Saturday, 26 August 2017

Musim Melahirkan

Hari ini dirumah ada acara ngumpul keluarga lagi. Yah..hari ini adalah hari aqiqahan anaknya Khiya yang lahir tanggal 16 Agustus 2017 kemarin yang diberi nama “Maiza Najdatul Arsy”
Bersamaan dengan itu, bulan ini istrinya teman kerja (Junaedi) juga baru lahiran putra pertamanya tanggal 22 Agustus 2017. Dan sekarang teman kerja yang lain (Bang Ikhsan) lagi mengurus cuti ke Medan untuk menemani istrinya melahirkan yang HPL nya minggu ini. Di awal bulan Agustus lalu, ada lagi istri karyawan harian (Imran dan Yohanes) yang juga baru melahirkan anak mereka yang kedua, sedangkan di akhir bulan lalu masih istri karyawan Kemindo lagi yang juga teman kost ku dulu sewaktu masih tinggal di Lolak (Indah istri Angga), yang juga melahirkan anaknya yang ke 2, padahal waktu saya bersamaan Angga direkrut kemari akhir 2014 lalu, Indah baru hamil 2 bulan anak pertamanya (Nov 2014), dan sekarang udah momong anaknya yang ke 2 lagi dia.
Kalau ada yang nanya di Lolak, khususnya di Pabrik sekarang lagi musim apa?Jawabannya Lagi Musim Melahirkan!Nah..biasanya yang begini ini yang jadi moment ngumpul-ngumpul keluarga karyawan kalau ada anaknya yang aqiqahan. Dan pastinya jadi moment paling nyinyirable juga buat diriku?  hiks , padahal saya sudah berusaha agar tidak baperable haha.
Jangankan pas acara ngumpulnya, baru ada berita new baby bornnya karyawan di grup saja, selain ucapan selamat kepada yang punya anak, juga jadi ajang nyinyir buat yang belum nikah dan yang belum punya anak. Seperti beberapa hari yang lalu ketika Juned mengabarkan kelahiran anaknya, dan ketika itu pula saya mendapat serangan lagi di grup WA factory ;
Nah kan..aku paling gak bisa kalau diginiin mak?, harusnya kalau mau ngasih selamat ke orang yang udah punya anak ya kasih aja, tapi gak usah modus kemana-mana, apalagi menyerang yang belum punya anak! Memangnya mau punya anak semudah itu? Yakali kalau anak dibuat dari tepung-tepungan atau gula merah gitu, yang tinggal digoreng aja langsung bisa jadi ? huhu.

Itu belum termasuk serangan dari istri-istri karyawan lain yang memang kebanyakan umurnya dibawahku, apalagi orang-orang desa disini memang rata-rata nikah muda, banyak yang nikah sebelum umurnya 20, bahkan ada yang masih sekolah udah nikah ajee. Jadi saya yang dulu belum nikah di umur 27 dan sekarang belum punya anak di umur 28 jadi kelihatan aneh, seolah-olah seperti suatu aib yang memalukan.

Saya juga tak mengerti, sejak kapan ‘telat menikah’ atau ‘belum punya anak ‘menjadi sebuah dosa besar, bak penyakit menular yang harus dijauhi!

” Kak Tris udah keburu kiamat loh! Nanti gak ada anak sholeh yang doain kalau meninggal” (kalau yang coment gini pengen rasanya gue bales; Lach..emang kamu yakin anakmu bakalan mendoakanmu kalau kamu mati nanti?)

“Jadi kapan punya anak kak’? Saya udah 2 loh (Ya gak tau, emangnya gue ikutan nulis takdirNya?)

” Ayoo Tris jangan mau kalah sama Juned, kemarin nikahnya cuma beda 2 minggu loh” (Wait..sejak kapan punya baby jadi ajang lomba-lombaan yah? Dan lagi paramater kalah menangnya apa gitu? Kalau diukur dari usia pernikahan yah gak fair lah, dia yang tiap hari 24 jam ketemu sama istrinya dibandingin sama saya yang udah 5 bulan gak jumpa-jumpa suamiku. Harusnya kalau mau dibandingin ya harus sama dong spec dan kualifikasinya).


Belum lagi coment-coment nyinyir lain yang udah malas buat saya ingat. Dari yang offline hingga yang online, dari teman SD hingga teman kuliah, dari tempat kerja yang lama hingga tempat kerja yang sekarang. Terakhir sebelum saya nulis ini, satpam di kantorpun sempat melontarkan pernyataan “Jadi Bu, kapan mau punya anak? Angga, Ardi, Nedi, apalagi Ikhsan udah mau 2 loh, kalau gak tau caranya, sini kuajari”, dan dia pun setengah memaksa untuk mendengarkan dan memperhatikan arahannya *rasanya ingin nangis aku, lelah hayati bang ?* , sebegitu keponya kah orang lain mencampuri kehidupanku hanya karena saya belum punya anak? Padahal mereka yang bertanya itu tahu kondisiku yang jauh dari suami, tapi seolah-olah menutup mata dan tidak ingin tahu, pokonya mereka mau saya langsung punya anak saja, titik!
Saya lalu berpikir, Ya Allah..ini baru beberapa bulan usia pernikahanku, gimana dengan mereka yang udah bertahun-tahun menunggu? Saya tiba-tiba merasa kasihan dengan pasutri yang udah bertahun-tahun nikah, udah lelah menunggu buah hati, tambah semakin melelahkan mendengar pertanyaan dan nyinyiran orang disekitar.
Sekarang saya belajar memahami bahwa orang lain hanya ingin berkomentar atas apa yang mereka lihat, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.  Sambil menulis ini saya berjanji, jika nanti saya hamil dan diizinkan Allah punya anak, saya tidak akan bertanya sama orang yang belum punya anak pertanyaan yang membuat hati meringis seperti pertanyaan-pertanyaan di atas, karena asaya sudah mengerti rasanya. Semua kembali kepada pikiran masing-masing. Jadi yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berusaha move on dari pertanyaan ‘Kapan punya anak’ itu, karena sesungguhnya rencana Tuhan lebih baik untuk kita yang bersabar.

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...