Sunday, 17 November 2019

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad dengan Bung Karno, Al Qur’an dan pancasila. Menurutnya Bung Karno lebih berjasa di negeri ini daripada Rasulullah SAW, dan pancasila lebih baik dari Al Qur’an. Innalillah.
Hey..Buk, bolehkah saya bertanya?
Bukannya ingin bersu’uzdon, tapi sungguh saya mempertanyakan apa aqidah ibuk sekarang? Bukannya mau kepo sih, cuma saya beneran penasaran, benarkah ibuk seorang muslimah? ๐Ÿ˜ฑ
Buk’ kalau beneran ibuk muslimah, ENTAH APA YANG MERASUKI IBUK sampe bisa ngomong begitu buk’? Saya aja sebagai muslimah sedih loh buk dengernya, perih buk saat mendengar ibu dengan lantang bersuara menyamakan pancasila dengan Al Qur’an bahkan menganggapnya lebih rendah. Sakit hati ini mendengar ibuk membandingkan Nabi Muhammad dengan Bung Karno, Nabi Muhammad loh buk’ yang syafaatnya di Yaumul Akhir nanti sangat kita harapkan, dan apa ibuk gak berharap syafaat Nabi di akhirat kelak? Saya yakin bahkan bung Karno pun juga sangat mengharapkan syafaat Nabi.
Sungguh saya tidak bermaksud menghina Bung Karno, tak ada maksud hati merendahkan beliau, apalagi kita semua tahu kalau Bung Karno adalah orang yang berjasa untuk Indonesia, dan orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia melawan penjajah, namun sungguh perkataan Bu Sukma amat sangat menyakiti hati seluruh umat Islam.
Tidakkah ibuk tahu kalau Al Qur’an itu Kitab Suci Umat Islam? Al Qur’an itu langsung dari Allah buk’, Allah memberikan tuntunan hidup kita melalui Al Qur’an. Sedangkan Pancasila itu produk manusia buk’, membandingkan Al Qur’an dengan pancasila gak apple toh apple, bagaimana mungkin kita membandingkan Firman Allah yang mulia dengan produk buatan manusia? Akal manusia terbatas buk’, gak mungkin bisa menyamai ilmu Allah.
Bukankah Allah juga sudah pernah menantang manusia bahkan para jin untuk membuat semisal Al-Quran, walau hanya satu surat saja, namun sampai sekarang belum ada yang bisa menjawab tantangan ini, bahkan orang-orang pintar yang tidak percaya adanya Tuhan dengan hanya mengandalkan kepintaran mereka, juga tidak bisa menjawab tantangan Al-Quran sampai saat ini.
Ibuk tau gak tentang ini? Kalau belum tau nih saya kasih tau ayatnya;
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’รขn ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain (QS. Al Isra:88).
Jadi udah ngerti kan buk’ kalau menyamakan Al Qur’an dan Pancasila itu tidak sepantasnya, apalagi menganggap Pancasila lebih baik dari Al Qur’an, sungguh perbuatan yang benar benar menghina Umat Islam, menghina kitab suci kami. Belum lagi dengan menghina Nabi Muhammad dengan membandingkannya dengan Bung Karno. Kata Bang Rhoma, sungguh terlalu ๐Ÿ˜Œ.
Please buk’, jaga perasaan umat islam yang ibuk hina Nabi dan kitab sucinya.
Atau apa ibuk harus di ruqiah dulu agar bisa siuman dan insyaf biar gak ngehalu terus? ๐Ÿ˜‚.
The last, semoga saja aparat hukum bisa tegas menghadapi masalah ini, agar ke depan tidak ada lagi orang-orang yang berani menghina Umat Islam.
Note: Buat para orang tua, kuy anaknya dikenalkan sama Nabi dan shirah Nabawiyah sejak dini, agar kelak ia tidak merasa kalau ayahnya lebih berjasa daripada Rasulullah SAW๐Ÿ˜‚.

Sunday, 10 November 2019

Jilbab Bunda Di Kepala

Cerita Bunda Bersama Nafiz di Sore Hari:
Nafiz menghampiri bunda yang lagi masak di dapur sambil bilang “boa, endang” (baca:bola tendang), jadi ceritanya dia ingin ditemani nendang-nendang bola di halaman.
Karena bunda gak bergeming juga, si bocah lalu narik-narik tangan bunda sampai depan pintu. Belum sempat pintu dibuka, bocah itu masuk lagi ke dalam rumah, tak lama dia keluar sambil nentengin jilbab bunda. Dengan jilbab ditangannya, dia lalu berkata “nda, ilbab, pala” (mungkin maksudnya jilbab bunda di kepala).
Masya Allah, takjub!
Padahal saya gak pernah ngajarin kalau bundanya keluar rumah mesti pake jilbab, pun saya gak pernah ngasih tau letak jilbabnya dimana, ternyata anak ini merhatiin kalau bunda keluar dari pintu selangkahpun udah kudu pakai jilbab, dia juga merhatiin tempat bunda biasa simpan jilbab.
Ternyata benar, tanpa diajarpun anak gampang sekali niruin tingkah laku dan kebiasaan orang tuanya. Anak akan lebih mudah mengikuti perilaku daripada nasehat kita.
Makasih ya nak sholeh, udah mengingatkan bunda berjilbab. Meskipun sekarang Nafiz belum ngerti alasannya, setidaknya dia sudah tahu kebiasaan bundanya.
Akhirnya ini jadi alarm buat saya agar lebih bijak dan lebih berhati-hati lagi bersikap karena ada cctv cilik dirumah yang selalu mengintai dan ngikutin gerak gerik bunda ๐Ÿ˜

Monday, 4 November 2019

Suami Bukan Milik Istri, Ia Hanya Titipan Allah Yang Suatu Saat Akan Pergi

Saya bukan lagi ingin membahas postingan “Layangan Putus” yang lagi viral, bukan pula ingin mengomentari rumah tangga seseembak itu, saya hanya ingin mengambil hikmah dari postingan tersebut bahwa setiap orang pasti akan diuji oleh Allah. Ujiannya bermacam-macam, ada yang diuji dengan rumah tangga yang bermasalah, suami yang tidak setia, istri yang tidak patuh, anak-anak yang membangkang dan lain-lain.
Salah satu ujian yang banyak menimpa seorang istri adalah suami yang tidak setia, tidak bertanggung jawab atau KDRT yang mengakibatkan sebuah pernikahan harus kandas di tengah jalan. Ketika istri diuji dengan suami yang modelnya seperti itu, maka yang harus selalu kita ingat adalah pada kenyataannya suami yang kita miliki hanyalah sesuatu yang dititipkan, bukan milik kita sepenuhnya. Yang namanya titipan pasti suatu saat akan diambil atau pergi, entah dipisahkan karena kematian, atau karena perceraian. Dan yang namanya dititipi kita harus siap jika sewaktu-waktu suami diambil kembali oleh pemilik-Nya.
Setelah menikah, kita mungkin merasa bahwa suami sudah sah sehingga sudah menjadi milik kita sepenuhnya. Namun kenyataannya adalah kita hanya dipertemukan dan disatukan dalam mahligai suci pernikahan, pasangan kita tetap menjadi milik Allah sepenuhnya. Suatu saat nanti yang kita tidak pernah tahu itu kapan, Allah pasti akan mengambilnya kembali dari kita. Entah itu kembali keharibaan-Nya atau dititipkan lagi oleh-Nya kepada wanita lain yang membutuhkan cinta dan kasih sayangnya. Bisakah kita menolak dan membantah keputusan-Nya? Hati kita, hati suami kita, hati wanita itu semua berada dalam genggaman-Nya. Namun yang harus selalu kita tanamkan dalam hati adalah bahwa tidak ada satupun yang akan terjadi di dunia ini kecuali atas izin-Nya.
Saat ini mungkin pasangan atau suami kita sedang bersama kita, tapi jika suatu hari nanti dia pergi dengan yang lain? Atau pergi untuk selama-lamanya? Bisa jadi itu adalah cara Allah menguji kita.
Tidak ada yang bisa menjamin suami kita akan terus setia pada kita. Mau dibuntutin pake GPS, mau tiap saat dicek hpnya, mau didatengin ke kantor atau kemanapun. Ataupun segala cara dan upaya dilakukan supaya bisa memantau suami, tetap tidak akan bisa! Bahkan jika suami mau kita rantai dan diawasi 24 jam agar tidak lepas dari pengawasan kita pun, kalau hatinya memang mau mendua yah pasti bakalan selingkuh juga.
Bersiap menikah berarti bersiap juga menghadapi kemungkinan setelah pernikahan seperti siap dimadu, siap untuk ditinggal mati, siap menderita, siap menjadi sahabat, siap menjadi partner dalam suka maupun duka, siap segalanya bahkan siap dicerai.
SUAMI BUKAN MILIK KITA! CATET !
Yang bisa kita lakukan hanyalah menjaga diri kita. Jaga diri kita supaya berbakti sebaik-baiknya. Jaga diri kita supaya senantiasa taat pada Allah. Maka Allahlah sebaik-baiknya penjaga. Supaya Allah senantiasa menyayangi suami kita sehingga Allah akan mudahkan suami kita taat pada Allah.
Allah yang akan menjaga mata, hati, lisan, dan perbuatan suami kita. Kita tidak bisa mengontrol apa saja yang suami kita pandang, apa saja yang suami kita rasakan. Apa saja yang suami perbuat. Tapi kita bisa mempercayakan semua itu pada Allah.
Kalaupun ternyata nantinya suami melakukan hal-hal yang melanggar dan dibenci Allah, pun setelah semua usaha mempertahankan rumah tangga telah kita lakukan, Sungguh Allah lebih tahu yang terbaik bagi setiap hambaNya. Mungkin Allah ingin menjadikan suami sebagai ujian yang membuat kita naik kelas jika kita ikhlas dan sabar. Karena bisa jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik untuk kita, dan terkadang kita menyukai sesuatu yang buruk untuk kita. Karena itu tetaplah terus berbaik sangka sama Allah.
Lalu saya teringat kisah Asiyah istri Firaun, bahwa untuk masuk surga syaratnya tidak harus punya suami yang sholeh. Maka bersyukurlah jika kita dikaruniai suami yang baik lagi sholeh. Artinya harus makin taat pada Allah. Kebalikan dari kisah Asiyah istri Fir’aun, kisah Nabi Luth dan Nabi Nuh juga menjadi pelajaran bahwa suami yang sholehpun tidak akan bisa mengajak istrinya ke syurga jika istrinya tidak taat dan membangkang perintah Allah.
Untuk para istri yang sedang diuji Allah dengan suami yang tidak setia atau tidak bertanggung jawab sehingga harus bercerai, bersabarlah dan ikhlaskan. Lepaskan jika menggengam lebih menyakitkan. Lepaskan jika mempertahankan lebih banyak mudharatnya buat kita. Perceraian memang dibenci Allah, namun bertahan dalam pernikahan yang semakin mendzholimi diri juga bukan tidakan yang baik. Bukankah Allah juga melarang kita untuk mendzolimi diri?
Yakinlah bahwa ini adalah ketentuan-Nya yang terbaik bagi kita. Yaa..ini adalah ujian. Ujian untuk istri yang harus rela dicerai suami, ujian untuk anak yang harus kehilangan sosok ayah. Tetaplah kuat dan tegar, tetaplah waras demi anak-anak. Memang keadaan tidak lagi mudah karena kehilangan separuh hati seperti layangan putus, ditambah lagi perjuangan sebagai single fighter yang membuat hidup jadi semakin berat. Namun kita bisa mengandalkan Allah sebagai Sang Pemberi Rezki ketika ayah anak-anak memilih tidak peduli dan tidak bertanggung jawab akan nafkah anaknya selepas perceraian. Namun percayalah! Lelahmu, usahamu, perihmu, air matamu akan diganjar pahala oleh Allah, akan ada kebahagiaan yang menantimu selepas derita yang kau rasakan.
Percayalah, wanita itu kuat dan tegar, kita bisa kok kuat meskipun tanpa pasangan. Meskipun sulit, namun kita tidak boleh terlalu lama meratapi keadaan. Tetap bangkit dan berjuang demi masa depan anak-anak. Jalan masih panjang. Kita bisa dan berhak bahagia meskipun tanpa pasangan. Yakinlah kita bisa berusaha dan berdiri dengan kaki sendiri untuk anak-anak meskipun diluar sana banyak cacian, makian, hujatan dan lain-lain. Kita harus bahagia sebagai wanita, karena kita tumpuan masa depan anak-anak kita.
Semangat buat Para Single Fighter yang tengah berjuang demi masa depan anak-anaknya. Semoga Allah selalu membersamai perjuangan kalian. I Feel You ๐Ÿ˜ข

Sunday, 13 October 2019

Karena Kasih Sayang Seorang Ibu Bukan Diukur Dari ASI Atau Sufor

Anak saya Nafiz ngASI cuma sampai usia 5 bulan, setelah itu full sufor. Karena itu saya seringkali mendapat cibiran dari orang-orang sekitar, bahkan dari sesama emak-emak sendiri.
Sufor itu serasa bikin KOMENTATOR MAHA BENAR.
“Ngapain ngasih sufor mahal-mahal kalau ada yang gratis punya kita?”
“Alaah..ibunya aja yang malas ngasih ngASI, gengsi kali, gak mau jadi pejuang ASI”
Ada lagi yang komentar karena ngeliat saya kerepotan membawa termos, kaleng susu, dot, dan perlengkapan tempur Nafiz saat bepergian;
“Makanya bu, ngASI aja biar gak repot kalau kemana-mana, kalau sufor gini kan repot jadinya” (lach..memangnya saya nyuruh ibu buat bawa barang-barang anak saya, kok situ yang kerempongan?)
Dilain waktu ada yang nanya harga susu Nafiz;
“Berapa tuh harga susu anaknya bu”?
“800 gram harganya 175 ribu cuma buat 4-5 hari Bu”, jawab saya.
Ebusettt…sambil geleng-geleng kepala, jeblug dah kantong gue, tekor…tekoorr…katanya (Ealah bu..memangnya saya beli susu anak saya minta uang ibu? Gak kan? Kok situ yang tekor?)
Lalu ada lagi yang bilang “Bayi sufor gak sehat loh, gemuknya gak alami, sering sakit-sakitan juga” (Allahu Akbar, udah macam Tuhan aja langsung memvonis orang).
Tau gak gaes rasanya dikomen macam-macam begitu? Perih bu’..perih..seperti luka menganga yang ditetesin jeruk nipis ๐Ÿ˜ฐ. Apalagi yang komen sesama emak-emak, tambah ngenes rasanya.
Lalu apa kabar dengan anak saya yang saya kasih sufor?
Ahh..bu’…Percaya deh rezeki anak itu ada aja loh, yg penting kita ikhlas lilahi ta’ala merawatnya, Alhamdulillah hingga detik ini Nafiz tidak pernah nangis-nangis karena kehabisan susu.
Dan saya yakin KASIH SAYANG SEORANG IBU TIDAK BISA HANYA DIUKUR MELALUI ASI SAJA.
Banyak sekali pejuang ASI dan emak-emak yang sudah berjuang agar anaknya mendapatkan ASI eksklusif terbaik, tapi memang ada saja kendalanya. Seperti saya contohnya sehabis lahiran hampir saja saya terkena Baby Blues yang menyebabkan ASI saya mandet, alhamdulilah masih bisa nyusuin sampe 5 bulan, setelah itu ASI udah gak keluar lagi. Entah sudah berapa banyak Booster ASI yang saya minum, dari mulai jamu, teh, jus, obat, dan kapsul yang pahitnya minta ampun sudah saya coba. Sayur-sayuran apa lagi, dari sayur kelor, sayur jantung pisang, sayur daun katuk yang katanya bisa memperlancar ASI sudah saya makan. Belum lagi ngemil kacang-kacangan, minum jus kacang ijo yang lumayan enegnya. Semua itu saya lakukan demi bisa memberi ASI ekslusif untuk anak saya, namun apa mau dikata ASI saya tetap mandet. Salah satu penyebabnya mungkin karena saya juga stress memikirkan berbagai komentar-komentar itu.
Saya sempat galau berkepanjangan, antara merasa gagal menjadi ibu pejuang ASI dan juga kasihan jika anak saya yang baru 5 bulan dikasih sufor.
Namun akhirnya saya mencoba berdamai dengan keadaan, apalagi Nafiz kuat sekali nyusunya, kalau nyusu gak pernah kenyang. Masa iya sih sebagai ibu saya biarin aja anak nangis kalau asupan gizinya kurang? Kan kalau bayi di bawah 6 bulan belum boleh dikasih MPASI?
Mungkin, kalau bisa memilih tidak ada ibu yang ingin memberi sufor ke anaknya jika memang ia mampu memberi ASI. Ngapain mau keluar uang mahal-mahal kalau ada ASI gratis dan sehat pula, ye kan bukibuk?
Karena itu, bersyukurlah emak-emak yang bisa memberikan ASI ekslusif buat anak-anaknya. Namun, jangan lantas karena itu membuat kalian mencibir dan nyinyirin ibu yang anaknya Sufor, karena kita gak tau perjuangan apa yang sudah ibu itu lakukan demi bisa menjadi pejuang ASI. Lebih baik tahan lisan, jaga hati dan perasaan ibu itu yang mungkin juga sudah berusaha.
Percayalah..tanpa kalian hakimi pun ibu yang ngasih sufor ke anaknya juga sudah dilema dan merasa bersalah karena gak bisa mengASIhi. Melihat ibu-ibu lain posting hasil pumpingan ASI dan isi freezer yg penuh ASI sudah membuat hatinya nelangsa karena tidak bisa melakukan hal serupa. Jadi, jangan menambah bebannya lagi dengan nyinyiran yang macam-macam itu.
The last, Saya doakan dengan penuh cinta mudah-mudahan yang suka nyinyir rezekinya melimpah ruah, anaknya sehat wal Afiat dan gak gampang sakit. Amien ๐Ÿ˜

Monday, 2 September 2019

BPJS...Oh...BPJS

Dua hari ini timelineku penuh dengan berita kenaikan iuran BPJS per tanggal 1 September 2019. Bahkan gak tanggung-tanggung naiknya langsung 100% gaes, Innalillah.
Sayapun jadi tertarik membahas issue yang lagi aptudet ini, yaa..anggaplah suara hati rakyat jelata yang lagi perhatian sama negerinya. Please jangan dicoment saya kok protes tapi masih mampu beli kuota buat internetan yah gaes? Saya hanya ingin menyampaikan uneg-uneg sebagai rakyat jelata muehehe
Sebagai peserta BPJS juga, saya miris bin kaget juga mendengar berita ini. Meskipun saya tidak ikut merasakan kebijakan baru ini karena sebagai peserta penerima upah, BPJS saya dibayarkan perusahaan, jadi udah autocut 1% dari gaji bulanan, tapi keluarga juga banyak yang jadi peserta mandiri yang otomatis akan merasakan dampak kenaikannya. Baru kali ini kenaikannya paling tinggi, perasaan dulu gak gini-gini amat naiknya, ye kan?
Dalam hati cuma bisa berdoa semoga Allah mampukan kita semua untuk selalu bisa bayar iuran, bayar listrik, bayar air, bayar pajak dan bayar-bayar yang lain yang semakin hari semakin mencekik rakyat.
Yang membuat saya miris dan sedih adalah katanya kondisi keuangan BPJS defisit, etapi.. kok jajaran direksinya malah mendapatkan gaji dan bonus yang banyak? Pan saya yang hanya rakyat jelata jadi bertanya-tanya karena kondisinya kontradiksi sekali. Apalagi kita juga tau kalau BPJS punya banyak utang dan tunggakan-tunggakan pembayaran di rumah sakit dan klinik yang bekerjasama.
Dengan iuran yang lama saja saya yakin sudah banyak juga rakyat yang merasa berat, ini dinaikin 100%, pastinya akan sangat memberatkan mereka. Anggaplah 1 KK ada 4 orang, kalau mereka mengambil kelas 2 saja dengan iuran 110 ribu, totalnya sudah 440 ribu. Belum lagi kalau 1 KK anggota keluarganya lebih dari itu dan yang diambil kelas 1, biayanya pasti lebih membengkak. Mungkin untuk sebagian orang, ini nominal yang kecil, namun bagi orang kalangan bawah yang pendapatannya gak sampe UMP, itu jumlah yang sangat besar, belum lagi mereka juga harus bayar kebutuhan hidup yang lain.
Harusnya BPJS sebagai asuransi kesehatan milik pemerintah bisa menjangkau semua kalangan, sayangnya banyak yang dari kalangan bawah yang benar-benar tidak mampu. Jangankan untuk membayar iuran, untuk membiayai keluarga dan makan sehari-hari saja sudah susah. Kan kasian, ketika uang yang harusnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan harian, lauk pauk dan pendidikan anak harus habis hanya untuk membayar iuran BPJS!!!
Bahkan yang lebih menyedihkan lagi ketika tidak memiliki uang sama sekali, namun BPJS wajib dibayar, telat bayar didenda, gak mau ikut dipaksa ikut karena nanti gak dilayani di urusan-urusan publik. 

Miris!
Ya..sangat miris!
Membuat kebijakan dengan memberatkan rakyatnya sendiri.

Jadi, ini bukan perkara setuju atau tidak setuju BPJS naik ya gaes, karena pada dasarnya saya setuju dengan subsidi silang kalau yang sehat membantu yang sakit dengan iurannya, namun kepekaan pemerintah terhadap kondisi rakyatnya masih sangat kurang.
Terkadang sebagai rakyat kita hanya bisa pasrah kepada kebijakan para pemangku kebijakan. 
Yah..Kita berdoa saja semoga dengan naiknya iuran ini, sebanding juga dengan kualitas layanan BPJS nantinya, karena sekarang sakitpun belum tentu dapat pelayanan baik dari BPJS, seperti di desa tempatku sekarang pelayanan BPJS masih sangat memprihatinkan.

Sunday, 28 July 2019

Akhirnya Nafiz Sudah Bisa Jalan

Pekan ini usia nafiz sudah memasuki 14 bulan. Alhamdulilah akhirnya dengan ketekunan dan kesabaran membimbingnya berjalan, sekarang Nafiz udah lancar jalannya, bahkan sudah mulai berlari juga. Meskipun tergolong agak lambat dibanding anak seusianya, namun tak mengapa, karena menurut dokter usia 14 bulan masih tergolong normal.
Sebagai ibunya sempat juga saya worry, karena usia setahun belum mampu berdiri sendiri, sedangkan sepupunya setahun udah lancar jalannya. Meskipun tidak ingin membandingkan, tapi rasa khawatir terhadap tumbuh kembangnya sempat mampir juga, apalagi Nafiz tidak memalui fase merangkak, apa ini termasuk salah satu penyebabnya juga yah? Karena pernah baca di grup ibu-ibu muda kalau anak yang gak merangkak tumbuh kembangnya gak sempurna karena ada satu fase yang terlewati. Saat saya tanya dokter anak yang biasa menanganinya, katanya sering dilatih dan di stimulasi saja karena kakinya udah kuat menopang tubuhnya, hanya Nafiz masih kurang berani saja. Dan anak gak merangkak juga gak masalah, karena ternyata banyak anak yang seperti Nafiz yang langsung berjalan tanpa merangkak dahulu. Oke fix, alhamdulilah berarti kegalauanku tidak beralasan.
Akhirnya setelah mendapat saran dari dokter, setiap hari saya tuntun Nafiz berjalan sambil sesekali dilepas agar keberaniannya muncul. Awalnya dia Nangis pas dilepas itu, mungkin karena takut jatuh karena gak ada pegangan, tapi saya biarkan saja meskipun sedikit gak tega sih *maaf ya nak*, tapi tujuan bunda baik kok hehe. Dilain waktu saya latih jalan dengan bantuan orang lain yang nunggu di seberang, sehingga saat saya lepas dia berjalan menuju orang di seberangnya, yang setiap hari jaraknya semakin jauh agar kemampuan berjalannya juga meningkat. Alhamdulilah lama kelamaan keberaniannya muncul dan mulai bisa berdiri sendiri, berjalan, dan berlari.
Awal-awal jalan Nafiz belum bisa berdiri sendiri, jadi masih dibantu di berdirikan baru dia langsung jalan, namun seminggu setelahnya alhamdulilah udah bisa mandiri berdiri sendiri. Setelah bisa jalan langsung deh gak bisa diam lagi, tiap sore maunya jalan dan main terus di pasir depan rumah. Sebenarnya gak masalah sih, hanya saja ada gaya baru dia saat berjalan yaitu kaki sengaja diseretnya sehingga semua debu di sekitarnya beterbangan, belum lagi celana dan sepatunya jadi cepat banget kotornya. Tapi, gak apa-apa ya nak namanya juga baru belajar, pasti masih mencari teknik yang kenyamanan dulu.
Meskipun sudah lancar jalannya, namun hingga sekarang Nafiz kurang suka pakai sepatu atau sendal, dia lebih suka bertelanjang kaki. Namun saya tetap membiasakan memakainya meskipun dia tidak suka, mungkin karena sering terlepas-lepas kali yah? Jadinya dia kurang nyaman juga. Bukan apa-apa takutnya kita kan gak tau barang-barang apa saja yang ada di jalan yang bisa membahayakan kakinya, saya hanya gak mau ambil resiko jika kaki anak saya kenapa-kenapa nantinya.
Akhir kata, bunda senang sekali melihat dan selalu membersamai setiap proses perkembanganmu nak’, semoga selamanya bisa tetap seperti itu. Yuk nak kita Terus belajar, terus berproses, dan terus bersama menjadi lebih baik lagi, karena pasti tantangan yang akan kita hadapi ke depannya pasti tidak akan selalu mudah, namun bunda yakin dengan selalu bersama kita pasti bisa, insya Allah.

Sunday, 14 July 2019

Vespa dan Kipas Angin

Sebulan belakangan ini Nafiz begitu tertarik dengan kipas angin dan vespa. Entah apa yang ada di benak Nafiz dua benda ini begitu menarik dan menyita perhatiannya. Terkadang baru bangun tidurpun , vespa sama angin dulu yang disebutnya (kalau nyebut kipas belum bisa, yang dia lancar nyebutnya cuma angin doang. Vespa pun belum terlalu fasih juga, dia cuma bila “peppa”)
Pernah suatu waktu ke rumah makan, yang pertama dilihatnya kipas angin diatas plafon, Nafiz langsung heboh dia nunjuk-nunjuk kipasnya sambil bilang “angin..angin..putar..putar” (seperti yang biasa dia buat dengan kipas angin dirumah), udah gitu kenceng lagi suaranya, mau tidak mau beberapa pengunjung refleks ngeliatin kita haha. Pokoknya setiap ke tempat yang ada kipas anginnya, baik itu kipas angin duduk, kipas angin berdiri, kipas angin nempel di dinding, maupun kipas portable semuanya bikin Nafiz heboh pengen mainin. Alhasil kipas angin dirumah lebih sering mati daripada nyala karena ada Nafiz yang gak lepas mainin itu barang, bahkan dia lebih tertarik dengan kipas angin daripada mainan yang saya beliin. Kipasnya juga sengaja saya lepas tutupnya biar dia puas muter-muterin (pastinya sengaja gak saya colokin di listrik dong).
Lagi muter-muterin kipas angin
Beda kipas angin beda pula vespa. Vespa bang Nofri tetangga rumah kan sering mogok dan kalau di starter bising kali sampai kedengaran ke sebelah. Nah..tiap Nafiz dengar vespa dihidupkan nih, dia sontak bilang “Peppa..Peppa” (baca: Vespa). Kok Nafiz tau kalau motor jadul itu bernama vespa? Iyah, pertama saya cuma iseng bilang ke Nafiz sekalian ngelatih dia yang udah mulai bisa bicara “itu namanya vespa nak, vespanya warna kuning”, ternyata Nafiz nge-save kata-kata saya, dan tiap liat vespa lewat pasti Nafiz langsung heboh (padahal gak pernah sekalipun dia naik vespa). Pun tiap hari Nafiz selalu nagih dibawa ke rumah Bang Nof untuk muter-muterin roda vespa (Bang Nof punya dua vespa). Entah menariknya dimana, tapi kerjaannya itu tiap hari, nyariin dan muter-muterin roda vespa.
Lagi muter-muterin roda vespa
Namanya anak-anak kan yah, dia belum bisa bedain mana motor matic, motor supra, dan motor vespa, yang dia tahu semua motor yang bisa berbunyi itu yah vespa. Alhasil setiap ada bunyi motor yang di dengarnya, Nafiz sontak bilang “Peppa..Peppa”, saya yang mendengarnya hanya bisa tersenyum simpul haha.
Kira-kira apa ya nak yang membuat Nafiz sangat tertarik dengan kipas angin dan vespa? Bunda jadi penasaran. Perasaan waktu hamil Nafiz dulu, saya gak pernah ngidam vespa dan kipas angin deh, muehehe.

Sunday, 9 June 2019

Refleksi Setahun Bersama Nafiz

30 Mei 2018 adalah hari yang tidak akan terlupakan dalam hidup saya. Kemarin, hari ini, maupun kelak di kemudian hari. Hari itu adalah hari bersejarah dalam hidup saya karena pada hari itu saya berjuang menahan perih tak terkira demi menggenapkan status saya menjadi seorang ibu.
Yah..sudah setahun ini saya menyandang status sebagai ibu dari seorang anak laki-laki yang saya beri nama Nafiz Tsaqib Al Afasy. Nama yang saya sematkan kepadanya ini bukan tanpa alasan, ada berjuta asa dan harap di balik nama tersebut. Nafiz artinya bermanfaat, Tsaqib artinya cerdas dan berwawasan luas, sedangkan Al Afasy adalah nama belakang seorang Syaikh penghafal Qur’an  sekaligus imam besar yang suaranya merdu nan syahdu, yang murottalnya sering saya dengarkan setiap hari. Jadi jika digabungkan artinya adalah anak laki-laki cerdas yang insya Allah akan memberikan manfaat buat orang lain dan semoga bisa menjadi penghafal Qur’an seperti syaikh Mishary Rasyid Al Afasy. Amien
Alhamdulilah..time flies too fast, tak terasa setahun sudah Nafiz membersamai hari-hariku. Rasanya baru kemarin saya merasakan nyerinya proses persalinan untuk mengeluarkan dia dari gelapnya rahim hingga melihat dunia. Namun alhamdulilah, semua proses itu saya syukuri karena kehadirannya telah mengubah hari-hariku menjadi semakin berwarna.
Banyak pengalaman yang telah kami lalui bersama, meskipun ada episode duka dan sedih yang terlewati, namun lebih banyak sukanya. Nafiz berhasil menjadi charger hidup, membuat saya semangat menjalani hari, dan dia menjadi alasanku untuk terus memperbaiki diri hari ke hari agar bisa menjadi teladan dan ibu yang baik buatnya. Karena Nafiz jugalah saya mampu berdiri dan berusaha tegar menjalani setiap ujian dan cobaan dariNya.
Setahun bersamanya mengajarkan saya kalau masih banyak PR yang harus saya kerjakan sebagai ibu sekaligus ayah untuknya. Satu tahun yang kami lalui hanya berdua saja membuat ikatan emotional kami semakin kuat. Sebagai single parent dan satu-satunya tempat dia bergantung membuat saya harus lebih tegar dan semangat.
Nafiz anakku, terima kasih nak sudah membersamai bunda setahun ini. Bunda selalu bersyukur atas karunia Allah yang mengizinkan bunda menjadi ibumu. Bunda tidak bisa berjanji akan menjadi ibu yang sempurna buatmu, but bunda berjanji to be the best one. Ketika kau dewasa nanti nak, ingatlah bahwa kemarin, hari ini, dan hari yang akan datang kita berdua pernah melewati masa-masa sulit bersama.

Friday, 31 May 2019

Nafiz It’s Turning One

Alhamdulilah tanpa terasa setahun sudah Nafiz membersamai hari-hari saya. Banyak kenangan yang telah ia torehkan yang mampu mengisi relung kosong di jiwa. Tawanya, Senyumnya, tangisnya, cemberutnya, cemburunya, dan segala macam ekspresi dan tingkahnya yang mampu membuat saya melupakan lelah dan sedih menjalani hari-hari sebagai single mom yang bekerja dan sebagai ibu di rumah. Pastinya sangat melelahkan mengingat saya dirantau hanya berdua, namun ketika pulang kerja disambut pelukan dan tawa Nafiz yang kangen ditinggal bundanya seharian, penatpun langsung menguap.
Flash back tumbuh kembang Nafiz selama setahun belakangan ini alhamdulilah normal. Berat dan tingginya pun sesuai di kurva (masih di garis hijau), malah berat badannya cenderung berlebih dari anak seusianya. Perkembangan motoriknya juga semakin berkembang, udah enak diajak main, udah pandai menirukan apa yang dia lihat dan dia dengar. Kata-kata baru juga sudah banyak terlontar dari mulutnya. Di usianya kini dia sudah mulai milih-milih orang, gak mau di gendong sama orang yang belum dikenal (akhirnya saat pulang mudik lebaran sekarang saya lebih repot karena dia nempel bak perangko, karena keluargaku semua jarang dilihatnya). Dia juga mulai mengeksplor sekitarnya dan gak mau diem. Interaksi sosialnya juga bagus, Nafiz suka sekali jika banyak teman yang mengajaknya main. Meskipun belum lancar jalan, namun kakinya sudah kuat berdiri, langkahnya masih satu-satu dan masih oleng juga. Oiya, giginya juga delapan, 4 di atas dan 4 dibawah.
Well, sebagai ungkapan syukur saya dengan kehadirannya yang sudah setahun membersamai, saya bikin acara syukuran kecil-kecilan. Sebenarnya saya tidak niatan untuk buat acara ultah sih, apalagi saya juga sebenarnya gak begitu ingin moment ulang tahun ini menjadi hal yang ‘wajib’ dilaksanakan tiap tahun, saya tidak ingin Nafiz membiasakan diri dengan moment itu, mengingat acara ulang tahun sebenarnya bukan ajaran islam. Hanya saja Mama maunya ultah cucunya yang pertama ini dirayakan, akhirnya saya bikin juga karena gak bisa nolak keinginan Mama haha. Saya pikir juga ya udahlah buat rame-ramean aja, gak apa-apa bikin yang spesial dikit apalagi ini ultah Nafiz yang pertama. Karena momentnya bertepatan dengan  bulan Ramadhan, akhirnya saya bikin buka puasa aja sekaligus ngundang anak yatim untuk berbagi kebahagiaan bersama (seperti waktu aqiqahan dulu) sekalian doain Nafiz juga, selebihnya hanya keluarga dan kerabat terdekat yang hadir. 
Alhamdulilah acaranya berjalan lancar. Anak-anak panti yang biasanya telat juga hari ini datang tepat waktu. Saya sengaja gak ngadain acara tiup lilin dan nyanyi-nyanyi agar kesannya gak mirip acara ultah beneran, jadi lebih ke acara syukuran aja. Kalau dekorasi, balon dan bingkisannya biar bikin senang anak-anak yang datang aja kalau rame dan meriah gitu haha. Alhamdulilah ada rezeki THR dari perusahaan jadi bisa sedekah sedikit buat anak panti asuhan.
Selamat bertambah usia Anakku, semoga selalu menjadi anak sholeh penyejuk mata dan hati bunda.
Terima kasih sudah setahun ini membersamai hari-hari bunda. Hidup bunda jadi lebih bermakna dengan kehadiranmu Nak.
Sehat2 trus Nafizchu, my sholeh ๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜

Tuesday, 23 April 2019

KPU...Semua Mata Tertuju Padamu

Sebenarnya saya udah malas ngebahas pemilu gaes, hanya saja jempol aye gemes ngeliat timeline yang penuh dengan berita KPU yang 'katanya' salah input data karena 'HUMAN ERROR'.

Owh..really?

Sebuah instansi besar sekelas KPU yang sudah berpengalaman, yang mempunyai banyak tenaga ahli, yang personil-personilnya harusnya sudah terbiasa bekerja dengan data dan angka-angka, kok bisa sampai melakukan kesalahan input terus-terusan, bahkan sampe 9 daerah?
Hmm..Yow wes, anggaplah kita berkhudznudzon ajalah yah, anggap aja 'human error' beneran, tapi kok kesalahannya sama dan polanya gitu-gitu aja macam kaset rusak, jumlah suara 01 mengembang terus seperti udah dikasih fer**pan, dan jumlah suara 02 nyusut terus seperti habis disunat, kan rakyat jelata macam ane jadi berpikir, IS THIS REALLY JUST 'HUMAN ERROR'? ''HUMAN ERROR'' OR ''HUMAN ORDER''?

Padahal kalau mau dibandingin dengan tugas para panitia dan saksi di TPS, tugas KPU adalah yang paling mudah, semuanya udah beres, tinggal nyalin doang angka yang tertulis di form C1 ke server pusat, ye kan Pak? Kenapa harus sering salah input padahal udah ada contekannya? Apakah gak dicek dulu sebelum di publish? ๐Ÿ˜†

Apapun alasannya 'kelalaian' yang berulang-ulang dan berpola sama, sulit untuk dimaklumi dan dianggap wajar. Wong karyawan alf*m**t aja yang salah input jumlah sabun colek bisa kena sanksi bahkan dipecat, apalagi ini yang berhubungan dengan demokrasi sebuah negara, ye kan?

Please, bapak-bapak para personil yang diberi wewenang di KPU...

SEMUA MATA TERTUJU PADAMU!!!
Sebagai wasit dari pertarungan demokrasi ini, bekerjalah dengan lebih profesional, jujur, adil, dan independent. Kalian digaji pakai uang rakyat, maka jadilah penyelenggara pemilu yang anti kecurangan, jujur dan adil sesuai amanah rakyat. Hargailah petugas TPS dan KPPS yang sudah bekerja siang malam berkorban tenaga, waktu, dan pikiran mereka dengan menginput data sesuai fakta form C1 dilapangan, karena mereka bekerja keras hanya demi terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil.

Jangan nodai demokrasi hanya karena sekelompok orang, golongan, dan kepentingan tertentu, karena itu melukai hati rakyat.

Kepada siapa lagi kami percaya jika lembaga negara saja sudah tidak netral? Kalau wasit dan hakim garis saja sudah ikutan main, bagaimana penonton bisa diam saja? Haruskah penonton juga turun ke lapangan hanya karena wasit sudah diragukan kualitas dan akuntabilitasnya?

Rakyat sudah pintar, sudah bisa menilai dan melihat mana yang benar dan salah, diatas semua itu ada Allah yang mempunyai CCTV yang tak terjangkau, tidak ada satupun perbuatan yang luput dari penglihatan-Nya.

WE WATCH YOU ALL..!!!
Note: Ini bukan soal menang dan kalah, namanya juga kompetisi, pasti ada yang menang dan kalah, hanya saja jangan sampai menang dengan cara mendzolimi orang lain.

Friday, 19 April 2019

Dua Tetap Dihati

Hingga detik ini saya masih merasa yakin, Haqqul yakin kalau Presiden pilihan saya adalah juga presiden pilihan rakyat yang memenangi pilpres kali ini ๐Ÿ˜

Iih..jangan jumawa dulu, ntar kalau hasil KPU keluar trus 02 kalah kamu juga kan yang malu, Tris?

Bahkan jikapun kelak, setelah semua perjuangan, ikhtiar, dan usaha yang telah kita lakukan, kemudian keputusan KPU keluar dan tetap diputuskan bahwa pilihan kami kalah dan hasilnya seperti yang sudah dirancang oleh para organizer Quick Count dan para pemilik TV itu, saya masih tetap BANGGA๐Ÿ˜.
DUA TETAP DIHATI๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

Seriously?
Ciyus dah, saya bangga sudah berada dalam barisan para ulama dan insan-insan sholeh lainnya pendukung 02. 
Gak sedih tuh kalau ntar 02 akhirnya kalah?
Kalau kalah karena faktanya demikian, insya Allah kami tidak sedih, karena kekalahan kami adalah kekalahan terhormat, namun akan beda ceritanya jika ini adalah bagian dari skenario untuk memenangkan 01.

KEEP STRONG INDONESIA!!!

KEEP STRONG PARA PENDUKUNG 02!!!
Harapan itu masih ada..
SIAPAPUN nanti presiden yang terpilih telah tertulis di Lauhul Mahfuz, tapi dimana kita berpihak itulah yang akan kita pertanggung jawabkan nanti dihadapan Allah. 

Allah Maha Melihat..

Malaikat akan mencatat..
Dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.

Sunday, 14 April 2019

Pemimpin Pilihan Ulama

Bukannya saya mau ngomongin politik nih yah, cuma ada yang nginbox diriku di fesbuk minta saya nulis tentang pilpres.
” Mba, kok pilpres ini tulisannya sepi sih? Padahal waktu Pilgub dulu hampir tiap hari nulis tentang Ahok”, katanya.
Yow wes, akhirnya saya nulis juga di sela-sela momong Nafiz. Sepertinya memang issue pilpres lagi hangat-hangatnya menjelang Pemilu yang hanya tinggal menghitung hari lagi.
Beberapa hari ini hati saya gerimis dan mata saya berair saat mendengar kesaksian Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat yang menyatakan dukungannya kepada paslon 02.
Masya Allah, jujur saya merinding saat UAS bilang ada ulama yang kedalaman agamanya tidak diragukan lagi bermimpi 5x tentang pak Prabowo, dan saya yakin mimpi ulama yang mahfum ilmu agamanya ini pastilah bukan sembarang mimpi, mimpi beliau insya Allah adalah sebuah petunjuk dari Allah S.W.T.
Kemudian saat UAH bilang beliau akan menjadi orang pertama yang bersaksi di akhirat nanti jika pak Prabowo terpilih dan menjadi pemimpin yang amanah, beliau juga berdoa siang malam untuk pemimpin adil untuk Indonesia, tambah gerimislah hati ini ๐Ÿ˜ฐ
Hati saya tambah mengharu biru saat Aa Gym di sela-sela sakitnya dengan tangan yang masih diinfus masih menyempatkan diri bertemu pak Prabowo dan Sandi sekaligus mendoakan mereka agar kedepan bisa menjadi pemimpin yang amanah dan adil.
Belum lagi para ulama-ulama lain (Ust Bachtiar Natsir, Ust.Arifin Ilham, Syaikh Ali Jabir, Ust Hanan Attaki, Ust Salim Fillah dan ustadz-ustadz yang lain) yang juga terang-terangan menyatakan dukungannya kepada pak Prabowo dan Sandiaga Uno.
Saya yang ilmu agamanya fakir ini lalu berpikir, mengapa para ulama-ulama sekaliber mereka terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu calon? Padahal di pemilu-pemilu sebelumnya mereka tidak pernah seperti ini? Ada apa gerangan sehingga para ulama memandang perlu mempertegas dukungannya? Apa yang salah dengan rezim ini sehingga para ulama akhirnya bergerak menyuarakan dukungannya?
Pandangan ulama tentulah berbeda dengan orang awam seperti kita. Mereka memohon petunjuk kepada Allah di setiap ibadah dan doa mereka. Mereka berdoa siang malam di setiap sujud-sujud panjang mereka. Ketika mereka akan memutuskan sesuatu, insya Allah keberkahan ada disana ☺.
Kalau para ulama sudah terang-terangan menyatakan dukungannya, kami para umat hanya bisa SAMI’NA WA A’TONA (Kami mendengar dan kami taat).
Bismillah, semoga Allah mengabulkan doa-doa kita semua untuk memiliki pemimpin yang adil dan amanah, juga mencintai dan dicintai ulama.
Ingat, pilihan kita boleh berbeda, namun persaudaraan tetap nomor satu, PRESIDEN nomor DUA ๐Ÿ˜Š

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...