dalam hidup yang pernah kubuat, karena diperlukan usaha dan perjuangan yang tidak mudah *wedehh.mesti berdarah-darah untuk bisa menerbitkan buku ini *hahaha..lebay yah? Tapi beneran, itu karena saya tidak bisa menemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkan prosesnya muehehe.
Itulah mengapa moment tersebut menjadi moment yang tidak akan kulupakan sepanjang hidupku. Apalagi saat moment ijab qabul dan sungkeman dengan orang tua *haduh..itu sensasinya jangan ditanya deh, rasanya bagai genderang mau perang, gemuruhnya gaduh membuat hati riuh *saya grogi hahaha.
Moment Sungkeman Yang Sangat Mengharu Biru
Jujur saja, moment sungkeman diatas membuat hati meleleh dan mata gerimis. Disaat aku, anak gadis yang di besarkan dengan penuh kasih oleh orangtua, harus izin pamit pada mereka untuk mengarungi bahtera baru bersama suami. Antara rela dan tidak rela mereka begitu terharu saat mengikhlaskan anak gadisnya bersama lelaki yang akan menggantikan tanggung jawab mereka dalam mengayomi, membimbing, dan menyanyangiku. Terima kasih Mama, Abba atas asa, cinta, dan kasih kalian selama ini 😍😘.
Moment unforgettable yang kedua adalah moment menyedihkan when i lost my father tanggal 17 Februari 2017 lalu, 2 bulan setelah pernikahanku. Ada rasa yang bergejolak di hati jika mengingat kejadian itu. Ada titik air di sudut mata saat mengikuti prosesi pemakaman jenazah abba, saat melihat orang menggali liang kubur, membaui aroma tanah, meresapi dalam-dalam. Seketika tersadar, kalau kematian begitu dekat dan nyata adanya.
Hari itu adalah hari berkabung dimana aku kehilangan cinta dan kasih dari seorang ayah. Yah..ayah adalah cinta pertama anak gadisnya. Aku bersyukur abba di beri kesempatan Allah masih sempat menyaksikan prosesi sakral pernikahanku dan beliau meninggal setelah kami semua, tujuh orang anaknya telah menikah. Sering aku berpikir, mungkin dia ingin menyelesaikan semua tanggung jawabnya menikahkan anaknya, setelah bebannya hilang akhirnya Sang pemilik kehidupan memanggilnya.
Terima kasih untuk segala cita, cinta, dan pengorbanan yang telah abba berikan ke kami anak-anakmu, maafkan kami yang belum bisa membalas sedikitpun, meski memang sampai kapanpun tidak akan bisa kami balas. Sungguh, kau tak pernah meninggalkan kami. Kepergianmu duluan menghadapNya adalah untuk menunggu kami anak-anakmu dikehidupan kekal abadi. Abba tidak pergi jauh kemana-mana, namun abba tetap berada di hati kami.
Lewat sujudku kupanjatkan doa, semoga Allah menerima segala amal shaleh abba selama hidup didunia, diampuni dosa-dosata, dilapangkan kuburta dan diberikan tempat terbaik disisiNya. Amien
Al Fatihah.
#day6

#TantanganPekan1

#OneDayOnePost

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...