Thursday, 28 December 2017

Keluarga Besar Dengan Banyak Anak, Yeay Or Nay?

Ehh…dosaa nggak yah…nguping pembicaraan orang yang awalnya gak diniatin? Kemarin itu saya beneran nggak niat buat nguping pembicaraan bapak-bapak teman kerjaku yang lagi ngopi-ngopi di belakang mess saat jam istirahat. Eh kuping tak dapat dihalangi untuk stay tune kan yah? haha., jadilah saya khusyu’ disitu mendengarkan cerita teman-teman kerjaku yang juga papah-papah muda ini di dekat tempat nyuci piring di belakang mess . Kebetulan mereka memang suka nongkrong disitu sambil masak air panas buat ngopi-ngopi.
Tenang saja..gak ada unsur ghibah kok di dalamnya, yang ada saya hanya berusaha mengambil hikmah..hikmah..dan hikmah. Jadi berasa deh..nyuci piring bagaikan menyelam sambil minum susu, sekalian memetik hikmah muehehe.
Cerita dari teman-temanku yang kemarin itu benaran lucu, unik dan mbikin mesem-mesem. Jadi ceritanya mereka lagi membahas keluarga besar alias keluarga dengan buaanyak anak (gileee..obrolan papah-papah jaman now ternyata asyik juga yah?). Ini setelah salah satu dari mereka mengomentari berat badan Juned yang tambah kurus sejak punya anak pertama.
“Ned, kok ngana makin kurus stau setelah punya anak kang? Kiapa so? Perasaan waktu habis nikah gemuk ngana kang?”, tanya salah satu dari mereka
“Iyo dang, kita ada begadang terus temani maitua jaga adek”, jawab Nedi
“Weitzz…papah muda yang siaga, boleh jo no itu”, komentar yang lain.
Kemudian pernyataan Nedi selanjutnya mbikin kami semua tersenyum simpul, tak terkecuali saya yang waktu itu sementara nyuci piring.
“Kong maitua ada hamil ley broh, padahal adek baru 3 bulan usianya, masih ASI pula, tambah pusing kita, mana gaji masih segini-gininya”, ujarnya. (oh..iya..di Sulut ini sebutan untuk bayi atau anak kecil itu adek).
Sontak pernyataannya ini membuat kami semua melongo sambil terperangah, ini karena kami semua tahu istrinya dia baru saja ngelahirin 3 bulan yang lalu, bahkan anaknya yang pertama saja belum di akikahin karena masih terkendala biaya, sekarang istrinya sudah hamil lagi anak yang kedua.
Selanjutnya, saya mendengar komentar teman-temanku yang bikin saya ngakak sampai terpingkal-pingkal gak karuan (masih di tempat persembunyianku tentunya) haha
“Hah? Kong bagaimana dang? Ngana sih terlalu lincah Ned, kase jo pa Iman yang so kaweng 3 taon mar belum dapa anak ley kaseang” (ampuunn..dikiranya anak bisa di alih-alihkan apa? Yakali..kalau anak bisa dibarter-barter dengan barang gitu)
“Kiapa nyanda KB so maitua? Kita pe maitua aja ada KB mar masih jebol juga Ned” hahaha.
“Sudah jo dulu batambah-tambah adek Ned, atau nanti-nanti jo lagi, mana penghasilan gak jelas gini”.
“Bukannya habis ngelahirin kan nifas 40 hari toh Ned? Ngana nyanda istirahat so? Langsung ‘main’ lagi setelah nifas selesai? Pelan jo kwa, nyanda usah balaju kali (asliii..gegara koment ini saya setengah mati nahan tawa, hampir aja ketahuan kalau lagi nguping wkwkwk).
“Iyo Ned, harusnya ngana hitung-hitung masa subur maitua, pintar-pintar kalau mau KB alami”, nimbrung yang lain lagi.
Juned hanya menjawab kalem semua komentar-komentar mereka;
“Kita ley nimau secepat ini kwa, mar kita pe maitua gampang sekali mau hamil. Sudah minum kiranti 5 botol sama makan nenas biar itu adek mau keluar mar nyanda noh, kita ley pusing ini so mo bertambah personil mar gaji masih bagini”
Mendengar jawaban Nedi, saya yang masih bertahan di tempat persembunyianku, gak tahan lagi untuk gak ikutan berkomentar, sepertinya ada yang harus diluruskan dari pemikiran mereka-mereka ini. Saya tahu kegelisahan mereka yang tidak jauh-jauh dari soal menafkahi keluarga, di tengah penghasilan mereka yang ‘hanya’ karyawan harian yang gajinya kadang gak menentu (masuk kerja digaji, gak masuk yah gak gajian), sehingga pastinya masalah finansial menjadi beban tersendiri buat papah-papah muda ini.

Oh..iya sekilas tentang temanku si Junaedi ini, dia memang berasal dari keluarga broken home, orang tuanya bercerai saat ia masih balita karena perbedaan keyakinan. Ayahnya kembali ke keyakinan asalnya Kristen, sedangkan ibunya karena gak mau ikut keyakinan ayahnya mereka memilih bercerai dan akhirnya mereka menikah kembali dan memilih menjalani kehidupan masing-masing. Junaedi ikut ibunya dan hidup bersama ayah dan saudara-saudara tirinya. Dia sering sharing sama saya karena kebetulan Ibunya juga orang Makassar dan dia pernah kuliah di Universitas 45 meskipun gak selesai, jadi lumayan dekatlah saya sama dia. November 2016 tahun lalu dia akhirnya menikah dengan pacarnya yang masih kuliah (otomatis dia juga menanggung biaya kuliahnya setelah menjadi istrinya), tidak menunggu waktu lama istrinya langsung hamil dan bulan Agustus 2017 kemarin baru saja ngelahirin putra pertamanya. Bebannya makin bertambah karena bulan Maret 2017 kemarin ayah tirinya meninggal dunia, sehingga semua adek-adeknya (4 orang) yang masih kuliah dan sekolah otomatis akan menjadi tanggungannya juga mengingat ibunya hanya IRT, dan ayah tirinya bukanlah pegawai negeri yang meninggalkan uang pensiunan janda, karena itu wajar saja jika dia bertambah pusing menghadapi kenyataan istrinya hamil lagi, karena itu berarti beban tanggungannya makin bertambah. Di usianya yang masih 25 tahun dia harus menjadi tulang punggung 2 keluarga sekaligus.

Karena penghasilan yang kadang gak mencukupi, teman-temanku disini memang terkadang harus berhutang sama kami para staff, terkadang juga berutang di warung yang dibayar tiap Sabtu setelah mereka gajian. Namun, kami berusaha mengerti karena mereka berutang memang hanya untuk keperluan primer (untuk beli beras, beli susu anak, biaya sekolah anak, dan biaya pengobatan jika ada anggota keluarga mereka yang sakit), karena itu saya memaklumi pemikiran-pemikiran mereka yang mungkin beranggapan kalau ‘nambah anak’ berarti nambah beban financial ataupun nambah masalah baru’.
Dan akhirnya saya ikutan nimbrung juga di tengah keseruan bapak-bapak ini ngebahas masalah tadi.
“Kenapa Ned? Firda hamil lagi yah? Alhamdulilah ya Ned, rezki itu broh, jangan di tolak! Kok mau digugurkan anaknya? Kan si baby gak berdosa!” (entah kenapa perasaanku langsung sensitif dengan hal-hal yang berhubungan dengan baby, apa pengaruh hamil kali yah? Makanya jadi lebih empati sama hal-hal beginian, apalagi saat mendengar baby yang tak berdosa mau digugurkan ‘hanya’ karena perasaan takut masalah financial, gak adil aja gitu, toh gak ada bayi yang minta di lahirkan).
“Iya Mba Tris, tapi kami belum siap, istri juga masih lemah, apalagi adek juga masih nyusu, kasihan kalau harus terputus, terlebih lagi karena masalah finansial.”
“Ned, percaya deh setiap anak yang terlahir itu sudah dijamin rezkinya sama Allah, sedangkan Cicak aja yang hanya diam-diam merayap di dinding bisa dapat nyamuk yang terbang kesana kemari. Kalau kita pikir Allah tidak adil kan? Kenapa Cicak yang cuma bisa merayap ditakdirkan makanannya nyamuk yang bisa terbang? Kalau si nyamuk mau pasti gampang sekali mempermainkan si Cicak kan? Namun tidak, Allah Maha adil, Dia mendatangkan si Nyamuk buat menjadi makanan si Cicak, yang penting si Cicak ada usaha dan ikhtiar mencari makan, meskipun usahanya hanya diam-diam dan merayap. Hewan aja dijamin rezkinya, apalagi kita manusia, asalkan mau berusaha aja Ned.”
“Nah., betul itu buk’, anak juga itu rezeki. Iman saja udah setengah mati usaha kiri kanan, sudah pijat sana pijat sini biar istrinya hamil, namun sampe sekarang belum isi, padahal udah pengen sekali mereka punya anak, kata temanku mengomentari kata-kataku.”
Saya kemudian melanjutkan “Jadi Ned, maitua subur dan gampang hamil harusnya di syukuri, kalian enak itu, gak lama nunggu langsung dikasih anak sama Allah, saya aja yang menanti 9 bulan udah galau sana sini loh Ned, jadi di support aja istrinya, jangan malah di tambah kegalauan istri dengan menjadikan anak yang dikandungnya sebagai beban”.
“Iyah buk..hehe..siang-siang dapat wejangan dari bumil. Mungkin udah jalannya kali yah buk’? Terpaksa disyukurilah kalau gitu”
“Kok jadi terpaksa? Bilang ‘Alhamdulilah’ gitu napa? Hehe..

Disitulah kuasanya Allah, di satu kubu ada yang mengatur jarak kelahiran dengan memasang KB, di sudut lain ada yang hamil lagi dengan jarak sangat rapat. Jika mendengar obrolan yang beginian, saya langsung kepikiran masa-masa galau menanti untuk hamil. Di sisi kehidupan yang satu ada yang mengatur sedemikian rupa biar nggak hamil lagi, di sisi yang lain ada yang pontang-panting usaha biar bisa hamil. Bagaimanapun keadaan dilapangan, saya percaya bahwa setiap pasangan punya alasan masing-masing untuk urusan ini.
Untuk saya pribadi yang juga berasal dari keluarga besar dan subur, saya sangat bersyukur punya saudara yang banyak, bisa saling tolong menolong di saat kesusahan, saling memberi solusi di saat ada masalah, dan saling mengurusi di saat ada yang sakit. Tante dan om dari pihak mama juga anaknya banyak-banyak, jadi punya sepupu yang banyak juga kebahagiaan tersendiri, apalagi kalau ada acara keluarga, banyak yang bantuin, sampai itu panggung acara udah gak cukup jika semua sepupu-sepupu ngumpul untuk foto bareng, tapi disitulah keseruannya muehehe.
Baru-baru ini juga saya dibuat tersepona oleh Gen Halilintar, sebuah keluarga dengan 11 anak yang rapat-rapat dengan perawatan dan pendidikan terbaik. Woww…Emejing kan? Jauh sebelum ini, saya juga pernah takjub saat melihat 10 bersaudara bintang Al-qur’an, 10 bersaudara dan semuanya hafal Al Qur’an. Masya Allah.
Etapi, itu keluarga gen halilintar kan tajir bo’, jadi punya anak segambreng juga nggak masalah, finansialnya gak bakal goyang, pun dengan 10 bersaudara yang hafal Al Qur’an itu juga Wow, orang tua mereka kan anggota DPR RI, nah bagaimana kalau kami yang punya anak segitu? Sedangkan kehidupan ekonomi berdua dengan suami saja masih ISIS (ini susah itu susah), sedangkan keperluan di masa akan datang kan semakin banyak? <—— Nah..ini dia salah satu contoh bisikan setan .
Namun saya percaya, sebagai seorang muslim, tempat kembalinya segala urusan adalah aturan Allah dan Rasul-Nya. Dan ternyata Rasulullah memang menganjurkan untuk memiliki keturanan yang banyak, tanpa ada syarat harus kaya dulu. Catet! GAK MESTI KAYA DULU! Ada haditsnya kok, Dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Seorang lelaki pernah datang (menemui) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan seorang perempuan yang memiliki kecantikan dan (berasal dari) keturunan yang terhormat, akan tetapi dia tidak bisa punya anak (mandul), apakah aku (boleh) menikahinya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak (boleh)”, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk kedua kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak anak), karena sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya jumlah kalian) dihadapan umat-umat lain (pada hari kiamat nanti).”
Demikian pula keumuman hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan memiliki anak yang saleh, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah (pahala) amal (kebaikan)nya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya dengan diwakafkan), atau ilmu yang diambil manfaatnya (terus diamalkan), atau anak shaleh yang terus mendoakan kebaikan baginya.” (HR Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan lain-lain, dishahihkan oleh al-Buushiri dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahiihah, no. 1598)

Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.” (Kitab al-Maudhuuaat (2/281), al-‘Ilal mutanaahiyah (2/636) keduanya tulisan imam Ibnul Jauzi, dan Silsilatul Ahaaditsidh Dha’iifah” (no. 3580))

Haditsnya sampai panjang begitu, Masya Allah.

Semoga kita bisa menjadi kontributor akan banyaknya umat Nabi Muhammad di akhirat kelak. Semoga Allah mengkaruniakan kepada kita keturunan yang banyak dan sholeh/sholehah. Aamiin. Anak adalah rezki dari Allah, maka Allah pun yang akan menjamin rezki-rezki mereka. Jadi ayo ikut program KBBA (Keluarga Besar Banyak Anak) .

Thursday, 21 December 2017

Umur Just Number

Hampir saja saya lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku kalau saja mama dan orang rumah tidak nelpon tadi pagi memberi selamat. Sebenarnya di usia segini (29 tahun), saya udah gak begitu peduli lagi dengan ulang tahun apalagi dengan perayaannya (maklum..udah orang jaman old, bukan abegeh lagi yang masih nunggu-nunggu ucapan apalagi kado) haha. Tapi mengangkat sebuah panggilan di hp dan mendengar doa dari orang-orang terdekat ternyata masih appreciate rasanya, membaca pesan-pesan penuh harap akan keberkahan usia , ternyata masih mengharukan, apalagi karena mereka masih mengingat my ultah dan mengucapkan ucapan selamat, ternyata masih begitu membahagiakan rasanya 😍.
Bagi saya sekarang..Umur just number, tidak ada yang istimewa disana. Usia hanyalah kumpulan angka yang sama sekali tidak memberi dampak bagi kebaikan hidup seseorang kalau kita sendiri tidak berusaha berubah ke arah yang lebih baik.  Sebab Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali ia sendiri yang berusaha merubahnya, sesuai firmanNya dalam Al Qur’an.
Seringkali kita melihat ada segolongan manusia yang umurnya kian hari kian mendekati batas akhir namun adab dan prilakunya tidak memberikan cerminan kedewasaan. Tidak ada jaminan memang bahwa umur semakin menua, maka perilaku pun semakin membaik, jika bukan karena usaha kita untuk memaksakan diri ini menjadi seseorang yang lebih baik dari hari ini.
Perubahan umur hanya mengubah kulitnya tapi belum tentu dengan isinya, hari-hari yang terlewati hanya membuat kita semakin tua secara angka, tapi tidak semakin dewasa jika kita tak berpayah-payah mengusahakannya.
Maka tak heran ada yang umurnya masih belia, namun pemikirannya dewasa karena ia tak letih berusaha, ataupun ia sudah mengalami pengalaman hidup yang pahit sehingga membuatnya lebih dewasa. Namun, ada juga orang yang umurnya *harusnya* udah dewasa, namun perilakunya malah lebih labil dari anak abegeh.
Yah..tua itu adalah keniscayaan karena angka itu tak terbatas, tapi dewasa itu pilihan yang mutlak. kehadirannya senantiasa butuh usaha .
Maka, di usia 29 tahun hari ini, saya hanya ingin berusaha agar umur yang bertambah dapat membuatku semakin dewasa, menjadi insan yang semakin bertaqwa, dan menjadi hamba yang semakin mendekatkan diri kepadaNya. Amien.

Thursday, 14 December 2017

The First Trimester (1-3 Month)

“Alhamdulillah…”
Mungkin itu adalah salah satu ungkapan syukur yang sering kali terdengar oleh sebagian besar pasangan pengantin baru yang baru saja figured out kalau sang istri tengah hamil. Begitu pula dengan saya tentunya 
Waktu pertama kali mengetahui kalau saya hamil, jujur saya pikir kondisi saya sama saja dengan kondisi seperti biasanya. Perbedaan yang (menurut saya waktu itu) mungkin terjadi paling-paling hanya mual atau muntah di sertai dengan perubahan perut yang semakin hari semakin membesar seiring perkembangan janin haha..Ternyata saya salah besar. Maklum, saya belum ada pengalaman, ini adalah kehamilan pertama saya. Meskipun sudah banyak melihat kakak-kakak saya hamil, tapi waktu itu saya tidak terlalu ingin kepo, baru setelah mengalami sendiri keponya makin menjadi-jadi hehe.
Di kehamilan ini banyak perubahan secara fisik terutama psikis yang saya alami. Meskipun di trimester pertama ini perubahan fisik belum terlalu nampak, namun perubahan psikis begitu terasa, apalagi di tengah kondisi yang mengharuskan saya menghadapi kehamilan seorang diri, membuat diri ini menjadi lebih sering labil.
Hari ini usia kandungan saya sudah memasuki pekan ke 14, rasanya campur-campur, sedikit galau namun lebih banyak senangnya hehe. Sebagian perempuan saat melewati kehamilan biasanya akan lebih santai sebab di dampingi suami atau minimal dekat dengan keluarga. Namun untuk perempuan dengan pengalaman merasakan ‘kehamilan pertama’ di rantau yang jauh dari keluarga, tanpa di dampingi suami juga, saya yakin hari-hari kehamilan yang terlewati diliputi banyak kekuatiran.
Apakah ini normal? Iya, saya menganggap ini normal. Saya terus saja membisiki diri bahwa kekuatiran yang saya rasakan adalah hal normal sambil terus berjuang untuk berpikiran positif bahwa semua akan baik-baik saja. Jujur nggak gampang, tapi harapan saya untuk melahirkan anak yang sehat menjadi kekuatan tersendiri melewati hari-hari di trimester pertama ini meskipun seorang diri.
Setelah melewati hari-hari yang terbilang berat -hamil di rantau, jauh dari suami dan keluarga- finally saya berada dihari ini, saya berhasil melewati trimester pertama dengan baik-baik saja. Mual, muntah-muntah, pusing dan mabok saat trimester pertama ini jadi berasa angin lewat saja saat saya membayangkan akan ada bayi mungil yang kelak akan memanggil saya ibu.
Saya sengaja menuliskan pengalaman saya selama tiga bulan ini di blog agar kelak nanti bisa dibaca-baca lagi (anak saya juga bisa baca pas dia sudah besar)
09 October 2017 (4w5d)
Hari ini terlewati dengan syahdu saat saya pertama kali mendatangi dokter kandungan untuk menceritakan hasil tespack yang saya dapatkan. Awalnya saya agak was-was menceritakan hasilnya. Rasa deg-degan, penasaran, dan bahagia bercampur menjadi satu. Saya mendatangi dokter hanya seorang diri saja, suami sedang bekerja di kota yang berbeda dengan saya, saya memaklumi hal ini. Setelah USG saya melihat raut wajah dokter seperti ada sesuatu yang aneh, dokter mengatakan bahwa dari hasil USG belum terlihat kantong kehamilan. Perasaan saya, duuuh langsung galau..hehe. Namun setelah USG transvaginal alhamdulilah sudah ada kantong kehamilannya meskipun masih sangat kecil dan setelah tespack kedua, garis duanya lebih jelas. Dokter kemudian menyuruh saya datang lagi bulan depan untuk kontrol.
17 November 2017 (10w6d)
Waktu bergerak sangat cepat, sebulan berselang dari pemeriksaan pertama, hari ini saya kembali lagi ke dokter untuk konsultasi. Namun karena ada kesalahan teknis, akhirnya saya terpaksa ganti dokter (kali ini saya periksa ke dokter kandungan laki-laki), sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari awal kehamilan sebenarnya saya sangat ingin ditangani oleh dokter wanita dan muslimah juga, eeh..qodarullah gak taunya kali ini dapat dokter kandungan laki-laki dan kristen pula , mungkin beginilah kalau ditakdirkan hamil di daerah yang mayoritas penduduknya beragama kristen, apalagi rumah sakit Siloam Manado ini memang rumah sakit kristen, jadi ya sudahlah pasrah terima nasib saja. Karena tidak ada pilihan lagi waktu itu dan kondisi tidak memungkinkan untuk ke dokter wanita, akhirnya saya pasrah ditangani dokter laki-laki. Dokter yang menangani saya kali ini ternyata adalah dokter favorit di Siloam Manado, alhasil antrian bejubel, sempat pegel juga saat ngantri. Namun, masya Allah dokter ini sangat menyenangkan dan ramah sekali, kata-kata dan kiat-kiat menjalani kehamilan yang di berikannya bisa menenangkan pasien.
Seperti pemeriksaan pertama, saya masih sendiri. hehe. Suami belum bisa menemani. Melihat bumil-bumil lain yang selalu setia di dampingi suami saat ngantri dan konsul, saya berusaha untuk tidak baper. Sekarang yang saya prioritaskan hanyalah kesehatan si baby, gak ada waktu buat baper-baperan apalagi meratapi nasib yang harus sendiri, saya berusaha untuk gak lebay.
Setelah prosesi pemeriksaan, alhamdulillah, janin dalam kandungan saya sudah terlihat. Alhamdulillah ya Allah. Momen ini adalah momen yang sangat mengharukan bagi saya. Saat di USG saya melihat janin mungil bergerak-gerak, saya semakin kehabisan kata-kata saat mendengar detak jantungnya. Semua yang saya rasakan di trimester pertama ini terbayar lunas dengan pemandangan itu.
Usia kandungan saya sudah masuk pekan ke 10 waktu itu. Alhamdulillah Allah selalu memberikan kemudahan. Sampai di pekan ke 10 ini, mual-mual dan pusing-pusing yang saya rasakan masih bisa saya atasi seorang diri. Perubahan fisik belum terlalu kelihatan, hehe, timbanganku juga belum naik-naik masih segitu-gitu aja (pengaruh malas makan dan mabok di trimester pertama kali yah?). Tapi alhamdulilah janinnya sehat-sehat, insya Allah nanti bisa gemuk juga, ngarep.
13 Desember 2017 (14 W)
Haaa udah Desember aja? Gak berasa banget yah? Hari ini saya memeriksakan diri ke bidan di puskesmas. Saya memang sengaja ingin mengkolaborasi pemeriksaan kehamilanku antara dokter kandungan dan bidan, biar saya bisa lebih banyak menyerap ilmu dan mengetahui lebih banyak seluk beluk kehamilan dari dua sumber yang berbeda. Antriannya lumayan panjang bo’, maklum di puskesmas sini memang pemeriksaan kehamilan dikhususkan di hari Rabu, lumayan seru juga melihat ibu-ibu hamil pada ngumpul kayak ngantri sembako hehe.
Kandungan saya sudah berumur 14 Pekan. Oleh bidan saya di kasih tablet penambah darah dan biskuit untuk ibu hamil (ini setelah saya ngeluh kalau masih susah makan).
Soal ngidam, ada sih, tapi karena jauh dari suami dan keluarga, dan gak enak ngerepotin orang terus, apalagi yang direpotin suaminya orang, meskipun istrinya gak masalah tapi kan gak enak juga bo’, akhirnya banyak keinginan ngidam saya yang tidak bisa terpenuhi, tapi sejauh ini tidak jadi masalah. Alhamdulillah.
*****
Alhamdulilah trimester pertama ini terlewati dengan sukses, walaupun sempat diiringi kegalauan saat awal-awal tahu kalau sedang hamil, karena trimester pertama ini benar-benar saya hanya sendiri, tapi rasa galau itu tertepis dengan sendirinya, saya terlalu bahagia. Do’akan ya semoga semua baik-baik saja, saya dan si kecil sehat-sehat, lahiran lancar-lancar. Aamiin.

Sunday, 3 December 2017

Mengisi Kehamilan Dengan Buku Bergizi

Salah satu resolusi dan prioritas saya mengisi kehamilan kali ini adalah memiliki waktu-waktu khusus untuk membaca, khususnya buku-buku tentang kehamilan dan parenting. Selain karena membaca juga termasuk kegiatan positif, juga aktifitas membaca saat hamil bisa memberikan manfaat bagi janin. Beberapa manfaatnya adalah sebagai bentuk komunikasi ibu dan bayi sehingga bisa mempererat hubungan batin ibu dan bayi (saat janin sudah bisa mendengar suara), juga bisa meningkatkan kemampuan bahasa dan kinestetik sejak dini, sehingga akan merangsang perkembangan kecerdasan otak bayi kelak ketika lahir.
Untuk sementara ini ada beberapa list buku yang akan saya baca sampai beberapa bulan ke depan, nggak banyak sih, saya sengaja tidak menargetkan banyak buku biar nggak keteteran nantinya jika gak terpenuhi hehe. Inilah beberapa listnya:
1. Mencetak Generasi Rabbani Karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan.
Buku ini adalah kado dari K’Ina temanku di ODOJ waktu saya menikah. Waktu itu K’Ina memberi hadiah ini, katanya buat persiapan jadi orang tua biar nantinya bisa mencetak anak-anak Rabbani yang mengakar tauhid di dadanya. Udah beberapa kali niat mau baca, tapi belum sempat-sempat, dan sekarang buku ini dipinjam K’Ira waktu pulang cuti kemarin. Sekarang udah ada di rumah di tamalate, saya menargetkan mengkhatamkan buku ini setelah balik cuti nanti, in syaa Allah.
2. 5 Guru Kecilku Bagian 1 & 2 Karya Kiki Barkiah
Buku ini kubeli 2 minggu yang lalu, saya titip ke temanku saat dia ke Jakarta. Awalnya karena saya jatuh cinta dengan penulisnya yang selalu memposting status-status penuh hikmah di facebook, dan alhamdulilah status-statusnya ini dibukukan di buku ini. Baru kubaca setengahnya tapi buku ini sudah mengagumkan bagi saya. Saat membaca bagaimana teh Kiki mengasuh dan mendidik kelima anaknya saat harus merantau di USA tanpa keluarga dan mendidik anaknya dengan homeschooling, saya hanya bisa bergumam “wow..amazing!” . Buku ini membuat saya mengangguk-ngangguk takzim sambil merenung, dan saya merasa beruntung karena bertemu buku ini sebelum diperhadapkan pada pengasuhan anak.
Oh iya..saat membaca bagian ini saya langsung nangis “Memandang kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai bagian dari ibadah kepada Allah akan melahirkan sikap yang berbeda menjalankannya, begitu juga dengan nilainya di mata Allah. Tentu akan sangat berbeda rasanya bila dibandingkan dengan para wanita yang melihat kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai tambahan beban apalagi hambatan mereka dalam mencapai karir. Karena kesulitan dalam menjalaninya adalah sebuah keniscayaan, maka sangat disayangkan jika kita menjalankannya tanpa memandangnya sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah ( halaman 12-13). 
Saya jadi merasa tertampar-tampar saat membaca kalimat itu, yah..terkadang saya masih sering mengeluh menjalani kehamilan ini, mungkin karena saya masih menganggap bahwa kehamilan ini sebagai beban, namun sekarang saya sadar bahwa sendiri dan jauh dari suami bukanlah pembenaran bahwa kita bisa mengeluh, dan hendaknya menjadikan kehamilan ini sebagai ibadah dan anugrah dari Allah yang harusnya disyukuri bukan malah dijadikan beban.
3.  Kitab Hamil Terlengkap (WHAT TO EXPECT WHEN YOU’RE EXPECTING) Karya Heidi Murkoff
Buku ini dipinjamkan temanku, dia menyuruhku membaca buku ini saat dia tahu kalau saya sedang hamil. Buku ini adalah hadiah dari suaminya dulu saat dia hamil. Awalnya sempat ngeri juga ngelihat bukunya yang tebalnya udah kayak bantal (saingan dengan buku Harry Potter) hehe. Buku ini populer dan best seller di seluruh dunia, telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa dan bener-bener jadi kitab bagi para ibu hamil karena emang lengkap banget. Gak sekedar membahas perkembangan janin, tapi juga masa-masa persiapan kehamilan, melahirkan, sesudah persalinan, masalah-masalah kehamilan, dan juga jawaban atas pertanyaan dan mitos-mitos yang beredar di sekeliling kita. Isinya juga sesuai dengan perkembangan zaman, seperti bahasan tentang gentle birth, water birth, hypnobirthing, sampai painkiller saat persalinan juga ada. Buku ini akan memandu kita untuk melalui semua aspek proses bersalin dan melahirkan yang luar biasa. Complited banget dah pokoknya, saya jadi merasa wajib juga untuk memilikinya, mungkin nanti jika ke gramedia saya juga akan hunting buku ini.
4. Ayah Bunda Jadikan Aku Hafidz Qur’an Karya Muhammad Mahfudz bin Muhammad Ayyub
Buku ini belum kubaca apalagi kutemukan, saya hanya membaca review temanku di blognya dan berniat akan mencari buku ini. Beberapa langganan toko buku onlineku juga kehabisan stock buku ini. Namun dari review temanku, saya merangkum beberapa point dalam buku ini, yaitu bagaimana orang tua mendidik anak dengan Al Qur’an karena kado terindah dari seorang anak yang menghafal Al Qur’an untuk orang tuanya di akhirat begitu indah yaitu “Dipakaikan di atas kepalanya mahkota yang megah, dan dipakaikan kepada kedua orang tuanya jubah kemuliaan yang sama sekali tidak pernah dikenakan oleh penduduk dunia. Lalu keduanya berkata; mengapa kami berdua dipakaikan pakaian ini? Maka dikatakan pada keduanya, semua ini karena anak kalian menjadikan Al Qur’an sebagai sahabatnya”. Masya Allah.
Setelah membaca kabar bahwa kado terindah untuk para orang tua yang anak-anaknya menghafal qur’an , selanjutnya adalah mupeng, iih..mau banget. Nah, orang tua mana sih yang tidak menginginkan anak-anaknya menjadi penghafal kitabullah? Pasti semua ngacung,,,mauuu..mau..,karena itu buku ini akan kucari sampai ketemu hehe.
5. Rumah Cinta Hasan Al Banna Karya Muhammad Lili Nur Aulia
Saya beli buku ini sekitar setahunan yang lalu. Sudah pernah baca sebagian isinya, tapi mungkin karena belum ada bayangan kapan nikah apalagi punya anak jadi nggak dapat feelnya. Hehe. Selama kehamilan ini saya membaca beberapa buku kesemuanya ada disekitar kehamilan dan parenting, lebih kepada fokus saya sebagai perempuan, namun buku ini pembahasannya laki banget. Bercerita tentang sosok Hasan Al Banna, seorang suami dan ayah yang kebaikannya begitu mengesankan keluarganya. Lewat buku ini kita diajak menyelami bagaimana kekaguman serta rasa hormat anak-anak kepada ayahnya. Buku ini menjelaskan begitu manis interaksi Hasan Al Banna dengan keluarganya, dan kesemuanya membuat saya takjub. Masya Allah, berkali-kali saya bergumam bahwa anak mana yang tidak akan jatuh hati pada ayah yang demikian mengagumkan perangainya. Bagaimana seorang ayah (Hasan Al Banna) mentarbiyah keluarganya dan kemudian ia menjadi contoh dan figur teladan terdepan buat anak-anaknya. Terhadap sang istri apalagi, beliau tidak segan-segan membantu meringankan beban istrinya. Point yang paling penting dari buku ini adalah keterlibatan seorang ayah dalam mendidik anak sangatlah penting, maka wahai para ayah bekali diri dengan ilmu dan tata kembali keimanan dan visi misi mau dibawa kemana keluarga kalian. Pokoknya buku ini recomended banget deh buat yang bergelar laki-laki ,calon suami, suami, dan ayah.
6. Membuat Anak Gila Membaca Karya Faudzil Adhim
Sebenarnya sih hoby saya ini yang suka membaca, tapi entah kenapa ingin kutularkan nanti sama anakku, biar ada temannya kalau ke toko buku haha. Untuk sementara buku ini masih ada di Makassar, bahkan sampulnya pun belum kubuka, padahal udah lama dibeli hehe. Tapi target saya akan menyelesaikan buku ini sebelum ngelahirin, jadi belum bisa kasih review hehe.
7. Bunda Sayang Karya Komunitas Institut Ibu Profesional
Membaca buku ini apalagi pas sedang hamil seperti sekarang, rasanya buku-buku sejenis ini jadi serasa nampar-nampar pas dibaca Ya ampun, dengan saya seperti sekarang ini, nantinya saya akan jadi ibu model apa. Buku ini jadi semacam tuntunan tentang ilmu dasar dalam mendidik anak.
Itulah beberapa buku yang akan saya baca selama 9 bulan ini, Insya Allah .

Tuesday, 28 November 2017

Dinas Saat Hamil

Bekerja saat hamil memang terkadang memiliki risiko tersendiri, apalagi hamil di trimester pertama yang masih riskan resiko keguguran. Kondisi fisik yang cepat lelah, malas gerak, emosi tidak stabil, dan sering pusing membuat kerjaan semakin berat apalagi jika mengharuskan ibu hamil melakukan perjalanan dinas.
Dalam bekerja akan ada saat-saat kita bertugas dan melaksanakan perjalanan dinas, baik itu dinas ke luar kota maupun dinas yang dekat, baik yang menempuh perjalanan darat maupun udara. Seperti yang saya alami sekarang yang mengharuskanku melakukan perjalanan dinas seharian ke customer besok di Kotamobagu (+100 km), setelah itu lanjut ke Manado (+250 km). Mulailah saya galau lagi, takut tubuh kelelahan atau janin kenapa-kenapa. Pengen nolak tapi gimana? Saya gak mungkin melalaikan tanggung jawab, pengen ngalihkan ke yang lain, tapi kunjungan ini terkait masalah quality sedangkan saya gak punya anggota lain, mau tidak mau saya harus turun tangan langsung.
Sebelum ini saya sudah dua kali menolak perjalanan dinas, gak enak juga melalaikan tanggung jawab saat ada tugas dinas yang menanti. Pertama saat menolak ke Jakarta untuk mengikuti training P3K. Selama perusahaan mengurus sertifikat ISO dan SMK3, dimana mewajibkan pembentukan team P2K3 di pabrik yang telah ditraining sebelumnya sebagai salah satu syarat mendapatkan sertifikatnya. Kebetulan saya dipilih sebagai ketua P3K dan koordinator team lingkungan kerja, yang juga mengharuskanku mengikuti training P3K. Awal September kemarin Bang Ikhsan sebagai ketua team P2K3 telah dikirim mengikuti training ahli K3 umum, setelahnya harusnya giliranku lagi diutus untuk training P3K, namun begitu tahu kalau saya hamil, saya langsung mengajukan surat penundaan dinas training, alhamdulilah Pak Ref setuju dan menunda trainingku hingga tahun depan (inipun saya gak yakin bisa ikut, soalnya perut semakin membuncit pastinya kalau udah tahun depan). Tadinya saya sudah ngajuin pembatalan penunjukkanku sebagai ketua P3K dan ingin mengalihkannya ke Lia, tapi Lia juga sudah ada jabatan sendiri, Pak Ref cuma bilang “Gak apa-apa Tris, kalau kamu gak bisa training tahun depan, Lia aja nanti yang pergi, tapi yang menjabat sebagai ketua P3K yah tetap kamu”. Agak aneh sih sebenarnya, yang training siapa, yang menjabat siapa, tapi ya sudahlah, daripada babyku kenapa-kenapa, biar nanti kalau beneran gak bisa ikutan training, saya bisa baca-baca materi training yang diikuti Lia saat menggantikanku.
Kedua saat kemarin ada rencana dinas ke Makassar bareng Pak Ref mencari suppliyer bahan baku Quick lime lokalBosku di Jakarta gak tahu kalau saya lagi hamil, jadi saya mau di utus dinas ke Makassar karena dia pikir saya juga orang sana, jadi pastinya lebih tahu kondisi dan jalan disana, apalagi sekalian kunjungan pabrik juga untuk melihat proses pembakaran dan analisa QL disana, masih berhubungan dengan kerjaanku sih sebenarnya. Jujur, sebenarnya saya appreciate sekali menyambut ajakan dinas ini, sekalian bisa pulkam juga kan? Namun mengingat kondisi yang tidak memungkinkan dan belum terlalu safety naik pesawat, apalagi dinasnya cuma sehari doang itupun kebanyakan di jalan, takut kecapean (kondisi waktu itu juga gejala pusing meningkat drastis), akhirnya dengan berat hati dan sedikit merasa bersalah, saya menolak ajakan dinas ini, untung pak Ref mengerti, dan akhirnya pak Ref sendiri yang pergi, saya cuma bisa nitip titipan makanan haha
Karena udah dua kali nolak inilah, saya jadi gak enak kalau harus nolak lagi untuk yang ketiga kalinya, toh dinas kali ini juga bisa ditempuh lewat jalur darat, jadi kupikir masih sangguplah saya. Meskipun Pak Ref berkali-kali bertanya “Bisa kan? Kalau gak bisa jangan dipaksa”, saya hanya jawab “Insya Allah bisa pak”. Saya selalu berusaha meyakinkan diri sendiri kalau saya bisa melewati ini, Allah sesuai persangkaan hambaNya, kalau saya yakin saya mampu, insyaa Allah akan Allah mampukan.
Akhirnya, saya siapkanlah perlengkapan untuk berangkat besok, karena besok saya berangkat agak pagi, maka malam mini harus cepat tidur. Perlengkapan kali ini agak berbeda dengan yang biasa kubawa saat dinas, karena kali ini saya akan membawa bantal untuk tiduran di mobil dan cemilan yang agak banyak, tidak lupa minyak kayu putih, aromatheraphy, minyak gosok dkk nya muehehe.
Dan inilah perlengkapan tempur bumil yang akan pergi dinas haha
Seumur-umur saya bekerja dan dinas keluar, baru kali ini pergi bawa bantal dan cemilan sekomplit ini haha (ini mau pergi dinas atau pergi travelling yah?😄), padahal juga ntar bakalan lewat alfamart atau indomaret, tapi gak apa-apa kan sedia cemilan sebelum lapar wkwkwkw. 
Alhamdulilah perjalanan dinasnya berjalan lancar dan aman-aman saja, meskipun sempat diwarnai acara nyasar-nyasaran karena jalan yang biasa dilewati longsor, alhasil mesti muter jauh dan cari jalan baru, jalannya juga masih jalanan tambang, belum di aspal, meskipun agak cemas-cemas sikit karena perutku berguncang-guncang, sempat mual sikit (alhamdulilah gak sampai muntah), namun akhirnya saya bisa melaluinya juga.
Thanks to Allah yang masih selalu membersamai disetiap aktifitasku, juga kepada si baby di dalam perut yang alhamdulilah anteng-anteng dan gak rewel dibawa kemana-mana sama bundanya yang aktif banget ini haha. Semangat nak’, anggap saja ini didikan pertamamu, karena saya sedang melatih diri agar kelak mampu membawamu kemana saja, dan tidak akan meninggalkanmu sejengkalpun 😘.

Sunday, 26 November 2017

Ingin Hidup Abadi? Buatlah Penulis Jatuh Cinta

Ketika seorang penulis jatuh cinta kepadamu, maka kamu akan HIDUP ABADI selama-lamanya dalam tulisan-tulisannya, dalam sajak-sajaknya, dalam karya-karyanya.
Lebih gampangnya mungkin begini “Ketika kau beruntung dicintai oleh seorang penulis, berbahagialah, karena hidupmu akan mengabadi.”
Tanya kenapa?
Karena kau, hidupmu, dan segala hal tentangmu, akan hadir dalam hari-harinya. Kalaupun dia tidak spesifik menyebutmu dalam tulisannya, pasti jejakmu ada disana dan akan terekam jelas dalam setiap tulisan-tulisannya. Akhirnya Kau Abadi.
Percayalah, seorang penulis itu paling pandai mengabadikan seseorang. Mengabadikanmu dalam museum rentetan kata-kata dalam tulisannya yang terjalin indah. Bahkan hampir tak terdekteksi, jika sang penulis sedang berusaha menyamarkan perasaannya padamu.

Indah bukan?
Betapa asiknya, ketika kita abadi di dalam tulisan seseorang. Hanya dengan membaca tulisannya, senyummu mengembang sepanjang hari. Karena kau tahu, tulisan-tulisannya ditujukan untukmu.

Tulisan yang terjalin indah yang menggambarkan perasaannya akan dirimu.

Tapi Hey..
Kabar buruknya adalah..
Jika kau mengecewakan dan menyakiti hati seorang penulis..
Kau tak akan bisa lari kemanapun!

Kau tahu kenapa?
Karena penulis itu cerdas.
Kau akan terperangkap di jaring-jaring tajam bernama ‘kata-kata’.
Kau akan terjebak, tak akan bisa keluar!

Hati-hati..!
Kalau yang kau patahkan hatinya itu seorang penulis, amarahnya akan dirimu karena mematahkan hatinya bisa terselubung dalam kata-kata yang ia tulis. Kau tahu ia marah, mengabadikan dirimu dalam tulisan patah hatinya.
Namanya juga penulis. Ia paling bisa mengobati kesedihan, kegalauan dan kekecewaannya dengan menumpahkan semua rasa ke dalam suatu tulisan yang dalam. Karena itu, tidaklah sulit memahami seorang penulis, bacalah tulisannya maka kau akan tahu apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang ada dalam hatinya.


Jadi..ketika kau dicintai seorang penulis, entah itu sebuah KEBERUNTUNGAN atau KUTUKAN untukmu. Yang jelas intinya, kau tetap ABADI.
Don’t be afraid, she isn’t a stalker! She’s just a writer, she likes to explore and find out more. Exploring is essential for a writer, in every sense.
Again, you made a LUCK or a MISTAKE. You fell in love with WRITER.
Tapi, setidaknya YOU’RE IMMORTAL. Iya kan?😁

Wednesday, 22 November 2017

Beginikah Rasanya Muntah?

Bagi orang yang sedang hamil, mengalami mual dan muntah apalagi di awal-awal kehamilan (trimester 1) adalah hal yang wajar dan biasa terjadi selama makanan dan minuman masih bisa masuk melalui mulut. Ini karena dalam tubuh wanita hamil sedang memproduksi hormon kehamilan atau yang dikenal dengan human chorionic gonadotropin (HCG) yang akan memicu mual dan muntah, juga karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Berdasarkan penelitian juga, bahwa mual dan muntah saat hamil pertanda janin kuat dan kurang dari 20% wanita hamil yang tidak mengalami gejala ini (dan saya termasuk yang kurang dari 20% ini).
Tidak mengalami masalah seperti mual dan muntah selama kehamilanku hingga menginjak usia kehamilan 10 minggu adalah hal yang sangat saya syukuri, apalagi di tengah aktifitas kerja yang padat dan kondisi yang membatasi (LDM-an dari suami dan jauh dari keluarga). Meskipun dari artikel yang kubaca mual dan muntah menandakan bahwa janin yang dikandung dalam keadaan sehat, namun saya tetap yakin bahwa janinku tetap sehat meskipun saya tidak mengalami kondisi seperti wanita hamil pada umumnya, karena saya percaya bahwa kondisi dan keluhan antara wanita hamil yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda. Ada yang mengalami mual dan muntah dan ada yang tidak, ada yang mengalaminya hanya pada saat hamil muda saja (trimester pertama), tetapi ada pula yang mengalaminya sepanjang masa kehamilan dan baru bisa berakhir sampai lahirnya sang buah hati. Inilah juga yang menyebabkan saya telat menyadari kehamilanku, karena tanda-tanda kehamilan (mual dan muntah) tidak kurasakan waktu itu.
Namun semalam akhirnya saya mengalami juga kejadian mual dan muntah ini untuk pertama kalinya. Di saat usia kandunganku masuk di minggu ke 11 (dimana usia kehamilan yang seharusnya gejala mual dan muntah mulai berkurang), saya malah baru memulainya.
Jadi ceritanya semalam temanku si Sukma menelpon setelah kami lama tidak berkomunikasi lagi. Dia cerita mengenai keputusannya berhenti bekerja lalu ikut suami ke Malili, tak lupa juga dia cerita pengalamannya selama hamil yang sering mabok (mual dan muntah) di awal-awal kehamilannya, dan pantangannya makan coklat selama hamil (padahal saya tahu dia ini demen banget sama coklat dulunya, warna kesukaannya juga coklat, sampai-sampai personal namenya di BBM dan fesbuk pernah diganti menjadi “Sukma Coklat”), ternyata setelah hamil dia jadi benci coklat sama sekali, tiap makan coklat bahkan hanya perasa coklat seperti susu coklat, kue coklat, dan apapun yang ada coklat-coklatnya dia langsung muntah setelah memakannya (gak bisa ketelan lah pokoknya), namun saya paham disitulah letak anehnya masa-masa kehamilan, terkadang yang menjadi kegemaran dulu berubah menjadi pantangan dan sebaliknya yang kita pantang dulu bisa jadi kita cari saat ngidam haha.
Karena mendengar dia begitu antusias bercerita, akhirnya saya bilang juga kalau saya juga sementara hamil muda sekarang. Sebenarnya saya belum mau bilang sih sama teman-teman, tapi gak apa-apalah setidaknya kita bisa berbagi pengalaman ngidam dan hamil, apalagi sukma sudah kuanggap sahabatku, dia jugalah dulu yang jadi pembimbingku saat mengerjakan tugas akhir perancangan pabrik. Karena tahu saya sedang hamil muda akhirnya pembicaraan kami semakin heboh dan seru;
“Alhamdulilah buk’, akhirnya hamiljiko juga di’ padahal online terusji hahaha”
“Iih..songkolo inie..alhamdulilah waktu itu koneksinya mendukung cyin, pake sinyal 4G soalnya hahaha” (jawabanku ini sukses membuat kami ngakak bareng)
“Iya tawwa, selamat bu’, sehat terus yah say, jangan terlalu cape, jangan terlalu dipaksa bekerja, jangan sering-sering naik tangga, jangan ini..jangan itu (pokoknya banyaknya jangan-jangan lain yang dia sebut, sebagian ada juga yang mitos, lumayan membuatku mikir “kok rempong banget yah jadi bumil? Banyak bener pantangannya😂)
“Kamu juga sehat-sehat terus sampai ngelahirin ya say”.
Lalu dia kaget saat kubilang saya masih di Manado, masih bekerja seperti biasa dan harus melewati masa-masa kehamilan sendiri.
“Wooww., serius ini say kamu masih di Manado? Bisa yah melewati hamil sendiri? Izin dululah selama hamil, kasian kalau sendiri, berat loh melewati trimester pertama say, saya saja dulu sering mabok, tiap hari muntah-muntah, alhamdulilah dekatji keluargaku, meskipun LDR an juga sama suami. Kamu iya mual sama muntah-muntah juga kah?”
“Yah..begitulah buk’, harus jadi lebih setrong sekarang, kalau dibilang bisa atau tidak, saya berusaha positif thinking aja, berat memang tapi alhamdulilah Allah mudahkan, gak pernahja mual-mual sama muntah-muntah, mungkin baby ku ngertiji kasian.”
“Masa?? Syukur itu say. Duuh..saya dulu berat sekali, tapi kusukaji kalau muntahka, karena baru enak perasaanku. Lebih baik saya muntah daripada tertahan-tahan.”
“Iya kah? Bagaimana rasanya itu di”? (Entah kenapa tiba-tiba saya berpikir bloon begini)
“Kalau gak mengalami gak usah diminta-minta say, nanti kamunya yang kerepotan loh kalau muntah-muntah sendiri disana, lemeski itu setelah muntah nah karena keluar semua isi perut”.
Dan benar saja, saya tidak menyangka, belum 30 menit setelah telpon ditutup, tiba-tiba perutku merasakan mules yang teramat sangat, rasanya seperti di kocok-kocok. Memang sebelum Sukma nelpon tadi saya belum sempat makan malam, hanya sempat makan jagung rebus sore tadi, dan tahu-tahu udah sejam-an aja kita menelpon. Saya coba kasih minyak kayu putih dan minyak gosok seperti yang biasa kulakukan namun tidak mempan juga, malah semakin terasa aneh, tenggorokanku lebih tidak enak lagi, serasa ada yang mendesak ingin keluar. Kupikir asam lambungku yang naik karena telat makan, namun kali ini disertai pusing yang teramat sangat, setelah itu terasa ingin meludah terus menerus dan akhirnya….
“Hueeeekks…hueeeeksss”
Saya muntah untuk pertama kalinya, bukan hanya selama kehamilan, tapi juga seumur hidupku, baru kali ini saya merasakan yang namanya perut mules dan muntah, dan sumpah itu rasanya gak enak bener. Seingatku, seumur hidup, saya tidak pernah merasakan muntah (entahlah saat masih kecil yang luput dalam ingatan), namun sepanjang yang bisa kuingat, alhamdulilah saya tidak pernah merasakan muntah saat sakit atau mabok perjalanan, hampir semua transportasi darat, laut, dan udara sudah saya tumpangi dan tidak pernah mengalami mabok perjalanan apalagi muntah, bahkan meskipun itu jalanannya berkelok, berliku, dan berbatu-batu, naik perahu kecil, naik jolor, alhamdulilah saya masih bisa tahan. Itulah juga yang menyebabkan saya pede dan berani melanglang buana, merantau kesana kemari karena saya tidak ada riwayat mabok perjalanan, beda dengan Khiya yang sering mabok dan mengharuskannya minum antimo sebelum perjalanan.
Karena itu, menghadapi kenyataan saya akhirnya muntah untuk pertama kalinya semalam saya sempat shock juga, takut gak bisa menghadapi seorang diri, takut kalau gejala ini berkelanjutan. Akhirnya saya hanya bisa terduduk di pintu toilet sambil berhueek-hueek mengeluarkan semua isi perut, jagung rebus yang kumakan sore tadi akhirnya keluar semua.
Tiba-tiba saya teringat percakapanku dengan Sukma beberapa waktu tadi yang penasaran rasanya muntah (sepertinya sekarang Allah menunjukkanku rasanya). Saya merasa Allah sedang berbisik kepadaku “Nih..akhirnya kamu sudah merasakan kan? Gimana, penasarannya udah hilang, atau masih mau merasakan lagi”? Menyadari hal itu, saya langsung beristigfar sejadi-jadinya, saya minta maaf sama Allah kalau tadi sudah sempat sombong dan takabbur, tidak bersyukur sudah dikasih kemudahan selama ini. Sambil mengoles minyak kayu putih ke perut, shalawat dan zikir tidak berhenti kulafadzkan berharap Allah memaafkanku.
Begitu agak enakan sikit, saya coba berbaring untuk tidur karena kepala udah puyeng sekali, tubuh juga udah lemas, namun mataku belum bisa menutup padahal malam sudah beranjak pukul 23.00. Belum sampai 15 menit berbaring, kembali lagi saya merasa gejala yang sama seperti tadi, bahkan kali ini mulesnya lebih parah, dan sayapun muntah yang kedua kalinya di malam itu, lebih banyak dari yang pertama. Mengalami hal ini saya tiba-tiba nangis, bukan karena saya baru merasakan yang namanya muntah-muntah yang beneran gak enak, namun karena rupanya Allah belum memaafkan kesombonganku tadi. Baru kali ini saya merasa lemah sekali, badan tiba-tiba menggigil padahal seluruh badan sudah digosok dan dihangatkan dengan minyak kayu putih.
Lama saya termenung di kamar mandi, lalu saya putuskan mengambil air wudhu dan di kuat-kuatkan untuk sholat taubat, padahal tenaga sudah terkuras habis, mata juga sudah meminta haknya untuk istirahat, namun saya takut kejadian ini berlanjut lagi kalau Allah belum ridho. Akhirnya saya sholat taubat 2 rakaat, setelah itu zikir dan berdoa, meminta keridhoan Allah untuk memaafkanku dan memohon ketenangan dan kesehatan menjalani masa-masa kehamilan ini.
Setelah itu, baru bisa sedikit tenang. Nengok jam dinding sudah jam 00.30, kepala dan mata sudah berat sekali. Saya coba untuk tidur kembali, berdoa sama Allah, tak lupa juga meminta yang di dalam perut supaya tidak rewel dan membantu bundanya memejamkan mata, apalagi besok masih harus kerja lagi. Alhamdulilah, mata akhirnya terpejam juga.
***
Mengalami kejadian yang tidak mengenakkan semalam, saya jadi banyak belajar tentang bahayanya sombong dan takabur, bahkan surga diharamkan untuk orang-orang yang sombong (Naudzubillah). Kita diberi kemudahan sama Allah, harusnya itu menjadikan kita banyak-banyak bersyukur, bukan malah menyinyirin orang yang lebih susah dari kita. Dan saya bersyukur Allah menunjukkan kuasaNya padaku, itu artinya Dia masih sayang padaKu dan ingin saya lebih baik lagi. Semoga besok-besok masih seperti sebelum-sebelumnya, Allah masih berkenan memberiku kemudahan menjalani kehamilan ini dengan aman terkendali, masih berkenan menjagaku di saat penjagaan keluargaku tidak sampai kepadaku, dan masih meridhoi langkahku berjuang mencari rezki buat keluarga. Terima kasih ya Allah atas pelajaranmu hari ini 🙂

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...