Monday, 31 December 2018

Thank You 2018 For The Lesson

Hari terakhir di penghujung tahun 2018, rasanya kalau nengok resolusi yang saya buat di awal tahun lalu, hasilnya not bad laah yah..ada yang tercapai dan ada pula yang masih jadi PR di tahun depan.
Mungkin di tahun 2018 kemarin saya banyak berbagi cerita dan pengalaman saya sehari-hari di blog ini, meskipun kuantitasnya berkurang setelah saya punya baby (meskipun kebanyakan berisi cerita tentang Nafiz saja dan kegalauan saya menjadi new mom haha).
Tahun 2018, banyak pelajaran yang Allah hadirkan, banyak kejutan dan kado yang Allah kasih ke saya sebagai bentuk rasa sayangnya. Ada kado yang berupa anugrah, namun tak sedikit juga yang berbalut ujian. Namun semuanya berusaha saya syukuri, karena saya yakin semua pelajaran yang Allah hadirkan ke saya pasti semuanya memiliki hikmahnya sendiri, baik berupa anugrah maupun berupa ujian.
Flash back ke tahun 2018 yang memberi banyak warna untuk saya, di pertengahan tahun tepatnya bulan Mei tanggal 30, Allah menunjukkan kasih sayangnya ke saya. Allah melengkapi statusku sebagai wanita dengan mengirimkan makhluk mungil yang menjadi kado terindah buat saya di tahun ini karena telah mengubah status saya menjadi seorang Ibu. Hari-hari saya setelah punya baby menjadi lebih berwarna meskipun banyak drama yang saya lalui mulai dari drama melahirkan, drama begadang, drama menyusui, dan drama MPASI baru-baru ini.
But..i enjoy it..i take a risk, for my baby only ðŸ˜Š
Kemudian di penghujung tahun 2018, tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa Allah akan mengirimkan ujian yang lumayan berat untuk saya hadapi. Ujian yang sanggup membuat hati saya remuk dan harus mengumpulkan serpihan-serpihan harapan untuk bisa bangkit kembali.
Untuk sekarang saya belum sanggup menceritakan ujian yang saya terima di blog ini, tapi suatu saat nanti saya akan berbagi juga.
Ujian yang dihadirkan Allah ini rasanya belum lekang dari ingatan. Jika diumpamakan luka, darah yang belum kering untuk saya. Namun saya coba memperlakukan luka yang saya rasakan sebagaimana mestinya, saya tidak mungkin memelihara luka dan sebisa mungkin harus mencarikannya obat agar lekas sembuh. Harus Kuat! Harus Setrong! Demi Nafiz! Life must go on.
Yang jelas 2018 telah mengajari saya banyak hal. Tentang penerimaan, ketulusan, keikhlasan dan kesabaran. Di tahun ini saya juga belajar bahwa memaafkan itu dekat sekali dengan ikhlas dan sabar. Dan orang-orang yang menyakiti kita tidak memberi keburukan apapun kepada kita kecuali mereka sedang berusaha menjadikan kita untuk lebih baik ðŸ˜Š
Thank You 2018 For The Lesson ðŸ˜Š

Thursday, 20 December 2018

Kehilangan Anak

Kemarin saya mendapatkan dua kabar duka, pertama dari teman kuliah (Sariani) yang anaknya meninggal setelah 3 minggu di ruangan ICU pasca melahirkan, satu lagi teman SMAK (Ayu dan Rahman) yang anaknya (8 tahun) meninggal juga karena penyakit asma. Mendengar dua kabar duka di hari yang sama dan semuanya kehilangan buah hatinya masing-masing membuat saya nelangsa.
Jujur, saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan saya jika di posisi mereka. Membayangkan jutaan detik terurai tanpa anak saya di sisi pastinya membuat duka hati yang sangat dalam. Nafiz sakit saja sedihnya sudah sampai di ubun-ubun, apalagi membayangkan hidup saya tanpa dia.
Meskipun anak bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun rasanya saya belum siap jika saat ini harus diuji kehilangan anak.
Beberapa waktu lalu juga saya mendengar cerita teman yang keguguran, sedihnya minta ampun padahal anaknya masih bentuk janin, dia belum lagi berjumpa dengan anaknya tapi sudah merasa kehilangan sekali. Ada lagi teman di grup menulis yang kehilangan buah hati sesaat setelah melahirkan, beliau belum sempat melihat anaknya pasca pulih dan terpaksa merelakan anaknya yang telah dikuburkan. 

Memang, usia adalah rahasia Allah. Tetapi, kehilangan buah hati selalu meninggalkan luka dalam bagi orang tua, berapapun usia sang anak, bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan.

Meskipun anak hanya amanah dan titipan, bukan milik kita seutuhnya dan kapan saja bisa diambil lagi oleh Allah, namun sepertinya setiap orang tua tidak ada yang siap jika harus diuji dengan kehilangan anak (langsung mewek saat mandangin Nafiz yang lagi lelap tertidur dan membayangkan dia tiba-tiba gak ada ðŸ˜­ 

Kehilangan buah hati adalah takdir Allah yang juga jadi pelajaran untuk setiap makhluknya. Pelajaran ikhlas kepada orang tua yang kehilangan. Pelajaran bersyukur bagi para orang tua yang masih diberi kesempatan untuk membersamai anak-anaknya hingga kini. Ayo mak sayangi baik-baik anak kita, jangan disia-siakan. Karena terkadang penyesalan selalu datang setelah mereka tiada.

Sudahkah kamu mengambil pelajaran dari sebuah kehilangan?

Baca juga (Ketika Keberadaan Anak Menjadi Hal Mutlak Yang Harus Terpenuhi Dalam Pernikahan)

Friday, 7 December 2018

MPASI Tunggal (Minggu Pertama) Nafiz

Alhamdulilah MPASI tunggal anak bunda sudah selesai kemarin. Hasilnya..iyeess…not bad lah. Anak bunda ternyata lahap sekali makan buah ya Nak, tapi saat makan sayuran kok banyak yang disisa nak? hehe. Tapi tidak apa-apa ya nak, kan Nafiz baru belajar makan, insya Allah nanti makannya lahap juga kan? Apalagi kalau bunda yang masakin hehe..(sok kali yah padahal saya juga gak bisa masak) whaha
Selama seminggu ini MPASI Nafiz bisa dibilang berjalan lancar yah dengan variasi menu 2x sehari (Pagi dan sore), tapi terkadang kalau gak sempat dibuat paginya, jadwal makan pagi saya pindah ke siang jam 12 (maklumlah mak’..working mom dilanda kerempongan di pagi hari) hehe.
Tadinya saya ingin menerapkan aturan 3 days rule (satu menu disajikan selama 3 hari)  buat ngeliat reaksi alergi (karena Nafiz kulitnya cencitif banget), tapi apa daya gak pernah tercapai karena Nafiz bosanan dan sayapun gak sabaran pengen cobain menu baru ðŸ˜‚. Akhirnya satu hari 2 menu deh, tapi alhamdulilah sejauh ini gak ada alergi sih, fesesnya juga bagus meskipun agak bau sikit dibanding waktu masih minum susu doang hehe, BAB nya juga lancar tiap pagi hari (gak kostipasi seperti sepupunya waktu baru pertama MPASI). 
Harusnya sih pemberian menu yang serat tinggi harus dibarengi dengan menu yang rendah serat biar seimbang, tapi ada daya saya gak sempat mempersiapkan menu-menu itu berhubung disini ketersediaan pangan susah, jadi apa yang ada di kulkas aja yang dijadiin menu tunggal. Beruntung juga Nafiz gak sembelit (mungkin karena kebanyakan buah kali yah?).
Pengolahan makanannya masih rebus kukus, kalau buah lebih banyak diblender. Metodenya masih spoon feeding karena Nafiz belum bisa BLW, tapi kadang waktu lagi makan sendoknya udah pengen dipegang sendiri ðŸ˜Š, sedangkan tekstur semi kental, kalau dijatuhin dari sendok gak langsung jatuh, jatuhnya perlahan aja. Lemak tambahan yang saya pakai sementara ini masih EVOO saja dan sesekali pakai air kaldu sayuran.

And..this is menu MPASI Nafiz Selama Seminggu kemarin;
  • Day 1 (30 Nov) ðŸŒžPagi: Alpukat (habis),  ðŸŒ–Sore: Beras Putih (tidak habis)

  • Day 2 (1 Des)
     
    🌞Pagi: Pepaya (habis), ðŸŒ–Sore: Jagung (habis)
  • Day 3 (2 Des)
     
    🌞Pagi: Pisang Raja (habis), ðŸŒ–Sore: Labu Kuning (tidak habis)

  • Day 4 (3 des) ðŸŒžPagi: Buah Naga (habis), ðŸŒ–Sore: Kentang (tidak habis)

  • Day 5 (4 des) ðŸŒžPagi: Wortel (tidak habis), ðŸŒ–Sore: Kuning Telur Yampung (habis)

  • Day 6 (5 des)
     
    🌞Pagi: Semangka (habis), ðŸŒ–Sore: Labu Siam (habis)

  • Day 7 (6 des)
     
    🌞Pagi: Tomat (tidak habis), ðŸŒ–Sore: Kacang Ijo (tidak habis)

  • Respon Nafiz: Buah lahap banget, tapi sayuran kurang begitu suka (kayaknya ngikut emaknya ini)😂
Alhamdulilah menu tunggalnya sudah lulus, sekarang mulai nerapin menu bintang 4, insya Allah bisalah.. Meskipun emaknya gak bisa masak, tapi semoga bisa jadi cheff andalan buat Nafiz ðŸ˜‚.

Alhamdulilah masih bisa masak sendiri buat Nafiz, doain bunda ya Nak semoga gak tergoda dengan bubur-bubur instan di pasaran, dan jangan ada GTM diantara kita. 

Mohon kerjasamanya ya Nak. 
Semoga sehat-sehat terus ðŸ˜Š 

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...