Sebenarnya saya takut jika berbicara kematian. Karena saya pendosa, belum punya cukup bekal untuk mati.
Waktu nenek meninggal, saya terpekur dipojok rumah, nenek memanggil-manggil nama saya sebelum akhirnya berpulang. Kemudian, kematian adik sepupu yang begitu mendadak diusianya yang masih begitu muda mendahului orang tuanya lumayan membuatku shock, lalu kepergian abba sepuluh hari yang lalu masih meninggalkan duka yang begitu dalam. Malah saya belum percaya kalau beliau telah tiada.
Setiap kali mengetahui ada yang berpulang, selalu saja ingin menatap langit. Melayangkan pandangan jauh.
Jika ada yang berpulang, hanya bisa terpekur saat melihat orang menggali liang kubur, membaui aroma tanah, meresapi dalam-dalam.
Waktu nenek meninggal, saya terpekur dipojok rumah, nenek memanggil-manggil nama saya sebelum akhirnya berpulang. Kemudian, kematian adik sepupu yang begitu mendadak diusianya yang masih begitu muda mendahului orang tuanya lumayan membuatku shock, lalu kepergian abba sepuluh hari yang lalu masih meninggalkan duka yang begitu dalam. Malah saya belum percaya kalau beliau telah tiada.
Setiap kali mengetahui ada yang berpulang, selalu saja ingin menatap langit. Melayangkan pandangan jauh.
Jika ada yang berpulang, hanya bisa terpekur saat melihat orang menggali liang kubur, membaui aroma tanah, meresapi dalam-dalam.
Ada titik air di sudut mata.
Membayangkan bagaimana jika tiba waktunya saya berpulang juga? Bagaimana jika jasad yang dimasukkan diliang kubur itu adalah jasadku? Sudah siapkah saya didatangi oleh malaikat mautNya?
Tiba-tiba terlintas dalam pikiran,
Apa yang membuat kita sangat memuja kehidupan?
Setiap tahunnya di hari lahir, kita berdoa semoga Tuhan memanjangkan umur kita. Setiap harinya kita berdoa untuk diberi kesehatan dan dijauhi penyakit.
Untuk apa semua hal itu kita lakukan?
Agar bisa tinggal di dunia ini lebih lama?
Lantas jika ditanya pada kita, apakah kita pernah berharap akan datangnya kematian? Kenapa kita cenderung takut akan hadirnya, dan kenapa kita memohon agar dia tidak hadir terlalu cepat menghampiri kita.
Sebenarnya apa yang telah diberi oleh kehidupan dunia hingga kita begitu mengelukannya, dan apa salah yang telah dilakukan oleh kematian hingga kita seringkali menyangkalnya?
Duhai diri yang lalai..
Sadarkah kita jika sebenarnya kita sangat menyukai kehidupan karena dia adalah dusta yang terindah di dalam hidup ini, dan kita sangat membenci kematian karena dia adalah kenyataan menyakitkan yang pasti akan kita hadapi.
Lantas masihkah kita terlena dalam dusta, saat kenyataan mengintai waktu kita?
Setiap perjalanan pastilah ada akhirnya, dan setiap kepergian pasti akan ada masa dimana kita harus berpulang, kembali ke tempat asalnya. Kita pasti akan berpulang, walau kita senantiasa bertanya, kapan waktu itu tiba? Tapi itu rahasia Allah agar manusia tidak lalai dalam hidup.
Setiap perjalanan pastilah ada akhirnya, dan setiap kepergian pasti akan ada masa dimana kita harus berpulang, kembali ke tempat asalnya. Kita pasti akan berpulang, walau kita senantiasa bertanya, kapan waktu itu tiba? Tapi itu rahasia Allah agar manusia tidak lalai dalam hidup.
Apakah kamu lupa bahwa kematian pasti datang, maka bersiaplah. Wahai jiwaku berbekallah dengan kebaikan dan kebajikan (Imam Syafii).
Karena hakikatnya kita tidak pernah memiliki diri kita sendiri. Yang punya bisa memanggil kita kembali kepadaNya kapan saja "sesuka hatiNya", maka sungguh kematian itu adalah sebuah misteri, dan pelajaran bagi kita yang masih berkesempatan diberi umur oleh Allah Sang Pencipta untuk menyiapkan sebaik-baik bekal yaitu Iman dan Taqwa, karena kain kafan itu tidak bersaku, tidak bisa kita masukan uang serupiahpun untuk jadi perbekalan.
Karena hakikatnya kita tidak pernah memiliki diri kita sendiri. Yang punya bisa memanggil kita kembali kepadaNya kapan saja "sesuka hatiNya", maka sungguh kematian itu adalah sebuah misteri, dan pelajaran bagi kita yang masih berkesempatan diberi umur oleh Allah Sang Pencipta untuk menyiapkan sebaik-baik bekal yaitu Iman dan Taqwa, karena kain kafan itu tidak bersaku, tidak bisa kita masukan uang serupiahpun untuk jadi perbekalan.
No comments:
Post a Comment