30 Mei 2018 adalah hari yang tidak akan terlupakan dalam hidup saya. Kemarin, hari ini, maupun kelak di kemudian hari. Hari itu adalah hari bersejarah dalam hidup saya karena pada hari itu saya berjuang menahan perih tak terkira demi menggenapkan status saya menjadi seorang ibu.
Yah..sudah setahun ini saya menyandang status sebagai ibu dari seorang anak laki-laki yang saya beri nama Nafiz Tsaqib Al Afasy. Nama yang saya sematkan kepadanya ini bukan tanpa alasan, ada berjuta asa dan harap di balik nama tersebut. Nafiz artinya bermanfaat, Tsaqib artinya cerdas dan berwawasan luas, sedangkan Al Afasy adalah nama belakang seorang Syaikh penghafal Qur’an sekaligus imam besar yang suaranya merdu nan syahdu, yang murottalnya sering saya dengarkan setiap hari. Jadi jika digabungkan artinya adalah anak laki-laki cerdas yang insya Allah akan memberikan manfaat buat orang lain dan semoga bisa menjadi penghafal Qur’an seperti syaikh Mishary Rasyid Al Afasy. Amien
Yah..sudah setahun ini saya menyandang status sebagai ibu dari seorang anak laki-laki yang saya beri nama Nafiz Tsaqib Al Afasy. Nama yang saya sematkan kepadanya ini bukan tanpa alasan, ada berjuta asa dan harap di balik nama tersebut. Nafiz artinya bermanfaat, Tsaqib artinya cerdas dan berwawasan luas, sedangkan Al Afasy adalah nama belakang seorang Syaikh penghafal Qur’an sekaligus imam besar yang suaranya merdu nan syahdu, yang murottalnya sering saya dengarkan setiap hari. Jadi jika digabungkan artinya adalah anak laki-laki cerdas yang insya Allah akan memberikan manfaat buat orang lain dan semoga bisa menjadi penghafal Qur’an seperti syaikh Mishary Rasyid Al Afasy. Amien
Alhamdulilah..time flies too fast, tak terasa setahun sudah Nafiz membersamai hari-hariku. Rasanya baru kemarin saya merasakan nyerinya proses persalinan untuk mengeluarkan dia dari gelapnya rahim hingga melihat dunia. Namun alhamdulilah, semua proses itu saya syukuri karena kehadirannya telah mengubah hari-hariku menjadi semakin berwarna.
Baca juga (Nafiz its Turning One)
Banyak pengalaman yang telah kami lalui bersama, meskipun ada episode duka dan sedih yang terlewati, namun lebih banyak sukanya. Nafiz berhasil menjadi charger hidup, membuat saya semangat menjalani hari, dan dia menjadi alasanku untuk terus memperbaiki diri hari ke hari agar bisa menjadi teladan dan ibu yang baik buatnya. Karena Nafiz jugalah saya mampu berdiri dan berusaha tegar menjalani setiap ujian dan cobaan dariNya.
Setahun bersamanya mengajarkan saya kalau masih banyak PR yang harus saya kerjakan sebagai ibu sekaligus ayah untuknya. Satu tahun yang kami lalui hanya berdua saja membuat ikatan emotional kami semakin kuat. Sebagai single parent dan satu-satunya tempat dia bergantung membuat saya harus lebih tegar dan semangat.
Nafiz anakku, terima kasih nak sudah membersamai bunda setahun ini. Bunda selalu bersyukur atas karunia Allah yang mengizinkan bunda menjadi ibumu. Bunda tidak bisa berjanji akan menjadi ibu yang sempurna buatmu, but bunda berjanji to be the best one. Ketika kau dewasa nanti nak, ingatlah bahwa kemarin, hari ini, dan hari yang akan datang kita berdua pernah melewati masa-masa sulit bersama.
No comments:
Post a Comment