Kemarin saya mendapatkan dua kabar duka, pertama dari teman kuliah (Sariani) yang anaknya meninggal setelah 3 minggu di ruangan ICU pasca melahirkan, satu lagi teman SMAK (Ayu dan Rahman) yang anaknya (8 tahun) meninggal juga karena penyakit asma. Mendengar dua kabar duka di hari yang sama dan semuanya kehilangan buah hatinya masing-masing membuat saya nelangsa.
Jujur, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan saya jika di posisi mereka. Membayangkan jutaan detik terurai tanpa anak saya di sisi pastinya membuat duka hati yang sangat dalam. Nafiz sakit saja sedihnya sudah sampai di ubun-ubun, apalagi membayangkan hidup saya tanpa dia.
Jujur, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan saya jika di posisi mereka. Membayangkan jutaan detik terurai tanpa anak saya di sisi pastinya membuat duka hati yang sangat dalam. Nafiz sakit saja sedihnya sudah sampai di ubun-ubun, apalagi membayangkan hidup saya tanpa dia.
Meskipun anak bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun rasanya saya belum siap jika saat ini harus diuji kehilangan anak.
Beberapa waktu lalu juga saya mendengar cerita teman yang keguguran, sedihnya minta ampun padahal anaknya masih bentuk janin, dia belum lagi berjumpa dengan anaknya tapi sudah merasa kehilangan sekali. Ada lagi teman di grup menulis yang kehilangan buah hati sesaat setelah melahirkan, beliau belum sempat melihat anaknya pasca pulih dan terpaksa merelakan anaknya yang telah dikuburkan.
Memang, usia adalah rahasia Allah. Tetapi, kehilangan buah hati selalu meninggalkan luka dalam bagi orang tua, berapapun usia sang anak, bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan.
Meskipun anak hanya amanah dan titipan, bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun sepertinya setiap orang tua tidak ada yang siap jika harus diuji dengan kehilangan anak (langsung mewek saat mandangin Nafiz yang lagi lelap tertidur dan membayangkan dia tiba-tiba gak ada ðŸ˜
Memang, usia adalah rahasia Allah. Tetapi, kehilangan buah hati selalu meninggalkan luka dalam bagi orang tua, berapapun usia sang anak, bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan.
Meskipun anak hanya amanah dan titipan, bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun sepertinya setiap orang tua tidak ada yang siap jika harus diuji dengan kehilangan anak (langsung mewek saat mandangin Nafiz yang lagi lelap tertidur dan membayangkan dia tiba-tiba gak ada ðŸ˜
Kehilangan buah hati adalah takdir Allah yang juga jadi pelajaran untuk setiap makhluknya. Pelajaran ikhlas kepada orang tua yang kehilangan. Pelajaran bersyukur bagi para orang tua yang masih diberi kesempatan untuk membersamai anak-anaknya hingga kini. Ayo mak sayangi baik-baik anak kita, jangan disia-siakan. Karena terkadang penyesalan selalu datang setelah mereka tiada.
Sudahkah kamu mengambil pelajaran dari sebuah kehilangan?
Baca juga (Ketika Keberadaan Anak Menjadi Hal Mutlak Yang Harus Terpenuhi Dalam Pernikahan)
No comments:
Post a Comment