Ini pertama kalinya saya menulis tentang pernikahanku di blog ini. Hari ini tanggal 10 Agustus 2017, itu artinya usia pernikahan kami sudah delapan bulan, tepat hari ini. Delapan bulan dengan banyak cerita di dalamnya, dengan cinta, rindu, jarak dan kesabaran yang semakin membiasakan diri setiap harinya, dengan cinta yang sudah mulai marah-marah juga hahaha
.
Entah bagaimana Allah menyusun semua yang sudah terlewati, pada akhirnya tidak ada pasangan yang sempurna, berantem dan cekcok itu biasa dalam rumah tangga (iya kan cyiin? tapi kita jangan berantem terus yah? gak enak diam-diaman saat jauh, pegeeel cyiin
). Menuntut seseorang menjadi yang kita inginkan sama rumitnya dengan menjinakkan binatang buas. Lach..jangankan pada orang lain, menuntut diri sendiri saja masih banyak yang sering gagal.

Entah bagaimana Allah menyusun semua yang sudah terlewati, pada akhirnya tidak ada pasangan yang sempurna, berantem dan cekcok itu biasa dalam rumah tangga (iya kan cyiin? tapi kita jangan berantem terus yah? gak enak diam-diaman saat jauh, pegeeel cyiin

Meskipun usia pernikahan sudah delapan bulan, namun kalau dihitung-hitung waktu kebersamaanku dengan suami belum cukup sebulanan, sisanya dia disono dan saya disini. Romansa LDM-an yah gini. Entah sudah berapa banyak teman dan kerabat yang menanyakan “Kamu bisa yah kayak gitu tris? Masih pengantin baru udah pisah aje, gak kangen tuh sama suami? Saya jawab..Nggak, biasa aja..hahahaha (padahal mah aslinya..kuangeeennya udah sampai pada tahap keterlaluan muehehe)
Hingga kemarin saat kami ada masalah sikit yang berujung pertengkaran kecil, sebuah pertanyaan tiba-tiba mampir di benakku (pertanyaannya muncul saat lagi di bentor pula saat akan beli gorengan di lolak hahaha). Pertanyaan “Sampai kapan saya akan mencintainya? Kalau dia begini atau begitu, apakah perasaan saya akan tetap sama? Eeh..siapa bilang setelah menikah kita tidak akan jatuh cinta kepada orang lain? Atau siapa bilang setelah menikah pasangan tetap indah selamanya di mata kita? Apalagi dengan sikapnya yang terkadang mengecewakan kita hingga memudarkan pesonanya? Atau siapa bilang menikah akan membebaskan diri kita dari kegalauan? Malah justru setelah menikah masalah yang tidak tepikirkan dulu, tiba-tiba muncul semua ke permukaan, galaunya sudah pangkat tiga berkuadrat-kuadrat ?. Namun kabar baiknya, KOMITMEN pernikahan itu adalah pilihan.
Hingga hari ini saya belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, namun saya kembali teringat perkataan Rasulullah bahwa“Tidak. Demi Allah, saya tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku tatkala semua orang mendustakanku. Ia yang memberiku harta pada saat semua orang enggan memberi. Dan darinya aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain”.
Perkataan itulah yang menjadi perameterku dalam mengukur dalamnya cinta, sampai kapan? Bahkan sampai Khadijah meninggalpun Rasulullah masih saja mengenangnya. Kenapa? Karena apa yang diberikan Khadijah padanya sungguh membuat hati meleleh.
Dan lagi jikalau pun kita menikah dengan orang lain yang bukan pasangan kita sekarang, apakah ada jaminan kalau dia lebih baik dari pasangan kita? Ataukah ada jaminan kalau kita akan lebih bahagia saat menikah dengan orang lain daripada pasangan kita yang sekarang? TIDAK ADA JAMINAN SAMA SEKALI!
Maka, biarlah cinta berpayah-payah dalam pembuktiannya, bukan karena sebab rupa atau keadaan, tapi bersebab karena Allah saja.
No comments:
Post a Comment