Tuesday, 29 August 2017

Teruntuk Sepupuku yang Telah Dijemput Tuhan Lebih Dahulu.

 Salah satu hal yang kusuka dari facebook sekarang adalah sudah ada memori pengingat dari postingan-postingan kita di tahun sebelumnya. Seperti tadi pagi saat saya diingatkan facebook memori setahun yang lalu, yaitu postinganku tentang kepergian Muaz menghadapNya, sepupuku yang lumayan dekat denganku.
Tak terasa sudah setahun yang lalu ternyata, rupanya hari bergulir begitu cepat. Saya masih ingat setahun yang lalu, kala kudapat pesan itu, berita tentang kepergiannya dari keluarga. Bagai disambar petir saat Shubuh itu saya mendengar kabar bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia ini . Bukan..bukannya saya mendadak lupa kalau syarat mati harus tua dulu, atau harus pegang tongkat dulu, hanya saja kepergiannya yang begitu cepat, mendahului orangtua dan kakak-kakaknya bahkan diusia yang relatif muda, saat berada dipuncak karir adalah tamparan buatku. Setidaknya darinya saya belajar lagi kalau usia memang hanya sekelebat. Saya akui saat itu saya amnesia luar biasa, terlalu sibuk memikirkan jodoh yang belum pasti, sampai lupa memikirkan jatah usia dipakai untuk apa, terlalu sibuk memikirkan persiapan nikah, sampai lupa mempersiapkan bekal pulang ke kampung abadi
Senin tanggal 29 Agustus setahun yang lalu, saat itu kerjaan di kantor menumpuk, bersamaan dengan itu juga Pak Yusli (bos 01 Kemindo) bersama istrinya lagi visit di pabrik dalam rangka mengadakan sembahyang menurut kepercayaannya (Budha). Memang tiap tahun beliau rutin mengadakan sembahyang disini sebagai bentuk syukur atas pencapaian perusahaan katanya. Waktu itu, saya yang diminta mempersiapkan acaranya, mulai dari cari bahan makanan hingga acara masak-masaknya, namun saya tidak bisa konsentrasi sama sekali, mataku sembab karena menangis seharian, sampai-sampai teman-teman yang lain dan istri Pak Yusli mengomentari mata sembabku, mungkin mereka khawatir kalau sesuatu yang buruk telah menimpaku.
Sewaktu sepupuku (Accung dan Acank) mengirimkan foto kondisi terakhir Muaz yang badannya sudah kurung ceking sewaktu masih di Bantaeng (sebelum dibawa ke RS.Awal Bros), sebenarnya saya sudah mempresiksi kalau mungkin umurnya sudah tidak lama lagi. Saat sepupuku yang lain tidak henti menelpon dan mengirimiku pesan mengabarkan kalau kondisi Muaz sudah parah dan kemungkinan sembuhnya kecil, disaat itu juga perasaanku sudah acakadut tidak karuan, apalagi orangtuanya sudah memanggil keluargaku di Tamalate dan keluarga di Toddopuli untuk berunding memutuskan apakah Muaz akan dirujuk ke RS Awal Bros atau dirawat dirumah.
Meskipun begitu, saya tidak pernah henti mendoakan kesembuhannya. Waktu itu saya sangat berharap kalau Allah masih memberikan kesempatan dia untuk hidup, apalagi sudah dua tahun belakangan saya tidak sempat bertemu dengannya karena kami sama-sama sibuk dengan kerjaan masing-masing. Kami hanya sering berhubungan lewat bbm dan sosmed.
Ahh., Muaz..saya sama sekali tidak menyangka kalau pembicaraan kita ditelpon waktu lebaran itu adalah terakhir kali saya bisa mendengar suaramu. Saat kau memaksaku mudik ke Bantaeng, bahkan waktu itu kau mau menjemputku, namun lagi-lagi saya sepupumu masih sok sibuk dengan urusanku sendiri sampai melupakanmu. Kebetulan tahun lalu itu, saya memang tidak sempat mudik karena suamiku waktu itu lagi sowan ke rumah mau bertemu dengan keluarga, jadi berkali-kali planning mudik gak pernah terlaksana. Dan keputusanku yang tidak mudik saat itu sampai sekarang masih kusesali, karena setelahnya saya sudah tidak bisa bertemu dengannya, terlebih lagi karena tante Salma juga akhirnya menyusul kepergian Muaz Maret 2017 kemarin.
Sekarang, sambil mengenangnya, saya jadi kangen dengan moment-moment yang telah kami lalui bersama. Dulu, sewaktu kecil kita berempat dengan Mira dan Imam langganan jadi passappi jika ada tante atau sepupu yang menikah. Mulai dari Om Anas, K’Isna, K’Opi, K’Ipa, kita berempat yang selalu jadi passapinya. Saya juga ingat pernah melarikan diri bersamamu ke Ermes tidak minta izin sama mace, akhirnya kau lagi yang dijadiin tersangka sama Mama padahal waktu itu saya yang memaksamu membawaku (maapken ya cyin, karena saya kamu jadi dapat marah muehehe). Moment terakhir kita bersama adalah tahun 2013 lalu saat kita rame-rame ke kebun Om Anas naik mobil open cup, bakar-bakar jagung, lalu pulangnya kita singgah di Pantai Seruni makan pisang Epe.
Saya ingat saat kau baru saja diwisuda dan mulai mencoba peruntungan mencari kerja, kau curhat padaku kalau tidak ingin bekerja dikampung, harus dikota besar agar terkesan prestise ala-ala gimana gitu. Dan tak jarang kau juga sering mengejekku yang sudah bertahun-tahun kerja dipedalaman.
“Saya aja gak betah kerja dikampung Inna, kok kamu bisa survive gitu yah dihutan lama-lama? Pantas aja gak ada cowok kota yang mau melamar, gak pernah keliatan dikota sih! Jangan-jangan nanti orang utan lagi yang datang kerumahmu say. Liatmi nanti, pasti nalumbaiko Kia duluan menikah”, katamu waktu itu sambil tertawa mengejek.
Aah..kalau saja kamu masih hidup sekarang say, ingin rasanya kujitak kepalamu karena tebakanmu salah, sekarang saya sudah nikah, dan suamiku orang kota loh say, namun sayangnya kamu tidak berkesempatan bertemu dengannya. Kamu tidak memberiku kesempatan untuk pamer “Nah kan..cewek hutan juga punya kualitas yang bisa membuat cowok kota datang melamar kan?, tapi tebakanmu yang bilang Kia duluan nikah emang benar sih!” muehehe
Engkau, sepupuku yang paling cerewet, yang paling getol memaksaku agar memperhatikan tubuh ini yang kadang melalaikan haknya, bahkan terkadang lebih rewel dirimu dari mace muehehe
“Jangan laloko tunda-tunda makan say, kalau lapar langsung makan, jangan karena banyak kerjaan lupa makan, gak baek juga kalau terlalu seringko begadang say, itumi bikin tambah kurusko karena kurang tidurmu”, katamu waktu mencerewetiku di bbm saat saya curhat padamu.
Muaz.. lebaran kemarin saya ke Bantaeng, dan tidak kupungkiri masih baperka gang’ saat masuk ke kamarmu, masih banyak jejakmu tertinggal disana. Baju-bajumu masih rapi tergantung di lemari, seolah-olah masih merindukan dipakai tuannya. Sayapun menyempatkan diri berziarah ke makammu, dan saya tambah baper sebaper-bapernya karena saat itu, ternyata saya harus berziarah untuk dua makam sekaligus, makammu dan makam tante Salma (Ibumu) yang bersebelahan dengan makammu yang juga menyusul kepergianmu bulan Maret kemarin. 
Aah..Mudikku jadi gak seru tanpa dirimu say, kami selalu mengingatmu apalagi saat acara nikahannya Accung, Empatmi sepupumu nikah gak kau hadiri nah! Saat moment-moment begitulah kami sering mengingatmu. Bahkan saat acara pernikahannya Khiya waktu itu, saat teman-temannya Raghil dari Bank Mandiri datang, tetiba kita nangis berjamaah karena teringat padamu, apalagi bapakmu Om Mulu paling kenceng nangisnya, karena biasanya kamu paling eksis kalau moment-moment begini, acara serasa ada yang kurang tanpa kehadiranmu ?.
Inilah beberapa kenangan kita bersepupu say, sengaja saya posting untuk mengingat kembali indahnya masa-masa ngumpul bersama sepupu-sepupu dulu;
Saat di puncak gunung di Lannying tahun 2008
Foto bareng saat pernikahan K’Aik di gedung Balai Mutiara 2009
Rekreasi ke permandian Eremerasa tahun 2010
Jaman masih ngalay di Nav tahun 2011
Narsis-narsisan di fotobox tahun 2010
Bakar-bakar jagung di kebun om Anas
Moment terakhir bersama Muaz saat foto bareng di kebun jagung Om Anas
Sekarang hanya doa yang bisa ku kirimkan padamu, semoga kau merasakan kebahagiaan di alam sana. Dan pada akhirnya, sayapun juga nanti pasti akan menyusulmu. Terima kasih atas segala perhatianmu padaku selama hidupmu bebz, makasih juga karena sudah bersedia menjadi konsultan perawatan tubuhku.
I’m always pray for you ?
Al Fatihah.
Teruntuk sepupuku yang telah dijemput Tuhan lebih dulu, Di sudut terpencil Sulut, saya merindumu 

Saturday, 26 August 2017

Musim Melahirkan

Hari ini dirumah ada acara ngumpul keluarga lagi. Yah..hari ini adalah hari aqiqahan anaknya Khiya yang lahir tanggal 16 Agustus 2017 kemarin yang diberi nama “Maiza Najdatul Arsy”
Bersamaan dengan itu, bulan ini istrinya teman kerja (Junaedi) juga baru lahiran putra pertamanya tanggal 22 Agustus 2017. Dan sekarang teman kerja yang lain (Bang Ikhsan) lagi mengurus cuti ke Medan untuk menemani istrinya melahirkan yang HPL nya minggu ini. Di awal bulan Agustus lalu, ada lagi istri karyawan harian (Imran dan Yohanes) yang juga baru melahirkan anak mereka yang kedua, sedangkan di akhir bulan lalu masih istri karyawan Kemindo lagi yang juga teman kost ku dulu sewaktu masih tinggal di Lolak (Indah istri Angga), yang juga melahirkan anaknya yang ke 2, padahal waktu saya bersamaan Angga direkrut kemari akhir 2014 lalu, Indah baru hamil 2 bulan anak pertamanya (Nov 2014), dan sekarang udah momong anaknya yang ke 2 lagi dia.
Kalau ada yang nanya di Lolak, khususnya di Pabrik sekarang lagi musim apa?Jawabannya Lagi Musim Melahirkan!Nah..biasanya yang begini ini yang jadi moment ngumpul-ngumpul keluarga karyawan kalau ada anaknya yang aqiqahan. Dan pastinya jadi moment paling nyinyirable juga buat diriku?  hiks , padahal saya sudah berusaha agar tidak baperable haha.
Jangankan pas acara ngumpulnya, baru ada berita new baby bornnya karyawan di grup saja, selain ucapan selamat kepada yang punya anak, juga jadi ajang nyinyir buat yang belum nikah dan yang belum punya anak. Seperti beberapa hari yang lalu ketika Juned mengabarkan kelahiran anaknya, dan ketika itu pula saya mendapat serangan lagi di grup WA factory ;
Nah kan..aku paling gak bisa kalau diginiin mak?, harusnya kalau mau ngasih selamat ke orang yang udah punya anak ya kasih aja, tapi gak usah modus kemana-mana, apalagi menyerang yang belum punya anak! Memangnya mau punya anak semudah itu? Yakali kalau anak dibuat dari tepung-tepungan atau gula merah gitu, yang tinggal digoreng aja langsung bisa jadi ? huhu.

Itu belum termasuk serangan dari istri-istri karyawan lain yang memang kebanyakan umurnya dibawahku, apalagi orang-orang desa disini memang rata-rata nikah muda, banyak yang nikah sebelum umurnya 20, bahkan ada yang masih sekolah udah nikah ajee. Jadi saya yang dulu belum nikah di umur 27 dan sekarang belum punya anak di umur 28 jadi kelihatan aneh, seolah-olah seperti suatu aib yang memalukan.

Saya juga tak mengerti, sejak kapan ‘telat menikah’ atau ‘belum punya anak ‘menjadi sebuah dosa besar, bak penyakit menular yang harus dijauhi!

” Kak Tris udah keburu kiamat loh! Nanti gak ada anak sholeh yang doain kalau meninggal” (kalau yang coment gini pengen rasanya gue bales; Lach..emang kamu yakin anakmu bakalan mendoakanmu kalau kamu mati nanti?)

“Jadi kapan punya anak kak’? Saya udah 2 loh (Ya gak tau, emangnya gue ikutan nulis takdirNya?)

” Ayoo Tris jangan mau kalah sama Juned, kemarin nikahnya cuma beda 2 minggu loh” (Wait..sejak kapan punya baby jadi ajang lomba-lombaan yah? Dan lagi paramater kalah menangnya apa gitu? Kalau diukur dari usia pernikahan yah gak fair lah, dia yang tiap hari 24 jam ketemu sama istrinya dibandingin sama saya yang udah 5 bulan gak jumpa-jumpa suamiku. Harusnya kalau mau dibandingin ya harus sama dong spec dan kualifikasinya).


Belum lagi coment-coment nyinyir lain yang udah malas buat saya ingat. Dari yang offline hingga yang online, dari teman SD hingga teman kuliah, dari tempat kerja yang lama hingga tempat kerja yang sekarang. Terakhir sebelum saya nulis ini, satpam di kantorpun sempat melontarkan pernyataan “Jadi Bu, kapan mau punya anak? Angga, Ardi, Nedi, apalagi Ikhsan udah mau 2 loh, kalau gak tau caranya, sini kuajari”, dan dia pun setengah memaksa untuk mendengarkan dan memperhatikan arahannya *rasanya ingin nangis aku, lelah hayati bang ?* , sebegitu keponya kah orang lain mencampuri kehidupanku hanya karena saya belum punya anak? Padahal mereka yang bertanya itu tahu kondisiku yang jauh dari suami, tapi seolah-olah menutup mata dan tidak ingin tahu, pokonya mereka mau saya langsung punya anak saja, titik!
Saya lalu berpikir, Ya Allah..ini baru beberapa bulan usia pernikahanku, gimana dengan mereka yang udah bertahun-tahun menunggu? Saya tiba-tiba merasa kasihan dengan pasutri yang udah bertahun-tahun nikah, udah lelah menunggu buah hati, tambah semakin melelahkan mendengar pertanyaan dan nyinyiran orang disekitar.
Sekarang saya belajar memahami bahwa orang lain hanya ingin berkomentar atas apa yang mereka lihat, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.  Sambil menulis ini saya berjanji, jika nanti saya hamil dan diizinkan Allah punya anak, saya tidak akan bertanya sama orang yang belum punya anak pertanyaan yang membuat hati meringis seperti pertanyaan-pertanyaan di atas, karena asaya sudah mengerti rasanya. Semua kembali kepada pikiran masing-masing. Jadi yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berusaha move on dari pertanyaan ‘Kapan punya anak’ itu, karena sesungguhnya rencana Tuhan lebih baik untuk kita yang bersabar.

Wednesday, 23 August 2017

Merokok Tiap Hari Mampu, Berqurban Sekali Setahun Masa Tidak Mampu?

Berbicara tentang rokok nih yah, mungkin harganya lumayanlah membuat kantong bolong, apalagi semenjak isu kenaikan harga rokok yang kemarin sempat menjadi perbincangan hangat. Mungkin bagi perokok aktif, satu bungkus bisa jadi tidak cukup. Dalam sehari, mengisap dua bungkus rokok pun dianggap lumrah, bahkan ada teman kerja yang ngerokoknya sampai tiga bungkus perhari *alamakjang.. mungkin kalau paru-parunya di fotoin, sudah ada gambar asbak di dalam kali yah? ?
Namun, pernahkah para ahli hisap itu menghitung total biaya yang dikeluarkan per tahunnya untuk satu bungkus rokok per hari? Kalau belum, mari sini saya hitungkan!

1 bungkus rokok = Rp 12,000 (harga terendah)
Rp 12,000 x 30 hari = Rp 360,000.
Rp 360,000 x 12 bulan = Rp 4,320,000
Jadi, dalam 1 tahun kalian menghabiskan Rp 4,320,000 hanya untuk membeli rokok.
Perhitungan diatas hanyalah hitung-hitungan kasar saya saja dengan asumsi jika kalian merokok satu bungkus perhari dan harga rokok yang paling rendah. Tentu biayanya akan berlipat-lipat untuk yang menghabiskan 2-3 bungkus perhari dan merk rokoknya diatas harga tersebut.
Melihat fakta diatas, harusnya para perokok lebih mampu untuk berqurban daripada orang yang tidak merokok kan? (Lach..iya dong..wong kambing aja harganya hanya 1,5-2 jutaan).
Nah.. Ini kalian mampu membakar uang paling sedikit 4 juta setiap tahunnya!
Udah bisa dapat 2 ekor kambing kan? ?
Makanya saya kadang aneh dengan para perokok yang sering bilang tak mampu berqurban, namun mampu membeli rokok 2-3 bungkus perhari. Hellooo…situ sehat? Kata Cak Lontong “MIKIR”! ?
Daripada kalian membuang uang untuk aktifitas yang banyak mudharatnya, lebih baik kalau uang untuk membeli rokok ditabung untuk membeli hewan qurban. Pahalanya dapat, bahagianya dapat, dan bisa menyenangkan orang disekitar juga dengan berbagi kebaikan. Daripada kalian merokok, rugi didompet, rugi di kesehatan, orang disekitar juga terganggu kenyamanannya karena tidak bisa menghirup udara sehat.
Jadi, masih mau bilang kalian tidak mampu berqurban? Semoga kalian tidak pura-pura miskin yah untuk berqurban, namun pura-pura kaya untuk merokok dua bungkus per hari.

Sunday, 20 August 2017

Annual Meeting in Sentul City (9-10 Sept 2017)

Jadi ceritanya pagi tadi dapat email pemberitahuan dari HRD di Jakarta kalau perusahaan akan kembali mengadakan Annual meeting di Sentul, Bogor pada tanggal 9-10 September 2017. Annual meeting kali ini adalah annual meeting yang ketiga setelah sebelumnya tahun 2015 diadain di Jakarta dan tahun 2016 di Bali. Karena ini annual meeting Kemindo Group, jadi semua perusahaan yang tergabung di dalam Kemindo Group harus mempunyai perwakilan untuk hadir dalam acara akbar tahunan perusahaan tersebut. Nah, biasanya yang mewakili perusahaanku (PT. Kemindo CaO Resources) di Manado adalah level Supervisor keatas, dan tahun ini saya termasuk salah satu peserta yang mewakili KCR untuk hadir dalam event tersebut. Berikut isi emailnya;

Jujur saja, kok saya kurang begitu bersemangat yah ikutan acara ini? Bahkan kalau boleh memilih saya sebenarnya lebih ingin cuti ke Makassar daripada ikutan eventnya , apalagi di tanggal 9 September juga bertepatan dengan ulang tahun suami, pengennya sih saya bisa di Makassar (iih..ngareep ), dan lagi event ini dilangsungkan masih di kawasan Bogor Jawa Barat, takutnya saya belum bisa move on dari edisi honeymoon kemarin haha.
Namun, karena semua yang telah tercantum namanya diatas diwajibkan ikut, mau gak mau saya mesti, harus, kudu, dan wajib ikutan juga, ya udalah lah yah, anggap saja sekalian wisata dan refreshing juga hehe. Untungnya hari kedua ada outbound yang bisa sedikit menghilangkan kepenatan kerja. Oh..iya..berikut rundown agendanya selama dua hari;
Jadi hari pertama full meeting dan presentasi untuk semua divisi dan group perusahaan Kemindo di hotel, hari keduanya ini yang lumayan asyik, full refreshing dan outboound *Yeaaay ?*. Nah, untuk menambah semangat dan motivasiku untuk ikut serta, saya tidak tahan juga untuk tidak kepoin lokasinya haha..
Dan..Inilah hasil pencarianku tentang Sentul, Desa Gumati yang akan ditempati outbond, serta Restoran Ah-Poong yang akan kita tempati lunch nantinya
Desa Gumati yang akan ditempati lokasi outbond
Tempat wisata di Sentul
Ah Poong Restoran (Biasa juga disebut Restoran Terapung)
Nah, kalau liat pemandangan yang green-green dan lokasi wisata kayak gini kan langsung semangat pengen ikutan (jiaaah..meetingnya gak bersemangat..giliran wisata dan outbond baru semangat 45  wkwkwkwk).

Woy..woyy..ngomongin wisata mulu, bahan presentasinya untuk meeting nanti udah kelar belum buk’? 
Hahay, iya juga yah, sampai lupa belum ada satu slidepun yang kelar, padahal udah harus di setor ke HRD paling lambat akhir bulan ini 
Ya udahlah yah..saya melipir bikin slide dulu yee, toh juga belum bisa bercerita banyak tentang Sentul sekarang karena belum berkunjung ke TKP. But.. tenang aja, nanti setelah kesana akan saya update liputan tentang Annual Meeting ini, siaran langsung dari TKP haha. So, Let’s Wait. 

Thursday, 17 August 2017

Merdekakan Dirimu dari Pertanyaan ‘Kapan’

Mumpung lagi memperingati hari kemerdekaan nih yah, kalau saya ditanya apa arti kemerdekaan buatku, bagi saya merdeka adalah jika tidak ada lagi orang kepo yang suka bertanya “Kapan..kapan..kapan” yang telah menjajah hati dan merenggut kebebasan bagi sebagian orang (haha..jawaban apa ini yah? ).
Pagi tadi seorang teman me-mentionku di postingannya untuk mengikuti lomba menulis “Stop Tanya Kapan” dari Vemale ini (maksudnya apa gitu yah? Mau nyindir-nyindir gue gituh yang sudah bosan ditanya pertanyaan “kapan” mulu? *Gini nih kalau orang baper, bawaannya sensi mulu* haha
Sebenarnya tahun lalu saya sudah pernah ngikutin lomba ini, saat itu lagi baper sebaper-bapernya saat orang-orang terus membombardirku dengan pertanyaan “Kapan Nikah”. Akhirnya karena sesuai kondisi hati saat itu, saya jadi antusias ngikutin lombanya (itung-itung sekalian mengeluarkan isi hati dan uneg-uneg juga hahaha). Eeeh..gak nyangka akhirnya bisa menang  dan masuk tiga besar saat itu, tulisanku-pun dimuat di website vemale.com. Yang mau baca tulisanku, silahkan baca disini
Waktu itu sebenarnya judul yang saya kirim adalah “Merdekakan dirimu dari pertanyaan kapan nikah” berhubung lombanya dalam rangka hari kemerdekaan juga, tapi entah mengapa auditornya mengganti judulnya menjadi “Ketika pertanyaan kapan nikah melukai hati teramat dalam” (Hadeh..kok kayak ngenes banget gituh yah judulnya? Padahal gue aja yang di bombardir pertanyaan itu gak ngenes-ngenes amat kok muehehe).
Sekarang mau ikutan lagi, masih boleh gak yah? Masih sesuai kondisi hati sih, tapi udah beda tema pertanyaannya, udah naik satu grade hahaha. Tapi yang penting masih seputaran pertanyaan “Kapan” kan  ?
Memang yah pertanyaan kapan ini tidak akan ada habisnya, bahkan mungkin seumur hidup kita akan dihantui dengan pertanyaan ini terus. Udah kodratnya kali yah kalau dari lahir sampai mati hidup kita seperti diperlombakan. Selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain. Dari kecil kita di bandingkan dengan saudara sendiri, mulai sekolah kita dibandingkan dengan teman kelas. Persaingan ranking, tempat sekolah, sampai prestasi yang diraih, sudah pasti berbau perlombaan. Sedikit saja kalah langsung dicibir, langsung banyak yang nyinyir. Sebenarnya bukan kalahnya yang dicibir tapi memang kadang terasa menyenangkan membicarakan hal-hal negatif orang lain. Menyakitkan memang, tapi terasa wajar menjadi bahan obrolan.
Apakah perlombaan itu hanya ada di sekolah? Ohh..Tentu tidak! Perlombaan dalam kehidupan di masyarakat ternyata jauh lebih mengerikan. Yang belum lulus dibandingin dengan yang sudah wisuda, yang belum kerja dibandingin dengan yang sudah kerja, yang belum nikah dibandingin dengan yang sudah nikah, yang belum punya anak dibandingin dengan yang sudah punya. Yang anaknya baru satu dibandingin dengan yang anaknya sudah banyak. Akhirnya muncullah pertanyaan keramat; Kapan lulus?  Kapan kerja? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan nambah anak lagi? Terus saja pertanyaannya nyambung menyambung, berulang terus sampai anak cucu cicit, tanpa bosan.
Yakinlah..Seumur hidup kita akan dihantui terus dengan pertanyaan ‘Kapan’ itu. Jadi, Ya Sudahlah Yah, Maklumi aja! Kita tidak bisa mengendalikan mulut orang lain, yang bisa kita lakukan hanyalah mengendalikan hati agar tidak baper *eeaaaaa* 
Padahal mereka-mereka yang bertanya itu bukannya tidak paham akan takdir Tuhan. Kalaupun tidak percaya dengan takdir Tuhan, kita pasti tahu kalau tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan mulus sesuai dengan keinginan kita. Ada hal-hal di luar kehendak kita yang tidak bisa kita kendalikan, misalnya ada yang tidak bisa sekolah, tidak lulus tepat waktu, mendaftar kerja di tolak dimana-mana, jomblo tidak berkesudahan, mandul, keguguran, kecelakaan dan hal-hal lain yang menghambat mereka mendapatkan apa yang diinginkan.
Terus mengapa mereka-mereka yang sebenarnya menyadari hal ini masih sibuk menanyakan hal-hal diluar kuasa kita? Memangnya kita ikutan nulis gitu takdirNya? Enggak kan? Jadi, berhentilah membully apalagi nyinyirin orang yang belum lulus, belum nikah, belum punya anak karena sungguh mereka juga sudah capek di bully so much, so hard, and so constantly (minjem istilah afi )
**
Eeeh..tulisan di atas hanya mukaddimah yah, cuma kata pengantar doang, bukan tulisan itu yang mau saya ikutkan lomba (hadeh..muqoddimahnya aja puanjaaang bener, gimana nanti tulisan yang mau diikutin lomba, palingan jadi curhat colongan lagi kan?  ). Gak ngarep menang lagi sih, hanya turut meramaikan saja, semoga masih bisa ikutan dua kali. Nanti akan saya posting juga disini tulisanku yang akan kuikut sertakan dalam lomba di atas.
Intinya adalah saya Mendukung gerakan STOP TANYA KAPAN!
Jadi..Mau sampai kapan kalian akan mengakhiri pertanyaan kapan itu? 

Sunday, 13 August 2017

AylaView Challenge

Dua hari ini saya dibuat terpingkal-pingkal sama postingan emak-emak yang lagi berusaha ngegombalin suaminya dengan #aylaview yang lagi viral. Hingga mereka lomba-lombaan ngaplod screenshoot #aylaview versi mereka dan pak suami yang kebanyakan berujung emote yang ada lope-lopenya gitu  *acikiiiuuww.
Meskipun disertai dengan drama tebak-tebakan yang alot dan melelahkan karena suami-suami ini kebanyakan lemot dan gak peka haha, tapi saya perhatikan emak-emaknya pada happy banget, entah karena sudah berhasil ngerjain paksu atau karena udah nerima emote lope-lope balik 
Nah..kan pak suami, ternyata untuk membuat happy istri gak susah kok, gak perlu ngeluarin duit mahal-mahal. Cuma bilang aylaview aja mereka udah senang bangets, sampai bangganya terus langsung ngapload di sosmed. Jadi pahamilah yah bapak-bapak dan suami-suami, sering-seringlah bilang aylaview sama istrimu, dijamin kalau istrimu happy makanan enak langsung tersaji di meja, hingga debu dan nyamuk di rumah bakalan ludes kalau nyonyah di rumah lagi bahagia Apa lagi kalau dikasih Ayla beneran, dijamin dah si pak suami bakalan di puja puji terus, kalau perlu di kasih sesajen dah haha ?
Karena demam #aylaview ini jugalah, grup menulisku yang berisi emak-emak dan nyonyah-nyonyah ketche gak mau ketinggalan kekinian, semuanya pada ikut ngegombalin pak suami dan memamerkan hasil gombalannya di grup. Akhirnya bu kepsek mbikin Give away dengan tema “aylaview challenge” yang bisa berupa flash fiction, cerpen, fiksi, ataupun percakapan.
Waduh..Mendapat tantangan begini, saya langsung keder mak’, disaat yang lain semangat-semangatnya gombalin pak suami, suamiku malah gak bisa di ajak berkolaborasi . Ahaa..tiba-tiba ingat ada aplikasi fake chat, Fatih Seferagic aja bisa saya ajak chat, masa suami gak bisa? wkwkwkw. Terpaksa aplikasi yang udah di hapus, harus di install kembali.
And this is it..! Fake chat gokil versi khayalanku hahaha (maaf yah pak suami, akun wa nya saya pinjem dulu bentar, saya gak macam-macam kok, hanya untuk menjawab challenge ini )

 
Chat diatas hanya fiktif, hanya rekaan saja, bukan kisah saya yah pemirsah ?! Suamiku gak mungkin lemot begitu kok hahaha. Sengaja gak ngambil dari foto profil dia yang di wa, biar ketahuan kalau ini fiktif, makanya saya pake foto dia yang lain yang menurutku paling guanteeeng *aciiieeee* (Ntah kenapa saya tuh yah, kalau liat cowok pake baju koko, ketampanannya jadi meningkat berkali-kali lipat haha). Foto fake chat diatas adalah fotonya pak suami yang paling favoritku (foto itu juga yang kujadikan foto contact di hp). Menurutku foto itu yang paling keren dah dari ribuan fotonya yang lain haha, saya suka karena nampak sederhana, gak perlu gaya gimana-gimana, gak perlu modus begini begitu, gak perlu modus pegang ini itu, malah dengan style yang simple begitu aja auranya keluar menurutku. Jiaaaaah..kok malah ngomongin pak suami sih? dududuh..jangan-jangan saya sudah terjangkit virus aylaview? hahaha

Udahlah yah, ntar kalau ngomongin suami gak kelar-kelar lagi hihi..
Tenang aja cyiiin, saya gak suka Ayla kok, saya sukanya Yaris atau Jazz aja ?? jiahahaha.

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...