Monday, 31 December 2018

Thank You 2018 For The Lesson

Hari terakhir di penghujung tahun 2018, rasanya kalau nengok resolusi yang saya buat di awal tahun lalu, hasilnya not bad laah yah..ada yang tercapai dan ada pula yang masih jadi PR di tahun depan.
Mungkin di tahun 2018 kemarin saya banyak berbagi cerita dan pengalaman saya sehari-hari di blog ini, meskipun kuantitasnya berkurang setelah saya punya baby (meskipun kebanyakan berisi cerita tentang Nafiz saja dan kegalauan saya menjadi new mom haha).
Tahun 2018, banyak pelajaran yang Allah hadirkan, banyak kejutan dan kado yang Allah kasih ke saya sebagai bentuk rasa sayangnya. Ada kado yang berupa anugrah, namun tak sedikit juga yang berbalut ujian. Namun semuanya berusaha saya syukuri, karena saya yakin semua pelajaran yang Allah hadirkan ke saya pasti semuanya memiliki hikmahnya sendiri, baik berupa anugrah maupun berupa ujian.
Flash back ke tahun 2018 yang memberi banyak warna untuk saya, di pertengahan tahun tepatnya bulan Mei tanggal 30, Allah menunjukkan kasih sayangnya ke saya. Allah melengkapi statusku sebagai wanita dengan mengirimkan makhluk mungil yang menjadi kado terindah buat saya di tahun ini karena telah mengubah status saya menjadi seorang Ibu. Hari-hari saya setelah punya baby menjadi lebih berwarna meskipun banyak drama yang saya lalui mulai dari drama melahirkan, drama begadang, drama menyusui, dan drama MPASI baru-baru ini.
But..i enjoy it..i take a risk, for my baby only 😊
Kemudian di penghujung tahun 2018, tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa Allah akan mengirimkan ujian yang lumayan berat untuk saya hadapi. Ujian yang sanggup membuat hati saya remuk dan harus mengumpulkan serpihan-serpihan harapan untuk bisa bangkit kembali.
Untuk sekarang saya belum sanggup menceritakan ujian yang saya terima di blog ini, tapi suatu saat nanti saya akan berbagi juga.
Ujian yang dihadirkan Allah ini rasanya belum lekang dari ingatan. Jika diumpamakan luka, darah yang belum kering untuk saya. Namun saya coba memperlakukan luka yang saya rasakan sebagaimana mestinya, saya tidak mungkin memelihara luka dan sebisa mungkin harus mencarikannya obat agar lekas sembuh. Harus Kuat! Harus Setrong! Demi Nafiz! Life must go on.
Yang jelas 2018 telah mengajari saya banyak hal. Tentang penerimaan, ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Di tahun ini saya juga belajar bahwa memaafkan itu dekat sekali dengan ikhlas dan sabar. Dan orang-orang yang menyakiti kita tidak memberi keburukan apapun kepada kita kecuali mereka sedang berusaha menjadikan kita untuk lebih baik 😊
Thank You 2018 For The Lesson 😊

Thursday, 20 December 2018

Kehilangan Anak

Kemarin saya mendapatkan dua kabar duka, pertama dari teman kuliah (Sariani) yang anaknya meninggal setelah 3 minggu di ruangan ICU pasca melahirkan, satu lagi teman SMAK (Ayu dan Rahman) yang anaknya (8 tahun) meninggal juga karena penyakit asma. Mendengar dua kabar duka di hari yang sama dan semuanya kehilangan buah hatinya masing-masing membuat saya nelangsa.
Jujur, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan saya jika di posisi mereka. Membayangkan jutaan detik terurai tanpa anak saya di sisi pastinya membuat duka hati yang sangat dalam. Nafiz sakit saja sedihnya sudah sampai di ubun-ubun, apalagi membayangkan hidup saya tanpa dia.
Meskipun anak bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun rasanya saya belum siap jika saat ini harus diuji kehilangan anak.
Beberapa waktu lalu juga saya mendengar cerita teman yang keguguran, sedihnya minta ampun padahal anaknya masih bentuk janin, dia belum lagi berjumpa dengan anaknya tapi sudah merasa kehilangan sekali. Ada lagi teman di grup menulis yang kehilangan buah hati sesaat setelah melahirkan, beliau belum sempat melihat anaknya pasca pulih dan terpaksa merelakan anaknya yang telah dikuburkan. 

Memang, usia adalah rahasia Allah. Tetapi, kehilangan buah hati selalu meninggalkan luka dalam bagi orang tua, berapapun usia sang anak, bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan.

Meskipun anak hanya amanah dan titipan, bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun sepertinya setiap orang tua tidak ada yang siap jika harus diuji dengan kehilangan anak (langsung mewek saat mandangin Nafiz yang lagi lelap tertidur dan membayangkan dia tiba-tiba gak ada 😭 

Kehilangan buah hati adalah takdir Allah yang juga jadi pelajaran untuk setiap makhluknya. Pelajaran ikhlas kepada orang tua yang kehilangan. Pelajaran bersyukur bagi para orang tua yang masih diberi kesempatan untuk membersamai anak-anaknya hingga kini. Ayo mak sayangi baik-baik anak kita, jangan disia-siakan. Karena terkadang penyesalan selalu datang setelah mereka tiada.

Sudahkah kamu mengambil pelajaran dari sebuah kehilangan?

Baca juga (Ketika Keberadaan Anak Menjadi Hal Mutlak Yang Harus Terpenuhi Dalam Pernikahan)

Friday, 7 December 2018

MPASI Tunggal (Minggu Pertama) Nafiz

Alhamdulilah MPASI tunggal anak bunda sudah selesai kemarin. Hasilnya..iyeess…not bad lah. Anak bunda ternyata lahap sekali makan buah ya Nak, tapi saat makan sayuran kok banyak yang disisa nak? hehe. Tapi tidak apa-apa ya nak, kan Nafiz baru belajar makan, insya Allah nanti makannya lahap juga kan? Apalagi kalau bunda yang masakin hehe..(sok kali yah padahal saya juga gak bisa masak) whaha
Selama seminggu ini MPASI Nafiz bisa dibilang berjalan lancar yah dengan variasi menu 2x sehari (Pagi dan sore), tapi terkadang kalau gak sempat dibuat paginya, jadwal makan pagi saya pindah ke siang jam 12 (maklumlah mak’..working mom dilanda kerempongan di pagi hari) hehe.
Tadinya saya ingin menerapkan aturan 3 days rule (satu menu disajikan selama 3 hari)  buat ngeliat reaksi alergi (karena Nafiz kulitnya cencitif banget), tapi apa daya gak pernah tercapai karena Nafiz bosanan dan sayapun gak sabaran pengen cobain menu baru 😂. Akhirnya satu hari 2 menu deh, tapi alhamdulilah sejauh ini gak ada alergi sih, fesesnya juga bagus meskipun agak bau sikit dibanding waktu masih minum susu doang hehe, BAB nya juga lancar tiap pagi hari (gak kostipasi seperti sepupunya waktu baru pertama MPASI). 
Harusnya sih pemberian menu yang serat tinggi harus dibarengi dengan menu yang rendah serat biar seimbang, tapi ada daya saya gak sempat mempersiapkan menu-menu itu berhubung disini ketersediaan pangan susah, jadi apa yang ada di kulkas aja yang dijadiin menu tunggal. Beruntung juga Nafiz gak sembelit (mungkin karena kebanyakan buah kali yah?).
Pengolahan makanannya masih rebus kukus, kalau buah lebih banyak diblender. Metodenya masih spoon feeding karena Nafiz belum bisa BLW, tapi kadang waktu lagi makan sendoknya udah pengen dipegang sendiri 😊, sedangkan tekstur semi kental, kalau dijatuhin dari sendok gak langsung jatuh, jatuhnya perlahan aja. Lemak tambahan yang saya pakai sementara ini masih EVOO saja dan sesekali pakai air kaldu sayuran.

And..this is menu MPASI Nafiz Selama Seminggu kemarin;
  • Day 1 (30 Nov) 🌞Pagi: Alpukat (habis),  🌖Sore: Beras Putih (tidak habis)

  • Day 2 (1 Des)
     
    🌞Pagi: Pepaya (habis), 🌖Sore: Jagung (habis)
  • Day 3 (2 Des)
     
    🌞Pagi: Pisang Raja (habis), 🌖Sore: Labu Kuning (tidak habis)

  • Day 4 (3 des) 🌞Pagi: Buah Naga (habis), 🌖Sore: Kentang (tidak habis)

  • Day 5 (4 des) 🌞Pagi: Wortel (tidak habis), 🌖Sore: Kuning Telur Yampung (habis)

  • Day 6 (5 des)
     
    🌞Pagi: Semangka (habis), 🌖Sore: Labu Siam (habis)

  • Day 7 (6 des)
     
    🌞Pagi: Tomat (tidak habis), 🌖Sore: Kacang Ijo (tidak habis)

  • Respon Nafiz: Buah lahap banget, tapi sayuran kurang begitu suka (kayaknya ngikut emaknya ini)😂
Alhamdulilah menu tunggalnya sudah lulus, sekarang mulai nerapin menu bintang 4, insya Allah bisalah.. Meskipun emaknya gak bisa masak, tapi semoga bisa jadi cheff andalan buat Nafiz 😂.

Alhamdulilah masih bisa masak sendiri buat Nafiz, doain bunda ya Nak semoga gak tergoda dengan bubur-bubur instan di pasaran, dan jangan ada GTM diantara kita. 

Mohon kerjasamanya ya Nak. 
Semoga sehat-sehat terus 😊 

Thursday, 15 November 2018

Hari Pertama Nafiz Ditinggal Kerja

Akhirnya hari ini tiba juga, hari pertama ninggalin Nafiz di rumah karena bunda kudu masuk kerja. Sejak semalam udah prepare segala keperluan dia, termasuk pesan sama mama hal-hal yang sering dilakukan atau kebiasaan Nafiz pada jam-jam kerja, termasuk jadwal minum susu dan jadwal tidur dia. Untung Nafiz belum mulai makan, jadi kegiatan di pagi hari ini belum terlalu rempong. Tapi, saya harus bersiap-siap dan membiasakan diri untuk bangun lebih cepat berhubung Nafiz sebentar lagi mulai MPASI, yang pastinya kegiatan di pagi hari akan bertambah rempong, tapi saya akan berusaha menikmatinya.
Alhamdulilah rumah dan tempat kerja dekat jadi bisa balik tiap istirahat, dan jadwal kerja yang tidak terlalu padat bisa memperpanjang sedikit waktu istirahat kerja haha.  
Jadilah hari pertama kerja saya lewati dengan syahdu. Saat pamitan dengan Nafiz rasanya gak nahan lihat ekspresi dia yang rada-rada cemberut gitu..mungkin tahu kalau bakalan ditinggal. Duh..jadi berasa jahat heuheu..
Rasanya belum bisa fokus dan konsentrasi penuh sama kerjaan hari ini. Badan ada di kantor tapi pikiran ada disana, entah kemana-mana haha. Rasanya gak sabar nunggu jam istirahat dan jam pulang untuk jumpa anak sholeh lagi 😊
Jujur, pengalaman bekerja ketika ninggalin anak ini bikin harap-harap cemas deh, takut Nafiz bakalan rewel. Alhamdulillah hari ini terlewati dengan baik. Thanks banget buat Mama dan Ibu Nasrul. 
Benar ya, kalau emang ada niat, pasti akan diberikan jalan dan dipermudah. Well, Nafiz dan saya memang baru melewati hari pertama, masih banyak hari-hari kerja yang harus kami lewati. Meski suatu saat kami harus berjuang lebih keras, toh itu sepadan dengan ikatan cinta yang kami punya *eeaaa.

Selalu ada jalan untuk setiap kesulitan.
Dan, selalu ada cinta di balik setiap perjuangan 😍.

Terima kasih sudah jadi anak bunda yang pintar hari ini, Nafiz sayang 😍Semoga setiap tetesan yang kita perjuangkan bisa menjadi berkah untukmu, Sayang.
Bunda always love you so much 😘🤗

Thursday, 1 November 2018

Takut Gempa, Takut Naik Lion Air, Atau Takut Mati?

Beberapa hari lagi saya akan kembali ke perantauan, begitu keluarga dan teman-teman tahu saya telah memesan tiket Lion Air, banyak yang melayangkan protes;

Kenapa harus naik Lion sih, Tris? 
Kok gak takut yah, ntar jatuh lagi loh?
Mending gak usah kemana-mana dulu deh, lagi musim gempa dan banyak bencana ini.
Saya hanya mesem-mesem aja, bukannya saya gak takut mati, sayapun pendosa yang belum punya cukup bekal untuk mati, namun saya sadar kalau kita pasti akan menyusul mati.

Jika jatah waktumu telah habis,
Jika jatah rezkimu telah habis,
Bagaimanapun keadaan kita,
Kita pasti akan berpulang.
Tuhan pasti akan memanggil kita.

Meskipun kita tidak terkena gempa,
Meskipun kita tidak naik Lion Air,
Meskipun kita tidak kemana-mana,
Meskipun kita tidak ngapa-ngapain.

Baca juga (Kita Pasti Menyusul Mati)

Pun sebaliknya,
Meskipun di darat kita diancam gempa,
Di laut kita diancam tsunami,
Di udara kita diancam kecelakaan pesawat,
Namun jika Allah belum memanggilmu,
Jika jatah waktumu belum habis,
Kamu tidak akan mati.

Gak usah takut naik pesawat!
Gak usah takut terkena gempa!

Tanpa itupun bukankah setiap hari kita mendengar pengumuman di masjid kalau ada yang meninggal? Yang terkadang setelah almarhum disebut namanya akan mengagetkan warga yang mendengarnya.
Lalu komentar-komentar akan muncul tentang si almarhum/almarhumah;
“Lho, semalam masih ikutan sholat isya berjamaah kok! Masih seger buger”.
“Haaah! Dia meninggal! Tadi pagi masih WA-an sama saya!”.
“Masya Allah, masih muda kan dia.. Cakep orangnya, belum nikah..ehh..udah Allah panggil duluan”.
“Ooo.. Bapak yang rajin ke masjid itu ya, bener saya sering ngelihat.. Semoga Khusnul Khotimah”
Setiap saya mendengar ada pengumuman orang meninggal di masjid, biasanya saya selalu terdiam, langsung saya tinggalkan semua aktivitas, dan fokus mendengarkan pengumuman itu sekaligus muhasabah diri, karena suatu saat nama saya pasti akan diumumkan juga disana.

Waktu terus berjalan,
Jatah hidup di dunia semakin menghitung waktu mundur.
Malaikat maut senantiasa mengintai kita.
Dan kita masih menikmati semua dosa yang kita anggap biasa,
Seolah-olah kita akan hidup selamanya.

Dosa dan maksiat jalan terus.
Masih menikmati riba, kredit, dan utang yang gak tuntas-tuntas.
Riya’, Sombong dan Dengki tiada henti..
Aurat masih terbuka, nyantai aja.
Harta haram tetap disikat.
Dzholim pada saudara dan kawan.
Stok alasan berlimpah sebagai dalih untuk tidak beribadah kepada Allah.

Astagfirullah hal adzim. 😰

Orang tua tak dimuliakan.
Buruk sangka lanjut tanpa akhir.
Ghibah masih jadi menu harian.
Zakat lupa, sedekah entah kemana.
Shalat ditunda-tunda sampe akhir waktu.
Mikirin Allah cuma kalo lagi butuh 😞
“Rahmat Allah yang terbesar adalah ketika kita pernah bermaksiat dan masih diberi kesempatan bertaubat oleh Allah.”
Sungguh kita rugi, jika hari ini masih hidup dan masih diberi kesempatan bertaubat, tapi kita tetap mengabaikan, menganggap remeh, bahkan masih ngeyel, terus mencari pembenaran diri. Sibuk beradu pendapat tentang keilmuan sementara yang wajib tak kunjung disempurnakan dan yang sunnah tak kunjung dilengkapi.
Padahal bisa jadi, nama kita yang diumumkan lewat pengeras suara masjid besok pagi😢
Kematian itu adalah hal yang pasti tapi waktu dan bagaimana caranya adalah hal yang akan selalu menjadi misteri. Tak pernah siap tapi wajib mempersiapkan diri.
Kita tidak pernah tahu, dimana kematian menyergap nyawa kita, kan? Entah di rumah, pasar, kampus, ataupun di jalan.
Ajal pasti datang, cepat atau lambat.
“Tuhan, khusnul khotimahkan kami. Jika kematian itu menghampiri diri”.
Semoga kita semua nanti di wafatkan dalam keadaan Khusnul Khotimah..Amien

Sunday, 30 September 2018

Nafiz 4 Months

Tanpa terasa si baby Nafiz tepat hari ini usianya sudah 4 bulan. Banyak moment-moment yang membahagiakan dan memorable yang saya lalui dengannya. Di usianya yang menginjak 4 bulan ini anak sholehku sudah semakin pintar, dia sudah bisa mengenali bundanya, sudah pandai tengkurap dan membalikkan badannya sendiri, sudah tambah agresif jika ada keinginannya, dan tambah enak diajak main bersama. Dia juga semakin mudah tersenyum, rasanya semua lelah dalam mengurusnya mendadak hilang jika saya lihat senyumannya, senyumnya mengalihkan duniaku 🙂


Memasuki bulan ke 4 begadangnya sudah mulai berkurang, meskipun masih sering terbangun minta ditemani main jika malam, namun lumayanlah dia juga gak terlalu minta digendong. Alhamdulilah setelah rutin begadang hampir tiap malam, udah seminggu ini Nafiz anteng kalau malam. jadi emaknya juga bisa agak fresh sedikit karena udah gak begadang. Terus aja gitu ya Nak’, kalau malam anteng-anteng, apalagi bunda sudah mau kerja lagi sekarang, semoga Nafiz mengerti 🙂

Bulan ini terus terang adalah bulan yang berat buat saya, banyak ujian bertubi yang didatangkan Allah untuk saya sebagai rasa sayangnya pada saya, sehingga perhatian ke Nafiz bulan ini sedikit berkurang (maaf ya Nak’), namun saya selalu berusaha agar masalah yang saya hadapi tidak berdampak ke psikologis anak, meskipun dia belum mengerti keadaan bundanya namun di depannya saya mengusahakan selalu terlihat ceria dan tersenyum, supaya dia juga tidak ikutan menggalau. Karena saya pernah membaca artikel bahwa seorang anak bisa mengetahui perasaan bundanya, jika bundanya galau anak juga biasanya ikutan rewel. Saya tidak mau Nafiz juga ikutan sedih, saya tahu pasti ada kontak batin dengannya, dia pasti tahu kalau saya sedang gundah gulana, makanya sebisa mungkin saya terlihat bahagia di depannya.
Di usianya yang sekarang Nafiz sudah divaksin BCG, Polio, DPT 1&2, PCV 1, Rotavirus 1, terakhir vaksin PCV dan Rotavirus tanggal 1 Sept 2018.
Semoga sehat-sehat terus ya Nak dan tambah pintar ke depannya. Bunda akan terus mengabadikan moment-moment bersamamu di blog ini 🙂

Sunday, 2 September 2018

Nafiz di Awal-Awal Kehidupannya Nempel Bak Perangko

Ketika awal-awal kehidupannya, Nafiz itu kalau nangis muaaanis banget. Iya, pelan dan ngegemesin. Nangis-nangis manja yang bikin kita pengen nyubit nyium gitu haha. Padahal kan bayi biasanya nangis kenceng, yak. Padahal sepupunya si Faqih kalau nangis kenceng banget sampai menggegerkan dunia persilatan, sampai ibunya saja kewalahan diemin dia kalau udah nangis hehe. Alhamdulilah suara nangis Nafiz slow dan agak melow gitu, malah lebih slow suara dia daripada suara sepupunya yang perempuan si Ica.

Beranjak masuk ke usia tiga minggu, dia jadi sering nangis apalagi kalau malam hari. Pengennya digendong mulu. Kadang udah digendong pun masih nangis. Udah dibawa-bawa muter-muter seisi rumah jalan masih nangis juga, gak tahu juga penyebabnya apa? Katanya kalau bayi nangis karena lapar, BAB (popoknya basah), atau karena perutnya kembung. Padahal udah dikasih susu, periksa popoknya juga masih kering, saya juga pijat ILU mana tau emang perutnya kembung , tapi BAB nya lancar kok. Tadi aja baru habis BAB, tapi masih nangis juga.

Kalau udah nangis gitu, digendong sambil nenen baru dia berenti. Nah, kalau lepas dari saya lagi, Nafiz gampang mewek. Hal yang bikin saya tambah kepikiran gimana nanti kalau ditinggal kerja? Jadilah bulan pertama saya dan Nafiz nempel bak perangko. Saya jadi susah ngapa-ngapain. Mau mandi kilat, makan belum habis udah mewek lagi, sisiran udah hal yang langka, whahaha. Untung cucian Nafiz ada yang bantuin. Meski saya menikmati, tapi banyak kerjaan yang tertunda. Jangankan mau keluar rumah, mandi atau makan aja kadang suka telat, untung masih cuti sholat selama masa nifas, jadi ibadah agak longgar, alhamdulilah.

Meski begitu, saya berusaha nggak ngeluh. Meski hectic tiap hari, meski ngantuk, meski capek, meski pegel, toh ini yang saya mau, kan? Punya anak, itu yang saya pengen banget. Udah kesampaian terus malah ngeluh? Jadinya nggak tau diri banget dah!

Seorang dokter pernah bilang, nikmati aja saatnya jadi ibu, meski harus selalu nempel sama anak. Toh anak nggak akan selamanya kecil terus. Bayi terus. Ada masanya jadi balita, anak, remaja dan seterusnya. Jadi nikmati aja setiap fasenya, karena pasti nanti kita akan merindukan masa-masa ini. 
Ya, saya sedang menikmati setiap fase dan bersyukur sudah menginjak dua bulan ngASI Nafiz. Meski sempat kekeuh-kekeuhan demi bisa terus kasih ASI. Baby rewel itu biasa, selama nggak ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Toh, setiap rewelnya bayi ada artinya yang nggak selalu berarti ASI kurang.

Kemungkinan terbesar baby rewel karena dia sedang masa peralihan (Newborn terutama) dari rahim yang nyaman ke dunia yang yah penuh tantangan deh. Jadi kita sebagai ibu kudu sabar. Kenapa baby suka nempel dan pengen nenen terus bukan karena lapar, popoknya basah, dll. Selain karena masa pertumbuhan, dekapan ibu adalah tempat ternyaman buat bayi. Dekat dengan jantung dan debarannya yang sering dia dengar ketika masih di dalam rahim. So sweet banget, kan?

Well, saya memang baru jadi ibu tiga bulanan ini. Perjuangan masih panjang. Namun, saya yakin niat baik dan tekad kuat InsyaAllah bisa mengantarkan saya menyentuh garis finish. Doakan selalu bunda ya Nak😘.

Semoga kita semua diberi kekuatan, kesehatan, dan kesempatan menunaikan kewajiban, memenuhi hak anak-anak kita, ya. Amin ya Rabbal alamin.

Keep fighting, Moms😘💪🏻

Wednesday, 22 August 2018

Ketika Ibu Muda Sering Cemas

Menjadi ibu baru dan belum ada pengalaman sama sekali mengasuh anak membuat saya sering diliputi cemas dan galau pemirsah haha. Ketika Nafiz menunjukkan tanda tak biasa sedikit saja, saya langsung worry, padahal kata Mama biasa aja sih, namun tetap saja saya yang kurang ilmu ini menjadi parno hehe..
Misalnya nih saat mulut Nafiz sering digoyang-goyangkannya seperti lagi ngunyah sesuatu, saya cemas ada sesuatu yang dia masukkan di mulutnya. Pernah juga mulutnya seperti ada busa atau buih gitu, saya sampai was-was dia ngemil sabun? wkwkwkw😂. Padahal dari mana Nafiz bisa makan sabun kan? Pernah lagi matanya kayak juling gitu, saya hampir saja memeriksakannya ke dokter loh, saya pikir ada sesuatu yang gak beres pada matanya, padahal kata Mama itu biasa terjadi pada bayi.
Eeeh..iya kemarin seharian Nafiz gak BAB dong. Langsunglah saya dilanda kecemasan lagi, soalnya beberapa hari sebelumnya dia bisa BAB beberapa kali, konsistensi fesesnya juga bagus sih, warnanya juga oke. Giliran popoknya bersih dari warna kuning, emaknya jadi pusing lagi deh😆.
Yah, sepertinya saya sebagai ibu muda harus dipaksa belajar lagi. Gugling sana sini, masuk ke grup WA Ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita jadi saya bisa tercerahkan kalau ternyata bayi gak BAB seharian itu wajar, saja juga baru tahu kalau bayi yang ASI ekslusif bisa gak BAB sampai 14 hari loh, karena katanya ASI gampang diserap tubuh sehingga lebih banyak yang langsung diserap daripada yang terbuang. Wow banget kan yah? Tapi dengan catatan bayi tetap terlihat ceria dan gak rewel. Amazing banget yah baby itu, saya gak BAB 3 hari aja udah resah gelisah heuheu😅. Tapi tetap aja emak galau juga, takut anaknya kolik kalau gak BAB, apalagi kalau udah ngeliat perutnya kembung, pasti deh pijatan ILU segera saya lakukan, serasa gak sanggup kalau mau nungguin sampe 14 hari hahaha.
Oiya, buat mamah-mamah muda yang baru aja punya bayi kayak saya, sebaiknya cari info sebanyak-banyaknya tentang bayi, bagaimana bayi berkomunikasi saat lapar, ngantuk, pengen main dll, cari juga tanda-tanda kapan anak harus segera dibawa ke dokter, biar gak parno duluan. Padahal sendirinya udah kayak gelas pecah🙈 heuheu.
Semoga bisa membantu. Semangat belajar dan mengasuh dengan cinta ya Mom😍😘!

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...