Thursday, 17 August 2017

Merdekakan Dirimu dari Pertanyaan ‘Kapan’

Mumpung lagi memperingati hari kemerdekaan nih yah, kalau saya ditanya apa arti kemerdekaan buatku, bagi saya merdeka adalah jika tidak ada lagi orang kepo yang suka bertanya “Kapan..kapan..kapan” yang telah menjajah hati dan merenggut kebebasan bagi sebagian orang (haha..jawaban apa ini yah? ).
Pagi tadi seorang teman me-mentionku di postingannya untuk mengikuti lomba menulis “Stop Tanya Kapan” dari Vemale ini (maksudnya apa gitu yah? Mau nyindir-nyindir gue gituh yang sudah bosan ditanya pertanyaan “kapan” mulu? *Gini nih kalau orang baper, bawaannya sensi mulu* haha
Sebenarnya tahun lalu saya sudah pernah ngikutin lomba ini, saat itu lagi baper sebaper-bapernya saat orang-orang terus membombardirku dengan pertanyaan “Kapan Nikah”. Akhirnya karena sesuai kondisi hati saat itu, saya jadi antusias ngikutin lombanya (itung-itung sekalian mengeluarkan isi hati dan uneg-uneg juga hahaha). Eeeh..gak nyangka akhirnya bisa menang  dan masuk tiga besar saat itu, tulisanku-pun dimuat di website vemale.com. Yang mau baca tulisanku, silahkan baca disini
Waktu itu sebenarnya judul yang saya kirim adalah “Merdekakan dirimu dari pertanyaan kapan nikah” berhubung lombanya dalam rangka hari kemerdekaan juga, tapi entah mengapa auditornya mengganti judulnya menjadi “Ketika pertanyaan kapan nikah melukai hati teramat dalam” (Hadeh..kok kayak ngenes banget gituh yah judulnya? Padahal gue aja yang di bombardir pertanyaan itu gak ngenes-ngenes amat kok muehehe).
Sekarang mau ikutan lagi, masih boleh gak yah? Masih sesuai kondisi hati sih, tapi udah beda tema pertanyaannya, udah naik satu grade hahaha. Tapi yang penting masih seputaran pertanyaan “Kapan” kan  ?
Memang yah pertanyaan kapan ini tidak akan ada habisnya, bahkan mungkin seumur hidup kita akan dihantui dengan pertanyaan ini terus. Udah kodratnya kali yah kalau dari lahir sampai mati hidup kita seperti diperlombakan. Selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain. Dari kecil kita di bandingkan dengan saudara sendiri, mulai sekolah kita dibandingkan dengan teman kelas. Persaingan ranking, tempat sekolah, sampai prestasi yang diraih, sudah pasti berbau perlombaan. Sedikit saja kalah langsung dicibir, langsung banyak yang nyinyir. Sebenarnya bukan kalahnya yang dicibir tapi memang kadang terasa menyenangkan membicarakan hal-hal negatif orang lain. Menyakitkan memang, tapi terasa wajar menjadi bahan obrolan.
Apakah perlombaan itu hanya ada di sekolah? Ohh..Tentu tidak! Perlombaan dalam kehidupan di masyarakat ternyata jauh lebih mengerikan. Yang belum lulus dibandingin dengan yang sudah wisuda, yang belum kerja dibandingin dengan yang sudah kerja, yang belum nikah dibandingin dengan yang sudah nikah, yang belum punya anak dibandingin dengan yang sudah punya. Yang anaknya baru satu dibandingin dengan yang anaknya sudah banyak. Akhirnya muncullah pertanyaan keramat; Kapan lulus?  Kapan kerja? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan nambah anak lagi? Terus saja pertanyaannya nyambung menyambung, berulang terus sampai anak cucu cicit, tanpa bosan.
Yakinlah..Seumur hidup kita akan dihantui terus dengan pertanyaan ‘Kapan’ itu. Jadi, Ya Sudahlah Yah, Maklumi aja! Kita tidak bisa mengendalikan mulut orang lain, yang bisa kita lakukan hanyalah mengendalikan hati agar tidak baper *eeaaaaa* 
Padahal mereka-mereka yang bertanya itu bukannya tidak paham akan takdir Tuhan. Kalaupun tidak percaya dengan takdir Tuhan, kita pasti tahu kalau tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan mulus sesuai dengan keinginan kita. Ada hal-hal di luar kehendak kita yang tidak bisa kita kendalikan, misalnya ada yang tidak bisa sekolah, tidak lulus tepat waktu, mendaftar kerja di tolak dimana-mana, jomblo tidak berkesudahan, mandul, keguguran, kecelakaan dan hal-hal lain yang menghambat mereka mendapatkan apa yang diinginkan.
Terus mengapa mereka-mereka yang sebenarnya menyadari hal ini masih sibuk menanyakan hal-hal diluar kuasa kita? Memangnya kita ikutan nulis gitu takdirNya? Enggak kan? Jadi, berhentilah membully apalagi nyinyirin orang yang belum lulus, belum nikah, belum punya anak karena sungguh mereka juga sudah capek di bully so much, so hard, and so constantly (minjem istilah afi )
**
Eeeh..tulisan di atas hanya mukaddimah yah, cuma kata pengantar doang, bukan tulisan itu yang mau saya ikutkan lomba (hadeh..muqoddimahnya aja puanjaaang bener, gimana nanti tulisan yang mau diikutin lomba, palingan jadi curhat colongan lagi kan?  ). Gak ngarep menang lagi sih, hanya turut meramaikan saja, semoga masih bisa ikutan dua kali. Nanti akan saya posting juga disini tulisanku yang akan kuikut sertakan dalam lomba di atas.
Intinya adalah saya Mendukung gerakan STOP TANYA KAPAN!
Jadi..Mau sampai kapan kalian akan mengakhiri pertanyaan kapan itu? 

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...