Saturday, 20 January 2018

Kepo Saat Hamil, Yeay Or Nay?

Salah satu hal yang tidak terelakkan saat hamil adalah kepo yang melambung jauh. Mau tau ini, mau tau itu, sibuk bertanya kesini, bertanya kesitu, goggling sana, goggling sini, cari referensi dari sumber satu ke sumber yang lain, baca buku yang ini, baca buku yang itu dan masih banyak lagi kekepoan yang lain yang selalu membuat saya untuk terus mencari tahu tentang seluk beluk kehamilan. Inilah yang saya rasakan pemirsah haha (mungkin karena kehamilan perdana kali yah jadi banyak rasa ingin tahunya )
Alhamdulilah, kepo yang saya rasakan bersambut dengan banyaknya interaksi dengan istri-istri temanku yang udah pernah hamil dan menjadi ibu duluan, sehingga saya banyak mengambil pengalaman dari pengalaman hamil mereka, banyak hal-hal baru juga yang saya tahu dari mereka. Saran-saranpun mengalir deras, pertanyaan dari saya juga tak kalah derasnya, gosip terbaru berkenaan dengan kehamilan dan melahirkanpun tak tertinggal haha (dasar ibu-ibu). Meskipun ada beberapa dari mereka yang usianya lebih muda dari saya, namun saya tidak segan bertanya karena dia sudah duluan ada pengalaman, dan dia juga tak segan memberi penjelasan.
Untuk saya yang baru pertama kali merasakan kehamilan, apalagi di tambah kondisi yang jauh dari keluarga, terkadang kepo yang saya rasakan berubah menjadi parno. Namun saya rasa wajarlah yah, tujuannya apa lagi kalau bukan untuk kebaikan si buah hati di dalam perut.
Begitu kehamilan saya terdeteksi, saya menjadi over protective. Mau makan sesuatu mesti nanya sana sini dulu, harus nge goggling dulu, apakah makanan yang akan saya konsumsi ini aman untuk janin atau tidak? Mau ngerjain sesuatu, berpikir dulu, ini boleh gak di lakukan atau bakalan membahayakan si janin? Meskipun disini tidak banyak pilihan makanan, namun saya masih bisa memilih mana makanan yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi ibu hamil.
Saya bersyukur punya rasa ingin tahu yang besar, setidaknya bisa meminimalisir dampak yang tidak diinginkan. Seperti habbatusaudah yang sejak beberapa tahun lalu sudah menjadi konsumsi rutinku setiap hari, begitu hamil saya iseng ngegoggling tentang khasiat habbatussauda untuk bumil, ini karena saya tahu kalau habbatusauda kata Nabi adalah obat dari segala macam penyakit kecuali kematian. Tadinya dosisnya ingin kunaikkan karena kupikir baik untuk menghilangkan capek dan lelah yang sering melanda ibu hamil, namun ternyata betapa kagetnya saya saat mendapati beberapa artikel kalau ternyata habbatusauda bisa menyebabkan keguguran karena efeknya yang panas, dan bisa menyebabkan kontraksi. Ada beberapa artikel yang membolehkan namun nanti di trimester akhir, kalau masih trimester pertama masih haram hukumnya. Bahkan di artikel yang kubaca itu habbatusauda bisa digunakan sebagai obat KB alami jika tidak ingin hamil. Yassalam..saya langsung shock mendapati kenyataan ini, apalagi di 4 minggu pertama kehamilanku (sebelum saya sadar kalau lagi hamil) saya masih rutin mengkonsumsi habbatussauda 2 kapsul sehari. Akhirnya setelah tahu, saya langsung stop meminumnya, padahal masih ada 2 botol yang kubawa dari Makassar, segelnyapun belum saya buka. Sejak itu saya jadi takut minum obat, bahkan obat dari dokter kandunganpun (yang bukan termasuk vitamin dan suplemen) banyak yang tidak saya minum, kecuali jika ada keluhan yang saya rasakan. Gak apa-apalah rugi beli obat mahal-mahal, yang penting janinku sehat-sehat dan tidak kena efek samping dari doping obat-obatan.
Selain kepo, parno juga kerap kali menghampiri. Saat mendengar ada istri teman yang keguguran, saya tetiba jadi wartawan gadungan, nanya sampai sedetil-detilnya penyebab kegugurannya. Kok bisa? Habis ngapain? Habis makan apa? Ada riwayat penyakit apa? Haduh..pokoknya semua kekepoan dalam benak tak segan-segan ditanyakan deh haha. Tujuannya apa lagi, supaya saya bisa menghindarinya. Setidaknya dengan mengetahui penyebabnya, kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Apalagi istri temanku ini hanya tinggal di rumah, itupun di dampingi suaminya tiap hari. Nah kan..saya langsung parno dong, mengingat saya tiap hari sibuk beraktifitas, terkadang lelah melanda, belum lagi naik turun tangga kadang 3x sehari, gak di dampingi suami pula, gimana gak takut bin parno coba? Namun, saya percaya ada campur tangan Allah disini, bukan hanya persoalan kandungan yang kuat atau lemah, kondisi fisik yang kuat atau lemah, ataupun ada riwayat penyakit sebelumnya atau tidak, tapi semua sudah takdir Allah.
Begitu pula sama istri teman yang sama-sama juga lagi hamil, saya langsung aktif menyerangnya dengan berbagai pertanyaan; Periksa dimana? Dokternya siapa? Bidannya praktek dimana? Posyandu ibu hamil tiap tanggal berapa? Suntik TT untuk ibu hamil di usia kandungan berapa aja? (Ampuunn…saya serasa jadi jaksa yang mencecar terdakwa dengan berbagai pertanyaan haha). Untung si dia ngerti kalau saya banyak ingin tahunya karena masih hamil perdana, apalagi daerah sini kan bukan wilayahku, jadi saya kurang begitu tahu tempat-tempat pemeriksaan ibu hamil, saya tahunya kalau mau berobat ya ke puskesmas doang.
Sama dokter apalagi, cerewetnya lebih parah, mulai dari awal periksa, sudah sibuk memberondong dokter dengan berbagai pertanyaan, mulai dari bertanya kiat-kiat menjalani kehamilan trimester pertama biar gak mabok, makanan yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi untuk bumil, hingga pertanyaan-pertanyaan tentang kehamilan yang berkaitan dengan pekerjaanku. Alhamdulilah dokter obgyn-ku juga orangnya komunikatif, gak pelit info, suka menjelaskan meskipun belum ditanya, akhirnya keingitahuanku bersambut positif, sampai istilah-istilah di kertas photo hasil USG pun gak luput saya tanyakan haha.
Belum lagi aktif nyari-nyari info dan artikel seputar kehamilan. Beberapa aplikasi yang berhubungan dengan kehamilan langsung saya install di hp (ovia pregnant, buku bumil, kehamilan app, buku panduan bumil, hallo bumil, teman bumil), beberapa fanspage di facebook dan website seputaran kehamilan juga saya follow (klik dokter , alo dokter, prenagen world, lactamil, anmum Indonesia, bumilnesia), dan masih banyak lagi yang lain. Belum lagi masih berusaha menamatkan kitab hamilnya Heidi Murkoff yang setebal bantal itu. Hadeeeeh…ini kepo atau kepo bangeeeeet..bangeeet yah? wkwkwkwk
Terkadang istri teman-temanku heran melihat sikapku yang menurutnya sedikit berlebihan (EGP dah..terserahlah orang mau pikir gimana, yang penting saya tahu babyku sehat-sehat, jadi saya bisa tenang beraktifitas). Mungkin mereka berpikir demikian karena melihat saya yang bela-belain rutin kontrol dan USG tiap bulan di dokter kandungan, sampai bela-belain ke Manado pula padahal cuma sendiri, belum lagi saya juga masih ke bidan, padahal istri temanku yang juga lagi hamil 4 bulan belum pernah pergi kontrol sama sekali, padahal dia didampingi suaminya loh? Dia juga gak ada minum-minum susu dan vitamin selama hamil (mungkin karena kehamilan kedua kali yah jadi dia bisa lebih nyantai, gak seperti saya yang parno-an? ).
Tapi beneran loh, kepo itu kadang di perlukan dan gak selamanya gak baik *eeaaaaa* (asal kepo positif loh yah). Dengan kepo, bisa membuat pengetahuan kita bertambah dan berkembang menjadi lebih luas, juga bisa melatih kita untuk lebih selektif dan tidak menelan mentah-mentah informasi yang masuk, karena kita aktif mencari kebenaran dari informasi tersebut.
Kepo saat hamil? Why Not? Kalau saya sih YES, gak tau deh kalau maz Anang? 
JADI…MARI KITA KEPO POSITIF, APALAGI DEMI KEBAIKAN SI BUAH HATI .

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...