Hari terakhir di penghujung tahun 2018, rasanya kalau nengok resolusi yang saya buat di awal tahun lalu, hasilnya not bad laah yah..ada yang tercapai dan ada pula yang masih jadi PR di tahun depan.
Baca juga (My New Years Resolution)
Mungkin di tahun 2018 kemarin saya banyak berbagi cerita dan pengalaman saya sehari-hari di blog ini, meskipun kuantitasnya berkurang setelah saya punya baby (meskipun kebanyakan berisi cerita tentang Nafiz saja dan kegalauan saya menjadi new mom haha).
Tahun 2018, banyak pelajaran yang Allah hadirkan, banyak kejutan dan kado yang Allah kasih ke saya sebagai bentuk rasa sayangnya. Ada kado yang berupa anugrah, namun tak sedikit juga yang berbalut ujian. Namun semuanya berusaha saya syukuri, karena saya yakin semua pelajaran yang Allah hadirkan ke saya pasti semuanya memiliki hikmahnya sendiri, baik berupa anugrah maupun berupa ujian.
Flash back ke tahun 2018 yang memberi banyak warna untuk saya, di pertengahan tahun tepatnya bulan Mei tanggal 30, Allah menunjukkan kasih sayangnya ke saya. Allah melengkapi statusku sebagai wanita dengan mengirimkan makhluk mungil yang menjadi kado terindah buat saya di tahun ini karena telah mengubah status saya menjadi seorang Ibu. Hari-hari saya setelah punya baby menjadi lebih berwarna meskipun banyak drama yang saya lalui mulai dari drama melahirkan, drama begadang, drama menyusui, dan drama MPASI baru-baru ini.
But..i enjoy it..i take a risk, for my baby only 
Kemudian di penghujung tahun 2018, tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa Allah akan mengirimkan ujian yang lumayan berat untuk saya hadapi. Ujian yang sanggup membuat hati saya remuk dan harus mengumpulkan serpihan-serpihan harapan untuk bisa bangkit kembali.
Untuk sekarang saya belum sanggup menceritakan ujian yang saya terima di blog ini, tapi suatu saat nanti saya akan berbagi juga.
Ujian yang dihadirkan Allah ini rasanya belum lekang dari ingatan. Jika diumpamakan luka, darah yang belum kering untuk saya. Namun saya coba memperlakukan luka yang saya rasakan sebagaimana mestinya, saya tidak mungkin memelihara luka dan sebisa mungkin harus mencarikannya obat agar lekas sembuh. Harus Kuat! Harus Setrong! Demi Nafiz! Life must go on.
Yang jelas 2018 telah mengajari saya banyak hal. Tentang penerimaan, ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Di tahun ini saya juga belajar bahwa memaafkan itu dekat sekali dengan ikhlas dan sabar. Dan orang-orang yang menyakiti kita tidak memberi keburukan apapun kepada kita kecuali mereka sedang berusaha menjadikan kita untuk lebih baik 