Friday, 15 September 2017

Pernikahan Dengan Segala Kemungkinannya

Sudah dua minggu belakangan grup menulisku Invinity LoveInk’ membuat challenge ‘One Day One Quote’. Nah, Kebetulan kemarin tema quotenya tentang pernikahan . Dari semua quote yang masuk ada satu quote yang menurutku cukup unik, karena itu juga quote ini kemudian menggerakkanku menulis postingan ini.
Quotenya berbunyi seperti ini;
“Pernikahan adalah seni merayakan hidup dengan segala kemungkinannya”
Disaat yang lain menulis quote pernikahan dengan segala kebahagiaan dan enak-enaknya saja, quote yang ini menurutku lain daripada yang lain, dia malah memandang pernikahan dengan segala kemungkinannya. Saya tidak tahu apa yang mendasari temanku itu berpikir seperti itu, namun mau tidak mau saya juga ikut membenarkan pemikirannya.
Saat kita berhadapan dengan kata ‘kemungkinan’, semua orang jika bisa memilih pasti akan memilih “kemungkinan’ yang mengarah ke hal yang nyaman-nyaman saja, yang enak-enak saja, dan jauh dari persoalan yang memberatkan. Tapi mana bisa hidup enak terus kan yah? Yang namanya kehidupan pasti ada kalanya suka dan ada kalanya duka, ada saatnya senang dan ada saatnya sedih, begitulah siklusnya bahwa kehidupan itu dipergilirkan, kemungkinan untuk senangnya hampir sama banyaknya dengan kemungkinan sedihnya.
Karena itu, harusnya setiap orang yang akan menikah sudah harus menyiapkan bekal dan amunisi untuk menghadapi banyak kemungkinan setelah menjalani pernikahan, agar kita sudah siap mental menghadapi kata ‘mungkin’ dalam rumah tangga kita kelak. Pentingnya persiapan yang saya maksud disini adalah sebagai upaya preventif untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga dalam pelayarannya jika nantinya diterpa gelombang, sehingga tidak membuka kemungkinan lain dalam pernikahan, yakni kemungkinan bubar tanpa dikomando.
Baiklah, setelah saya pikir-pikir mungkin inilah beberapa kemungkinan yang mungkin akan kita hadapi dalam pernikahan.
  1. Kemungkinan Pernikahan Bahagia dan Kemungkinan Tidak Bahagia

Kemungkinan tidak bahagia inilah yang banyak mengecoh pasangan setelah menikah, termasuk saya haha. Yah, celakanya saya juga lupa menyiapkan bekal ini sebelum menikah, mikirnya cuma yang enak-enaknya aja muehehe. Apalagi telinga ini udah panas saat teman-teman memberondong terus dengan pertanyaan “Kapan Nikah”, belum lagi udah dilambung kanan kiri dengan para junior, akhirnya mikir “Enak yah kalau episode ngenes menyandang status jomblo segera berakhir” . Waktu itu kupikir setidaknya dengan menikah kita sudah tidak perlu galau lagi karena sudah ada pasangan disisi, sudah ada tempat berbagi cerita, suka dan duka dihadapi bersama. Ternyata..eeh..ternyata.. setelah menikah malah lebih banyak galaunya haha.

Karena kurangnya persiapanku inilah, setelah nikah baru mengalami sydrom wedding jitter, terkaget-kaget dengan kehidupan pernikahan yang ternyata tidak seindah dan semenyenangkan bayangan dalam benak, ternyata episode bahagianya sama banyaknya dengan episode sedihnya. Episode sukanya sebanding dengan episode dukanya. Ndilalah berpikir akan bahagia mulu, ternyata setelah menikah ada lelahnya, sedihnya, gundahnya, ada air mata yang jatuh, yang berputar berjuta kali silih berganti.
  1. Kemungkinan Pasangan Menyenangkan dan Kemungkinan Menyebalkan
Berharap pasangan akan menyenangkan kita terus adalah sebuah harapan yang sia-sia. Kenapa? Karena pasangan kita juga manusia biasa yang terkadang membuat kita kecewa karena perangainya yang tidak sesuai harapan kita. Karena itu, sebelum menikah, setidaknya kita sudah harus menyiapkan ruang dalam hati untuk menerima ketidaksempurnaan pasangan kita, agar nantinya hati tidak begitu kecewa jika pasangan menyebalkan (inipun masih relatif yah).

Setelah menikah, setiap hari adalah hari baru untuk lebih banyak tahu tentang kondisi pasangan, karena itu kita akan terus dikejutkan dengan banyak hal baru dari pasangan yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Maka hendaklah kita mempersiapkan diri menghadapi hari-hari penuh kejutan itu yang kemungkinan akan menyebalkan. Sebagaimana kita terkejut dengan berbagai hal yang baru kita temukan dan kita ketahui dari pasangan, maka demikian pula dengan pasangan kita yang akan banyak menemukan hal-hal baru dari kita. Pasangan juga akan mengalami keterkejutan karena menemukan hal-hal yang belum diketahui sebelumnya dari kita. Sesuatu yang bisa jadi sengaja kita sembunyikan dari pasangan selama masa perkenalan, atau sesuatu yang kita tidak bermaksud menyembunyikannya, semua akan tertampakkan. Hidup berdua dalam keluarga baru, bertemu, dan berinteraksi secara sangat dekat dan intim, 24 jam sehari semalam, membuat semua hal akan tertampakkan, dari yang menyenangkan hingga yang menyebalkan. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Semua dari kita akan diketahui pasangan, begitupun sebaliknya semua hal dari pasangan akan kita ketahui.

Karena itu, namanya pasangan yang telah menikah, haruslah bekerjasama, saling reminder, menasehati, dan mengingatkan. Jika salah satunya salah, yang satu harus bisa menjadi alarm bagi yang lainnya. Semoga sikap pasangan kita yang tadinya menyebalkan akan menjadi baik jika terhimpun bersama yang baik. Dan ingat juga agar selalu mendoakan pasangan, karena hati pasangan juga milik Allah, jadi minta sama Allah Sang Maha pembolak balik hati agar meluruskan hati pasangan kita sehingga yang tadinya menyebalkan bisa kembali menyenangkan hati kita.
3. Kemungkinan Pernikahan Langgeng dan Kemungkinan Bercerai 
Saya yakin setiap pasangan yang menikah pasti tidak ada yang mengharapkan perceraian dalam pernikahannya. “Aah..saya mau menikah 3 tahun saja, habis itu bercerai”. Kalau ada pasangan yang berpikir seperti itu perlu dipertanyakan lagi kewarasan dan niatnya menikah untuk apa? Dalam mengarungi bahtera rumah tangga pastilah masalah dan prahara akan selalu ada, akan ada banyak ujian dan kerikil-kerikil yang siap menghadap, karena itu diperlukan kesiapan mental untuk menghadapi kemungkinan ujian terburuk agar pilihan terakhir seperti perceraianpun dapat terelakkan.
Pernikahan adalah kerja peradaban, kelas perjuangan tingkat lanjutan dan universitas kebaikan dan keberanian. Karena itu, jangan mengira kalau menikah itu seindah kisah pangeran dan putri kerajaan, atau seindah kisah bidadari dan penghuni surga, atau semanis lirik-lirik lagu cinta masa kini, karena mungkin yang kita hadapi kedepan tidak seenak dan semenyenangkan kisah tersebut. Yang namanya perjuangan, pastinya tidak lepas dari ujian, karena itu tugas kita berdualah untuk menghadang berbagai ujian itu, karena itu setiap pasangan haruslah saling bahu membahu dan tolong menolong untuk bisa lulus, dan diwisuda bersama.
4. Kemungkinan Punya Anak dan Kemungkinan Tidak Punya Anak
“Kapan punya anak” adalah pertanyaan yang akan sering muncul setelah kita menikah, bahkan frekuensinya semakin hari akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia pernikahan. Karena itu hendaknya pasutri haruslah mempersiapkan diri juga jika nantinya diuji Allah oleh ketidak hadiran buah hati dalam pernikahan (Baca juga: Pernikahan dan Kemungkinan Tidak Punya Anak) Begitu banyak kita jumpai suami istri yang harus menunggu dan menanti bertahun-tahun untuk memperoleh buah hati, segala daya dan upaya dikerahkan agar bisa hamil, berobat sana sini, bayi tabung dan lain-lain, namun apa daya jika Allah belum berkehendak, apa mau dikata, karena anak adalah hak prerogatifNya yang tidak bisa diintervensi.
Itulah beberapa kemungkinan yang terlintas dalam benakku, mungkin masih ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang lain. Namun pada akhirnya segala kemungkinan setelah pernikahan menjadi tantangan totalitas seorang hamba, iyaa tawakal dan berserah diri padaNya sambil bermohon agar Allah melimpahkan barokah ke pernikahan kita. Karena tanpa ini pasti kita bakalan sutris menghadapi badai dalam pernikahan.

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...