Thursday, 31 May 2018

Welcome To The World Yaa Bunayya

ASSALAMU ALAIKUM…
Perkenalkan, aku putra pertama dari pasangan Ayah Surya Pandu dan Bunda Trisna Fadliyah. Aku lahir Rabu pagi 30 Mei 2018 bertepatan dengan 14 Ramadhan 1440H, sambil nangis kencang karena Ayah telat datangnya.
Ayah baru datang setelah ditelepon sama bunda. Terus bunda nyuruh Ayah adzan di telingaku. Ayah grogi, untung gak sampai keliru baca “Allahu Akbar” jadi “Assalamu Alaikum” 😁.
Oh, iya setelah berdebat cukup panjang, akhirnya kedua orangtua memberiku nama:
NAFIZ TSAQIB AL-AFASY
Kata Bunda, Nafiz artinya bermanfaat/bernilai, Tsaqib artinya cerdas dan berwawasan luas, Al Afasy adalah nama belakang salah satu syaikh penghafal Qur’an yang suaranya merdu yang murottalnya sering aku dengar saat di kandungan dulu. Jadi kalau digabungin arti namaku adalah anak laki-laki yang cerdas yang insya Allah akan memberikan manfaat buat orang lain dan semoga bisa jadi penghafal Qur’an seperti Syaikh Mishary Rasyid Al Afasy. Bantu doanya ya semua
Om, tante dan teman-teman bisa memanggilku Nafiz .
Ingat ya, Nafiz. Jangan keliru jadi Nabez. Soalnya kata Bunda Nabez itu nama air rendaman kurma yang bisa bikin fit saat puasa di bulan Ramadhan hehe. Bunda juga sering minum saat puasa kemarin sebelum melahirkanku 😊
Salam kenal semua 

Friday, 25 May 2018

The Third Trimester (7-9 Month)

Hari perkiraan lahir sudah semakin dekat, kurang lebih 3 minggu lagi akan bertemu si baby. Di 3 bulan terakhir ini kehamilan terasa semakin berat karena usia janin juga semakin besar, sehingga membuat diri jadi makin kurang nyaman. Mulai dari frekuensi buang air kecil yang menjadi lebih sering, punggung dan pinggang yang sering encok karena perut yang semakin membesar, kaki keram, dan beberapa keluhan lain yang saya rasakan. Oh ya, gak lupa stretch mark juga diam-diam muncul.
  1. Buang Air Kecil yang Gak Bisa Ditahan.
Kegiatan buang air kecil ketika hamil tua lama kelamaan cukup membuatku frustasi. sepertinya kandung kemihku gak mau diajak kerjasama, sehingga saya gak bisa istirahat dengan tenang tanpa sedikit-sedikit lari ke kamar mandi. Yang paling menyiksa itu saat malam hari, udah mau tidur ehh..tiba-tiba kebelet lagi, kadang sampai 5x buang air kecil, akhirnya lumayan mengganggu kualitas tidurku. Apalagi saat si baby udah masuk panggul, kerasa banget saat kepala anakku udah nyundul-nyundul kandung kemih. Waduh, rasanya gak bisa nahan pipis, untung gak sampai pipis di celana.
  1. Insomnia
Memasuki bulan ke 7 saya mulai mengalami insomnia. Mungkin karena perut yang semakin membesar jadi tidur mulai gak enak. Semua posisi tidur membuat tidak nyaman, mau telentang sesak, mau miring berasa begah. Namun karena mengikuti anjuran kesehatan agar si janin memperoleh aliran darah jadi diusahain tidur miring ke kiri, meskipun terkadang gak sadar eeh..tiba-tiba udah telentang lagi hehe.. Pun kalau mau tidur harus sedia banyak bantal buat ngeganjal punggung, kepala, dan kaki, kalau gak mata gak bisa merem.
  1. Kram Perut
Kram perut yang saya rasakan ketika masuk trimester ke tiga kehamilanku ini rasanya seperti kram menstruasi tapi lebih sakit. Nah, saya coba cari informasi ke mana-mana, baik dari buku, internet dan tanya-tanya ke orang yang udah hamil lebih dulu. Dari sumber-sumber tersebut mengatakan kalau kram seperti menstruasi itu gak bagus dan merupakan tanda-tanda kelahiran prematur. Kram perut ini sepertinya adalah pengalaman kehamilan pertamaku yang paling ngeri buatku.
  1. Tubuh Sering Gerah dan Merasa Panas
Memasuki hamil tua, tubuh jadi selalu gerah dan berasa panas, bulan ke 7 selalu pengen minum es krim hehe. Sebelum hamil suhu AC 25oC aja udah kedinginan, pas hamil trimester terakhir suhu 18oC saja gak berasa dingin sama sekali. Sampai sempat kasihan sama mama waktu tidur bareng saat saya cuti panjang yang udah kedinginan dengan suhu kamar yang saya stel 20oC hehe. Katanya sih memang begitu, karena berat janin yang sudah semakin besar, sehingga suhu badan ibunya cenderung merasa panas.
  1. Stretch Mark
Bagi ibu-ibu hamil yang sedang memasuki trimester ke dua atau bahkan ke tiga dan belum menemukan stretch mark di perut. Jangan berbangga dulu! Soalnya saya juga begitu pemirsah haha. UK udah 9 bulan, senyum-senyum saat ngelirik perut buncit di cermin yang bebas stretch mark, rasanya kayak habis menang undian haha.
Saya dulu sempat berpikir “wah saya keren banget dan mungkin termasuk dari 5% wanita yang engga mengalami stretch mark pada kehamilannya. Haha. Lalu pada suatu malam saat dekat-dekat lahiran saat ngaca di cermin sambil mandangin perutku dengan sombong. Hah, engga ada stretch mark, bangga banget saya ucap dalem hati, tau-tau ternyata stretch marknya sembunyi di bawah pusar dan tidak Nampak di cermin wkwkwk. Dan setelah melahirkan stretch marknya bertambah banyak hampir memenuhi seluruh perutku hiks, jadi ngerasa berdosa udah sombong waktu hamil hehe.
Tapi ya udahlah, toh resiko habis melahirkan emang gitu, harus rela perut menjadi jelek dan molor dan keriput macam kulit nenek-nenek, yang penting mah anakku udah lahir dengan sehat dan selamat. Seandainya stretch mark bisa ilang hanya dengan doa muehehe
***
Nah, itu dia 5 hal yang paling berkesan selama menjalani kehamilan di trimester ketiga. Untungnya semua masih bisa saya lewati dengan baik walaupun penuh perjuangan karena di trimester inipun saya lewati seorang diri. Demi anakku, saya masih rela melewati semua keluhan-keluhan di trimester ini.

Wednesday, 23 May 2018

Ramadhan, Kehamilan dan Terkabulnya Doa

Tidak terasa bulan Ramadhan sudah berlalu seminggu. Dan alhamdulilah menjelang tanggal-tanggal lahiran ini, puasaku masih bisa full, semoga Allah senantiasa menyehatkan dan menguatkan serta menerima amal ibadah kita pada bulan Ramadhan ini. Amien
Beberapa tahun sebelum menikah dulu saya pernah mengucap harap agar nanti jika di takdirkan hamil, saya mau hamilnya bisa bertepatan dengan bulan ramadhan, dan ramadhan tahun ini 1439 H, setelah berlalu sekian tahun harap itu terpenuhi dengan sendirinya. bahkan bukan hanya bisa hamil di bulan Ramadhan, saya juga berkesempatan lahiran juga di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Ramadhan, hamil, dan terkabulnya do’a. Ah.. betapa Allah menyimpan harap setiap hambaNya dengan baik, bahkan saya sempat lupa jika pernah berharap demikian.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebe­nar­­an.” (Q.s. al-Baqarah: 186).

Wednesday, 16 May 2018

Tips Agar Tidak Galau Menghadapi Kehamilan Meskipun Sendiri

Tidak terasa usia kehamilan saya telah memasuki minggu ke 36, besok saya akan mengambil cuti melahirkan selama 3 bulan. Hwaaa..rasanya time flies too fast, i can’t believe kalau saya bisa melewati hari-hari yang penuh perjuangan disini di perantauan, di tengah kehamilan yang terpaksa harus saya lalui seorang diri, dari hamil muda hingga hamil tua sampai menginjak bulan ke sembilan hari ini.
Jujur, bukan hal yang mudah, apalagi pada kehamilan pertama yang belum ada pengalaman sama sekali. Dari melewati masa-masa mual dan ngidam sendiri, harus pergi bolak balik kontrol ke dokter Manado-Lolak sendiri, hingga harus bekerja naik turun tangga dengan kepayahan karena perut yang semakin membesar setiap bulannya, pinggang dan punggung yang mulai encok serta tidur yang mulai tidak nyenyak sejak memasuki bulan ke 7. Namun Allah selalu menghadirkan kemudahan-kemudahan dalam menjalani kehamilan perdana ini. Meskipun ada beberapa keluhan dan rasa sakit yang saya rasakan, Alhamdulilah masih bisa saya atasi seorang diri.
“Tris, bagaimana perasaannya melewati kehamilan seorang diri”? tanya reman kerjaku beberapa bulan yang lalu saat awal-awal hamil.
“Biasa aja, kalau ada cemas-cemas sedikit ya wajarlah yah, namanya juga kehamilan perdana, apalagi mesti melewati seorang diri, jadi gampang banget parno”, jawabku.
“Kamu gak merasa berat gitu melewati kehamilan ini sendiri tanpa di dampingi suami? Istriku saja gak mau ditinggal-tinggal loh saat hamil, manja banget, belum lagi ngidam macam-macam dan aneh-aneh. Jangankan hamil pertama, sampai anak ketigapun begitu juga dia”.
Saya hanya tersenyum mendapat pertanyaan begini, entah sudah berapa banyak teman, istri teman, dan keluarga yang menanyakan pertanyaan ini. Bahkan saya terkadang mendapat perlakuan yang istimewa dari mereka, mulai dari membantu meringankan pekerjaanku, membantu mencarikan makanan saat saya ngidam, hingga melarang saya ini itu yang berpengaruh tidak baik untuk janin. Bantuan-bantuan ini sangat saya syukuri mengingat memang saya sangat membutuhkan bantuan mereka. Mungkin juga karena mereka kasihan sama saya yang harus menjalani kehamilan sendiri, berhubung mereka juga pernah merasakan mendampingi istri-istrinya yang lagi hamil, jadi mungkin mereka tahu rasanya, karena itu terkadang tanpa saya mintapun mereka kadang secara sukarela menawarkan bantuan.
Hmm..Sebenarnya saya kurang begitu suka dikasihani, karena orang mengasihani kita itu pertanda kalau kita orang yang tidak beruntung, dan saya sama sekali tidak merasa tidak beruntung hanya karena harus menjalani kehamilan sendiri. Makanya terkadang saya gak enak sama teman-teman yang kadang saya titipi beli makanan saat saya ngidam dan mereka gak mau uangnya saya ganti, padahal saya tahu kalau penghasilannya lebih kecil dari saya, gak enak sama istri Pak Nasrul yang terkadang begitu baik membuatkan saya makanan saat saya ngidam yang gak ada dijual disini. Mereka hanya berkata “Gak apa-apa untuk bumil gratis mah”. Kan saya jadi gak enak, padahal untuk membeli ini itu juga butuh uang, dan saya bukanlah orang fakir yang mesti digratisin terus.
Karena itu saat saya ditanya berat atau tidak menjalani kehamilan ini seorang diri, saya jawab; harusnya sih berat yah, hamil aja udah berat apalagi harus sendiri, tapi karena saya terlalu bahagia menyambut kehamilan ini, apalagi membayangkan kelak akan ada sosok mungil yang akan memanggil saya ibu, segala keluhan-keluhan yang saya rasakan hanya berasa angin lalu saja, toh kehamilan ini hanya 9 bulan saja, setelahnya mungkin kita akan merindukan masa-masa ini.
Selain itu, ada 3 tips yang selalu saya jadikan pegangan dan menjadi sumber kekuatan agar tidak galau menjalani kehamilan ini meskipun hanya sendiri.
  1. Tidak Menjadikan Kehamilan Sebagai Sebuah Beban
Ada satu paragraph yang saya garis bawahi dan saya stabillo besar-besar saat saya membaca buku “5 guru kecilku karya teh Kiki Barkiah”. Kalimat ini lumayan menyentil dan akhirnya menjadi pemicu semangat saya menjalani kehamilan saat ini. Kalimatnya berbunyi seperti ini Memandang kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai bagian dari ibadah kepada Allah akan melahirkan sikap yang berbeda menjalankannya, begitu juga dengan nilainya di mata Allah. Tentu akan sangat berbeda rasanya bila dibandingkan dengan para wanita yang melihat kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai tambahan beban apalagi hambatan mereka dalam mencapai karir ( halaman 12-13). 
Saya sangat suka dengan kalimat teh Kiki di atas, sepakatnya berlipat-lipat. Yah.. terkadang saya masih sering mengeluh menjalani kehamilan kali ini, mungkin karena saya masih menganggap bahwa kehamilan ini sebagai beban, namun sekarang saya sadar bahwa sendiri dan jauh dari suami bukanlah pembenaran bahwa kita bisa mengeluh, dan hendaknya menjadikan kehamilan ini sebagai ibadah dan anugerah dari Allah yang harusnya disyukuri bukan malah dijadikan beban.
Saya sadar kehamilan adalah nikmat Allah yang tiada terkira. Sangat banyak wanita yang mendambakan nikmat ini, namun Allah belum berkenan memberinya. Ketika Allah memberi nikmat ini kepada saya, harusnya nikmat itu saya syukuri, bukan malah mengeluh, toh saya sendiri yang meminta, merayu, bahkan  memelas Allah di setiap sholatku agar Dia berkenan menitipkan amanahNya di rahimku. Ketika akhirnya Allah mengabulkan permintaanku ini, saya tidak ingin menjadi orang yang tidak bersyukur karena sering mengeluh. Saya tidak mau nanti Allah berkata “Loh, kan kamu sendiri yang ingin hamil, ini sudah Aku kabulkan permintaanmu, kenapa sekarang kamu banyak mengeluh? Apa kamu mau kalau nikmatKu ini Aku cabut dan hilangkan lagi darimu supaya kamu berhenti mengeluh?”
Hamil memang berat dan sulit, namun akan menjadi semakin sulit lagi jika kita sering mengeluh. Itulah mengapa dalam Islam menempatkan hamil dan melahirkan sebagai salah satu alasan bagi manusia untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua, terlebih kepada ibu yang telah berpayah-payah hamil dan melahirkan kita. Karena itu mari dinikmati sebagai sebuah anugerah dan nikmat yang istimewa dari Allah, bukan malah menjadikannya sebuah beban .
  1. Selalu Berkhudznudzon dan Berprasangka Baik Kepada Allah
Dalam menjalani kehamilan kali ini saya selalu berusaha positif thinking. Saya terus saja membisiki diri dan mensugesti pikiran bahwa semua akan baik-baik saja meskipun harus melewati kehamilan seorang diri.
Allah sesuai persangkaan hambaNya, ketika saya yakin kalau saya mampu menjalani ini semua, saya yakin Allah akan mampukan, dan Alhamdulilah Allah selalu mudahkan, ada saja pertolongan Allah yang diberikanNya kepada saya.
Salah satu sumber kekuatan saya juga dalam menjalani kehamilan ini seorang diri adalah firman Allah bahwa “Laa Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’aha” (Allah tidak akan membebani hambaNya di luar batas kemampuannya). Ayat inilah yang senantiasa memotivasi saya, bahwa ketika Allah menakdirkan saya menjalani kehamilan ini sendiri, berarti Allah sudah menilai saya mampu dan bisa menjalaninya, karena itu mari dinikmati dengan senantiasa berkhusdnuzon kepadaNya 
  1. Merasa Tidak Sendiri dan Ada Allah Yang Selalu Membersamai
“Kamu gak apa-apa Tris menjalani kehamilan sendiri disini? Sanggup?”
“Kenapa gak cuti aja dulu? Berat loh kalau harus hamil jauh dari suami dan keluarga”
“Udah..jangan ngejar duit terus, si baby lebih penting. Kalau saya jadi suamimu Tris, udah gak saya biarkan kamu kerja, apalagi kalau hamil jauh-jauh begini, sendiri pula”
Begitulah komentar-komentar yang sering saya dapati selama menjalani kehamilan kali ini muehehe. Sebenarnya mereka ada benarnya sih, yah emang berat menjalani kehamilan sendiri dan jauh dari keluarga. Semua wanita yang pernah merasakan kehamilan dan semua suami yang pernah mendampingi istrinya hamil pasti tahu rasanya. Karena itu sangatlah beruntung wanita yang selama hamil selalu di dampingi suaminya dan dekat dengan keluarga. Namun, jika kita belum mendapatkan nikmat untuk di dampingi suami dan keluarga, juga bukan berarti kita tidak beruntung dan menjadikan pembenaran untuk bisa selalu mengeluh, hanya saja tantangannya jadi lebih berat karena harus berjuang sendiri, harus lebih setrong dan harus pandai dan kreatif mengambil inisiatif sendiri ketika menghadapi keluhan-keluhan selama kehamilan.
Namun saya selalu menanamkan dalam hati bahwa saya tidak sendiri (meskipun kelihatannya seperti itu). Saya punya Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Saya yakin Allah akan selalu menjaga saya di saat penjagaan keluarga tidak sampai kepadaku. Saya sampai takjub dengan cara Allah menjaga dan memelihara janin dalam rahimku, ketika saya harus bergerak super aktif setiap hari, naik turun tangga sehari minimal 3x, dinas kesana kemari, Alhamdulilah Allah selalu berikan kemudahan, sehingga segala keluhan-keluhan yang kurasakan selama kehamilan ini masih bisa saya atasi seorang diri.  Jadi, mari dinikmati dengan selalu merasa Allah selalu ada membersamai kita 
***
Itulah ketiga tips yang selalu saya ingat dan menjadi motivasi jika kelelahan datang melanda, Alhamdulilah ketika mengingat tips itu lagi, jadi malu mau mengeluh, toh kesulitan dalam menjalani kehamilan adalah sebuah keniscayaan, maka sangat disayangkan jika kita menjalankannya tanpa memandangnya sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah.
Jadi, buat wanita-wanita hamil di luar sana yang senasib dengan saya (harus berjuang sendiri menjalani kehamilan sendiri) tanpa didampingi suami, apalagi jika di perantauan juga yang jauh dari keluarga, jangan berkecil hati. Tetaplah yakin dan percaya bahwa kalian bisa, meskipun sendiri. Terkadang kita lebih kuat dari yang kita bayangkan, apalagi jika ada si baby yang jadi motivasi. Percayalah..Allah tidak tidur, Dia pasti tidak akan menelantarkan hambaNya yang tengah berjuang berpayah-payah menjalani kehamilan. Doa dan Trust. Trust dan Doa. Itu saja kuncinya. Jadi tetap semangat demi si kecil yah. Semangat 😊

Saturday, 5 May 2018

5 Guru Kecilku (Part 1 & 2)

Di postingan kali ini saya ingin sharing tentang buku yang membuat saya terpesona beberapa hari ini, bukunya bertema parenting karya teh Kiki Barkiah yang berusaha saya tamatkan beberapa hari ini. Judul bukunya yaitu buku “5 Guru Kecilku part 1 & 2 ” 
Buku ini saya beli saat awal-awal kehamilan, saya titip ke temanku saat dia cuti ke Jakarta, namun baru sempat di tamatkan membaca beberapa hari lalu 🤣.Awalnya karena saya jatuh cinta dengan penulisnya yang selalu memposting status-status penuh hikmah di facebook, dan alhamdulilah atas permintaan pembaca, status-statusnya ini dibukukan di buku ini.
Baru saya baca setengahnya tapi buku ini sudah mengagumkan bagi saya. Saat membaca bagaimana teh Kiki mengasuh dan mendidik kelima anaknya saat harus merantau di USA tanpa keluarga dan mendidik anaknya dengan homeschooling, saya hanya bisa bergumam “wow..amazing!” .
Oh iya..ada bagian-bagian dalam buku ini yang membuat saya terharu, terutama saat membaca bagian ini, refleks mata saya langsung berkaca-kaca “Memandang kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai bagian dari ibadah kepada Allah akan melahirkan sikap yang berbeda menjalankannya, begitu juga dengan nilainya di mata Allah. Tentu akan sangat berbeda rasanya bila dibandingkan dengan para wanita yang melihat kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai tambahan beban apalagi hambatan mereka dalam mencapai karir. Karena kesulitan dalam menjalaninya adalah sebuah keniscayaan, maka sangat disayangkan jika kita menjalankannya tanpa memandangnya sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah ( halaman 12-13). 
Saya jadi merasa tertampar-tampar saat membaca kalimat itu, yah..terkadang saya masih sering mengeluh menjalani kehamilan ini, mungkin karena saya masih menganggap bahwa kehamilan ini sebagai beban, namun sekarang saya sadar bahwa sendiri dan jauh dari suami bukanlah pembenaran bahwa kita bisa mengeluh, dan hendaknya menjadikan kehamilan ini sebagai ibadah dan anugrah dari Allah yang harusnya disyukuri bukan malah dijadikan beban.
Saya mengenal Teh Kiki Barkiah, penulis buku 5 guru kecilku, setahun yang lalu melalui status beliau yang dishare teman saya, dan dari situlah saya mulai jatuh cinta pada tulisan-tulisan beliau, hingga tanpa pikir panjang saya men-follow facebook beliau, dan sejak hamil mulai membeli beberapa buku beliau yang memang bertema parenting dan pengasuhan anak (selain 5 guru kecilku ada juga buku “1 Atap 5 madrasah dan Kelak Kau Akan Merindukan”). 
Bagi saya teh Kiki Barkiah adalah jawaban dari kegalauan ibu-ibu muda yang banyak beredar di media sosial. Beliau adalah paket complete. Apa lagi yang kurang dari beliau, pendidikan yang baik, ia tamat dari perguruan tinggi favorit di Indonesia (baca: alumnus Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik elektro), tidak hanya itu, ia juga seorang aktivis dakwah dengan segudang pengalaman organisasi, tapi ia memilih berkarir di ‘rumah’.
Buku 5 Guru kecilku begitu mengagumkan untuk saya, kekaguman saya semakin bertambah-tambah saat saya mengetahui bahwa tek Kiki barkiah memilih untuk memiliki banyak anak, merantau ke negeri paman sam, merawat anak tanpa asisten rumah tangga, tidak mengenyam pendidikan berbau Psikologi, dan usia beliau hanya lebih tua beberapa tahun saja dari saya (beliau nikah muda), tapi hikmah-hikmah dari setiap tulisan beliau berasa banget kalau beliau ini seperti bukan orang baru dalam pengasuhan anak, dan Masya Allah, lembaran-lembaran buku ini membuat saya mengangguk-nganggguk takzim sambil merenung, yaaa, mengasuh anak itu butuh ilmu, semua teori parenting itu akan buyar saat kita tidak sabar. Kata-kata yang paling saya garis bawahi dalam buku ini adalah “Mintalah kemudahan sama Allah dalam mengasuh anak, sebanyak apapun anak yang kita miliki kalau Allah memberikan pertolongan dan memudahkan kita mengasuhnya, insyaa Allah kita akan mampu”  Dan saya merasa beruntung karena bertemu buku ini sebelum diperhadapkan pada pengasuhan anak setelah lahiran nanti.
Buku 5 guru kecilku merupakan kumpulan kisah-kisah Teh Kiki bersama ke lima anaknya, bahasa yang mengalir lembut dan ringan membuat pembaca buku ini seperti bisa merasakan langsung bagaimana Teh Kiki berinteraksi dengan ke lima anaknya. Bukan hanya teori tapi langsung praktek dalam keseharian. Dari kisah-kisah yang teh kiki ceritakan terbaca jelas bagaimana perjuangan beliau untuk memberikan yang terbaik dari pengasuhan anak, tidak mudah, saya sangat yakin bahwa pasti tidak mudah apalagi dengan anak yang kebanyakan masih balita, namun kisah-kisah dalam buku ini semakin meyakinkan bahwa kemudahan itu datang dari Allah, buktinya, dalam kesibukan mengurus lima orang anak, masya Allah teh Kiki masih bisa membagi pengalaman pengasuhan kepada para ibu yang lain.
Kisah dalam buku ini dibuka dengan “Niatmu kekuatanmu”. Teh kiki mengingatkan arti penting dari niat saat seseorang memilih dan menjalankan sebuah peran, sebab peran dan amanah pengasuhan bukanlah perkara mudah. Pada bagian ini dipaparkan kedudukan seorang anak dalam islam, kemudian hal inilah yang mendasari niat kuat untuk mengasuh dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Pada part 1 Ada 35 kisah dalam buku ini, sedangkan di part 2 ada 40 kisah, dan semuanya menurut saya mengagumkan. Dalam buku ini teori parenting itu menjadi ‘nyata’ dalam pola pengasuhan yang diaplikasikan Teh kiki pada pengasuhan anak. Dalam buku ini juga Teh kiki menekankan bahwa pola pengasuhan tidak boleh dipukul rata karena setiap anak punya keunikan tersendiri. Seorang ibu tidak harus berkecil hati saat pencampaian anak-anaknya tidak sama dengan anak lain karena setiap anak punya nilai dan keunikan tersendiri.
Dibagian lain teh Kiki menceritakan secara gamblang bahwa ia bukanlah seorang supermom, kelelahan dalam menghadapi anak-anak juga terkadang menghampirinya, disinilah peran seorang suami untuk memberikan suplai semangat kepada istri, bahwa pengasuhan itu bukan tugas ibu atau istri saja, namun ada juga peran ayah yang harus mensuport istrinya.
Dari buku ini, saya banyak belajar tentang penerapan teori parenting, tentang keikhlasan dan pengorbanan seorang ibu, serta bagaimana seorang ibu membentuk karakter anak-anaknya agar tetap berjalan di Jalan-Nya.
Akhir kata, buku ini saya rekomendasikan untuk setiap perempuan, setiap ibu dan setiap keluarga yang menginginkan tambahan ilmu dalam mengasuh buah hati mereka 🙂.

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...