Mengapa saya menulis adalah tema tulisan pertama saat mengikuti Kelas Menulis Online. Jujur, sebenarnya saya tidak pernah bercita-cita menjadi penulis.
Selain karena saya bukan penikmat dunia sastra, juga saya tahu masyarakat
Indonesia pada umumnya malas membaca. Karena itu apresiasi terhadap
penulis masih sangat kurang. Betapa banyak buku-buku terbitan
karya anak negeri yang terlantar ditoko buku karena kesulitan menemukan
pembacanya, sehingga banyak penulis-penulis berbakat yang menjadikan menulis
hanya sebagai aktifitas sambilan, karena mereka berfikir penulis belum
bisa dijadikan profesi untuk menopang hidup keluarganya (Baca juga: Menulis Untuk Apa)
Menulispun tergolong hobi baru buat saya, dan mungkin hobi ini bisa
dibilang muncul tiba-tiba dan sangat kebetulan. Kalau saya ditanya sejak
kapan suka menulis? Sayapun tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Tanyalah sama teman-teman sekolahku dulu, mereka tahu bagaimana saya dulu yang
ketika ada tugas mengarang dan menulis dari guru bahasa indonesia, satu
halaman saja rasa-rasanya sudah sulit sekali untuk menyelesaikannya,
bahkan hingga tujuh purnamapun rasa-rasanya tulisan itu belum kelar-kelar juga.
Yang bisa kutebak dan kuprediksi adalah mungkin karena sekarang saya begitu menyukai dunia literasi, senang membaca untuk mengisi waktu luang sehingga perbendaharaan kataku semakin bertambah, serta suka sekali berinvestasi dengan mengoleksi buku, bahkan sudah kuniatkan bahwa dalam sebulan harus ada budget penghasilanku yang kualokasikan untuk berinvestasi ilmu dan pengetahuan dengan membeli buku. Sehingga dengan semakin seringnya membaca, sedikit banyak otak akan terlatih dengan sendirinya mengolah kata dan akhirnya jadi terbiasa merangkainya dalam kalimat. Atau mungkin juga karena sekarang saya suka berkhayal dan berimajinasi sendiri. Mungkin benar kata orang kalau penulis itu adalah pengkhayal yang baik. Yah.,mungkin tiap-tiap penulis punya dunia khayal dan teman khayalan sendiri. Sepi ditempat yang ramai, dan ketika ditempat sepi menjadi ramai sendiri. Begituah saya sekarang. Jika ada yang dinamakan teman dunia khayal mungkin sekarang saya memilikinya (iih...seyeeem yah..hehe)
Yang bisa kutebak dan kuprediksi adalah mungkin karena sekarang saya begitu menyukai dunia literasi, senang membaca untuk mengisi waktu luang sehingga perbendaharaan kataku semakin bertambah, serta suka sekali berinvestasi dengan mengoleksi buku, bahkan sudah kuniatkan bahwa dalam sebulan harus ada budget penghasilanku yang kualokasikan untuk berinvestasi ilmu dan pengetahuan dengan membeli buku. Sehingga dengan semakin seringnya membaca, sedikit banyak otak akan terlatih dengan sendirinya mengolah kata dan akhirnya jadi terbiasa merangkainya dalam kalimat. Atau mungkin juga karena sekarang saya suka berkhayal dan berimajinasi sendiri. Mungkin benar kata orang kalau penulis itu adalah pengkhayal yang baik. Yah.,mungkin tiap-tiap penulis punya dunia khayal dan teman khayalan sendiri. Sepi ditempat yang ramai, dan ketika ditempat sepi menjadi ramai sendiri. Begituah saya sekarang. Jika ada yang dinamakan teman dunia khayal mungkin sekarang saya memilikinya (iih...seyeeem yah..hehe)
Saya paham kalau menulis itu bukan bakat yang dibawa dari lahir.
Tidak ada manusia yang sejak lahir telah dianugerahi bakat menulis.
Kamu tahu kenapa? Yah..karena menulis itu bakat yang datang karena adanya
usaha dan latihan yang terus-menerus. Karena itu, kamu jangan harap
bisa menulis kalau kamu malas latihan dan malas membaca, karena menulis
tanpa latihan dan membaca is bullshit.
MENULISLAH!!!
Setidaknya ada lima kalimat inspiratif yang menjadi awal mula saya menulis;
Setidaknya ada lima kalimat inspiratif yang menjadi awal mula saya menulis;
- "Jika engkau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka menulislah." (Imam al Ghazali)
- "Semua penulis akan mati. Hanya karyanya yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat nanti."(Ali bin Abi Thalib)
- "Bila ada sebuah buku yang ingin kau baca, tapi buku itu belum lagi ditulis maka engkaulah yang mesti menuliskanya."(Tony Morrison)
- "Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, sampai jauh di kemudian hari."(Pramoedya A Toer)
- "Jika tak ada mesin ketik, aku akan menulis dengan tangan. Jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang. Jika tak ada kertas, aku akan menulis pada dinding. Jika aku dilarang menulis, aku akan menulis dengan tetes darah (Puisi Widji Tukul)
Bermula
dari kalimat-kalimat itulah saya mulai berinisiatif dan termotivasi untuk mulai
menajamkan pena, merangkai kata demi kata yang mungkin masih bermakna dangkal,
dan mencoba menaburkan diksi disetiap kata yang terserak dalam tulisan. Yah, saya tidak peduli meskipun tulisanku tidak seanggun Gibran, atau tidak secantik
Hamka, pun tidak sekeren Rumi. Seabsurd apa pun cerita yang tertuang dari
ide di kepala, selain sebagai hiburan, tentunya akan sangat berfaedah jika
ditaburi juga ilmu dan hikmah bagi yang membaca, karena itu saya berusaha
selalu memberikan hikmah disetiap tulisanku.
Ada beberapa alasan yang menjadi pemicu dan
tambah menyemangatiku untuk lebih meningkatkan kemampuan menulisku. Well, This is it, Cekidot yah ^^
Saya percaya kalau orang akan bahagia jika
mengerjakan hal-hal yang disukainya. Bahkan ketika kita mencari pekerjaan,
carilah pekerjaan yang bukan hanya memenuhi kebutuhanmu tapi juga yang
akan membahagiakanmu. Yang membahagiakan itu yang bagaimana sih? Tentunya adalah pekerjaan yang kita dengan senang hati melakukannya, bahkan kita bersedia sukarela mengerjakannya
meskipun tanpa digaji, apalagi jika kita menyalurkan hobi disertai juga dengan memperoleh penghasilan,
sungguh berlipat kepuasan dihati. Saya yakin seenak-enaknya pekerjaan adalah
yang sesuai passion, karena itu dengan menulis saya percaya
bisa memberikan kebahagiaan bagi saya. Karena tidak ada cara lain bagi seorang
penulis selain membuat tulisan.
2. Menulis adalah Cara Menyalurkan Beban Pikiran
2. Menulis adalah Cara Menyalurkan Beban Pikiran
Dalam hidup, selalu saja ada hal-hal yang tak mudah untuk dikatakan. Setiap kali ingin mengutarakan, tiba-tiba lidah menjadi kelu, mulut gagap entah karena apa. Akhirnya, kata-kata yang sudah disiapkan sebaik mungkin itu kembali mengendap, mencipta residu yang terus mengganjal dalam hati. Karena memang, ada perasaan yang lebih mudah dituangkan kedalam bentuk tulisan daripada diungkapkan, maka biarlah aksara menjadi utusan dari segala asa, rasa, dan juga cinta.
Terus terang saya orangnya kurang bisa terbuka sama orang lain, apalagi untuk mengungkapkan masalah dan perasaanku kepada mereka, bahkan sama suami dan sahabatpun terkadang ada sesuatu yang lebih enak saya tuliskan daripada share with them. Beberapa teman sering menjadikan saya tempat curhat mereka, mungkin mereka menganggap saya enak dijadikan tempat curhat dan kadang mereka puas dengan solusi-solusi yang kuberikan padanya. But..not for me, saya tidak bisa bebas mengungkapkan perasaanku kepada mereka. Oleh karena itu, menulis adalah satu-satunya caraku melampiaskan dan menyampaikan perasaan serta isi hatiku. Dengan menulis saya bisa berekspresi semauku, dengan bahasa sesukaku, tanpa takut akan komentar orang lain, tanpa takut menyinggung orang lain. Dan lebih dari itu, saya merasa lebih bisa terbuka menyalurkan beban yang ada dikepala meskipun lewat tulisan.
Saya tahu tiap-tiap penulis memiliki isi kepala yang berbeda-beda dan kadang akan menjadi beban tersendiri jika tidak disalurkan. Karena itu, jika saya mulai stress dan banyak pikiran, menulis adalah metode therapy yang sering saya pilih untuk menyalurkan beban pikiran, hingga semua beban di kepala bisa tersalurkan sehingga perasaan bisa kembali nyaman. Karena dengan menulis, bisa mengikis residu yang mengganjal di hati, mengutarakan apa yang seharusnya diutarakan, dan menyurat apa yang selama ini tersirat dalam bisu.
Terus terang saya orangnya kurang bisa terbuka sama orang lain, apalagi untuk mengungkapkan masalah dan perasaanku kepada mereka, bahkan sama suami dan sahabatpun terkadang ada sesuatu yang lebih enak saya tuliskan daripada share with them. Beberapa teman sering menjadikan saya tempat curhat mereka, mungkin mereka menganggap saya enak dijadikan tempat curhat dan kadang mereka puas dengan solusi-solusi yang kuberikan padanya. But..not for me, saya tidak bisa bebas mengungkapkan perasaanku kepada mereka. Oleh karena itu, menulis adalah satu-satunya caraku melampiaskan dan menyampaikan perasaan serta isi hatiku. Dengan menulis saya bisa berekspresi semauku, dengan bahasa sesukaku, tanpa takut akan komentar orang lain, tanpa takut menyinggung orang lain. Dan lebih dari itu, saya merasa lebih bisa terbuka menyalurkan beban yang ada dikepala meskipun lewat tulisan.
Saya tahu tiap-tiap penulis memiliki isi kepala yang berbeda-beda dan kadang akan menjadi beban tersendiri jika tidak disalurkan. Karena itu, jika saya mulai stress dan banyak pikiran, menulis adalah metode therapy yang sering saya pilih untuk menyalurkan beban pikiran, hingga semua beban di kepala bisa tersalurkan sehingga perasaan bisa kembali nyaman. Karena dengan menulis, bisa mengikis residu yang mengganjal di hati, mengutarakan apa yang seharusnya diutarakan, dan menyurat apa yang selama ini tersirat dalam bisu.
Kata orang bijak “Dengan menulis kamu akan dikenang”. Qullu
Nafsin Zaiqotul Maut (Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati), maka tak terkecuali dengan manusia. Siapapun tahu kalau tiap-tiap kita sudah
dijatah umurnya sama Sang Pemilik Kehidupan, bahkan tidak akan maju atau mundur
sedetikpun. Karena itu semua yang ada sama kita akan terkubur seiring
terkuburnya jasad, hanya amal dan karya kita yang akan abadi. Kata Bang Rhoma Irama
“Eksistensi itu adalah karya, bukan bicara”. Maka menulislah, agar kau
meninggalkan jejak, sehingga orang akan mengakui eksistensimu".
Yah..eksistensi adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Eksitensi tidak harus menjadi terkenal dulu ataupun menjadi orang disegani, tapi bagaimana caranya agar orang lain bisa merasakan manfaat dari keberadaan kita didunia meskipun kita sudah tiada. Minimal dengan kita menulis, kita memiliki tulisan yang bisa meninggalkan jejak dan menjadi bukti kalau kita pernah hadir didunia. So, that's why, tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat nantinya.
Yah..eksistensi adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Eksitensi tidak harus menjadi terkenal dulu ataupun menjadi orang disegani, tapi bagaimana caranya agar orang lain bisa merasakan manfaat dari keberadaan kita didunia meskipun kita sudah tiada. Minimal dengan kita menulis, kita memiliki tulisan yang bisa meninggalkan jejak dan menjadi bukti kalau kita pernah hadir didunia. So, that's why, tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat nantinya.
Kata pepatah “Semut diujung lautan nampak, namun gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Mungkin kita sudah sering mendengar pepatah ini yang artinya kesalahan kita sendiri tidak kita sadari, namun kesalahan orang lain sangat mudah kita lihat. Berawal dari pepatah itulah saya berusaha sering-sering intropeksi dan menasehati diri sendiri bahwa yang kita perlukan itu adalah cermin untuk melihat aib sendiri, bukan kaca pembesar untuk melihat kesalahan orang lain. Nah, dengan menulis saya merasa bisa bebas menasehati diriku sendiri, saya bebas memaki-maki diriku sendiri lewat tulisanku. Begitupun jika saya memotivasi orang lain lewat tulisan-tulisanku, sesungguhnya itu hanyalah caraku untuk menasehati diriku sendiri juga. Karena terus terang, saya belum mempunyai ilmu yang mumpuni untuk menasehati orang lain (Lhaa..siapa pula saya kan? Ilmu agama masih cetak sekali, mau sok-sokan menasehati orang lain). Karena itulah karena merasa diri ini belum ada apa-apanya dan masih perlu banyak belajar lagi, saya merasa harus menyampaikan sekecil apapun ilmu. Karena itu saya menulis (toh tidak harus menjadi ustadzah dulu kan untuk bisa menyampaikan ilmu dan berbagi?). Sehingga dengan memotivasi orang lain, secara tidak langsung juga memotivasi diri sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
5. Menulis Adalah Cara Untuk Mengabadikan Setiap Moment Dalam Kehidupan
Ada banyak cara seseorang dalam mengabadikan setiap kejadian dalam hidupnya. Ada yang menggunakan kamera dan foto, ada yang menggunakan video, dan ada juga yang menggunakan tulisan untuk menceritakan kisah hidupnya. Semuanya bisa saja dilakukan sebagai pengingat bahwa kita pernah eksis di hari yang lalu. Kau tahu, manusia tidak diberi spasi mengingat yang banyak, maka otomatis mereka memilah apa-apa yang ingin mereka simpan, dan apa-apa yang mereka ingin lupakan. Karena itu saya ingin mengabadikan setiap moment dalam hidupku dan orang-orang yang kusayang disekitarku lewat tulisan. Agar suatu hari nanti, saat saya tak sanggup mengingat lagi, saya atau mereka tetap mengabadi. Mengabadi dalam tulisanku dan mengabadi dalam kisahku. Karena dengan menulis suara kita tidak akan ditelan angin. Saya ingin meskipun telah tiada nantinya, mereka tetap mengenangku lewat tulisan-tulisanku.
Menulis itu tidak jauh berbeda
dengan berkata-kata. Pernah dengar kalimat, "Mulutmu harimaumu"?
Apa yang keluar dari mulut tidak akan jauh beda dengan apa yang ada
di dalam hati dan pikiran. Jadi wajar saja jika kadang terjadi perdebatan
bahkan permusuhan akibat dari kata-kata yang keluar dari mulut seseorang.
Perkara hati dan pikiran memang menjadi perkara yang sensitif, menulispun juga sama. Apa yang tertulis sejatinya adalah apa yang dipikirkan seseorang. Jadi wajar saja jika hanya karena sebuah tulisan bisa menimbulkan pro dan kontra.
Allah itu tidak hanya Maha Mendengar, Dia juga Maha Melihat. Jadi tulisan pun tak lepas dari Kuasa-Nya. Tidak hanya manusia yang menilai sebuah tulisan, Allah pun juga akan menilai. Jadi, salah-benar atau baik-buruk penilaian manusia tidak akan sebanding dengan penilaian Sang Maha Penilai.
Jadi, banyaknya Like, komentar dan apalah-apalah itu belum tentu menjadi indikator bahwa tulisan tersebut mendapat nilai MEMUASKAN dari Gusti Allah.
Allah itu tidak hanya Maha Mendengar, Dia juga Maha Melihat. Jadi tulisan pun tak lepas dari Kuasa-Nya. Tidak hanya manusia yang menilai sebuah tulisan, Allah pun juga akan menilai. Jadi, salah-benar atau baik-buruk penilaian manusia tidak akan sebanding dengan penilaian Sang Maha Penilai.
Jadi, banyaknya Like, komentar dan apalah-apalah itu belum tentu menjadi indikator bahwa tulisan tersebut mendapat nilai MEMUASKAN dari Gusti Allah.
Menulislah Terus! Menajamkan
pena dengan mengasah kemampuan menulis tanpa bosan, dan tidak lupa
pula menunjangnya dengan doa, memohon ilham yang baik kepada Allah agar
senantiasa kepala dipenuhi ide-ide cemerlang lagi bermanfaat. Menulis
kebaikan menurut Sang Pemilik Keindahan.
“Allahumma alhimnii rusydii wa aidznii min syarri mafsii” (Ya Allah, semoga Engkau memberiku ilham yang benar dan melindungiku dari kejelekan diriku). Jadi, saat diri hendak berbuat keburukan, Allah telah mencegahnya. Sehingga kegiatan tulis-menulispun akhirnya menjadi bagian dari ibadah, karena kita telah meminta keridhoan-Nya melalui panjatan doa.
Jadi, saat diri hendak berbuat keburukan, Allah telah mencegahnya, sehingga kegiatan tulis-menulis pun akhirnya menjadi bagian dari ibadah, karena kita telah meminta keridhoan-NYA melalui panjatan doa.
"Adduaa'u mukhul 'ibaadati." (R. At Tirmidzi).
No comments:
Post a Comment