Monday, 3 April 2017

Benarkah Pernikahan Menciptakan Kebahagiaan?

Sebenarnya judul diatas karena saya lagi bingung pemirsah. 

Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (QS. Ar Ruum:21)

Seharusnya saya tidak perlu lagi menanyakan kebenaran firman Allah diatas. Pernikahan harusnya memberikan ketentraman dan kenyamanan bagi dua insan, ada yang melindungi dan ada yang dilindungi, ada yang memperhatikan dan ada yang diperhatikan, ada yang memahami dan ada yang dipahami, ada yang berbicara dan ada yang mendengarkan, sehingga dengan begitu muncullah rasa kasih dan sayang bagi keduanya.

Bukan saya ingin menanyakan kebenaran ayat diatas, karena saya paham kalau ada yang salah dengan pernikahan, bukan pernikahannya yang pantas kita salahkan namun karena oknum atau caranya yang belum benar menjalankan pernikahan tersebut.

Beberapa hari ini saya bingung dengan hati dan pemikiranku sendiri, hatiku bagaikan tempat tidur yang belum dirapikan, sedangkan isi kepalaku bagaikan benang kusut yang sulit diurai. Akhirnya saya coba menganalisis hatiku and what i feeling now. Sungguh, perasaan ini membuatku tidak nyaman.

Seperti ayat diatas, harusnya pernikahan memberikan rasa tentram dan nyaman bagi pelakunya, namun mengapa bagiku tidak belum yah? Nyatanya, bukan rasa nyaman dan ketentraman yang kurasakan, namun setelah menikah saya menjadi lebih sering stress, emosiku jadi sering labil, pikiranku sering direpoti dengan prasangka, hatiku jadi lebih melow, saya sering tiba-tiba bersedih bahkan tanpa alasanpun, dan sekarang saya susah berkonsentrasi dengan kerjaan, selain itu pernikahanku juga ternyata menjadi beban pikiran dikeluargaku karena pernikahan kami yang dipisahkan jarak.

Apa ini ya Allah?
Semoga ini hanya perasaan sesaat karena lelah saja!
Banyak orang mengatakan bahwa perempuan itu seperti cuaca, tidak terduga. Terkadang cerah, kadang mendung, kadang tenang, namun kadang juga bagai petir yang menggelegar. Dan ketika seorang suami mulai mengabaikan istri atau pasangannya, lambat laun wanita akan merasa tidak bahagia.

Saya bukan ingin mengatakan bahwa suamiku mengabaikanku, hanya saja mungkin dia tidak belum mengerti bagaimana memahami wanita. Dengan tuntutan kerja dan juga hubungan sosial, saya merasa kerapkali dia mengabaikanku sehingga membuatku merasa tidak dianggap. Dia bahkan bersikap biasa saja saat berhari-hari tidak menghubungiku.

Saya sadar perasaanku beberapa hari ini memang sangat labil, akibatnya semalam sayapun bersitegang dengan suami, dan akhirnya diapun kujadikan tumbal atas ketidakwarasan pikiran dan hatiku.

Sebenarnya saya bukan ingin menyalahkan suami atas ketidakberesan dan ketidak bahagiaan yang kurasakan, hanya saja dia sering melakukan sesuatu yang melanggar prinsipku yang akhirnya memicu konflik diantara kami.   
Sayapun tidak serta merta menyimpulkan bahwa saya tidak bahagia, karena itu saya berusaha mencari tahu alasannya agar bisa mengkondisikan hati. Akhirnya inilah kesimpulan yang kudapatkan akan perubahan sikapku akhir-akhir ini

1. Sering marah
Tidak ada satupun istri yang suka marah dengan suaminya apalagi jika harus berbicara banyak ketika mereka sedang marah. Sayapun tidak ingin sering marah, namun entah kenapa percakapannya sering menyulut emosiku, saya juga terkadang tidak sadar, semoga itu hanya karena emosiku labil saja. 

2. Selalu lelah
Sebuah studi UCLA menemukan bahwa wanita dalam pernikahan yang tidak bahagia memiliki kadar kortisol lebih tinggi yang menyebabkan mereka mudah lelah. 

3. Tidak terbuka
Ketika wanita tidak terbuka dan cenderung menyembunyikan masalahnya, padahal sebelumnya dia selalu terbuka tentang apapun, biasanya dia tidak bahagia. Saya bukannya tidak ingin terbuka, hanya saja dia tidak memberiku kesempatan berbicara, akibatnya masalah yang ingin kusampaikan kembali mengendap menjadi residu yang membebani pikiranku. 

4. Mulai berpikir untuk diri sendiri
Katanya wanita yang tidak bahagia akan menjadi egois dengan waktu, uang dan dengan emosinya. Terus terang akhir-akhir ini saya lebih sering berpikir untuk kehidupanku sendiri, tentang keuanganku, saya jadi tidak ingin terlalu bergantung kepadanya kalau masalah finansial, itulah mengapa akhir-akhir saya sering bersitegang dengan keluarga yang menyuruhku berhenti bekerja.

5. Menjadi pendengar yang buruk
Setiap istri pastilah berharap agar suaminya bisa menjadi pendengar yang baik untuk mencurahkan segala keluh kesahnya, berharap suami bisa menyiapkan pundak dan sandaran yang kokoh untuk menyimak tangisnya. Namun saya merasa suamiku tidak bisa mengambil peran tersebut, akibatnya saya menjadi lebih sering galau karena isi hati yang mengendam tak tersampaikan.

6.  Kurang kedekatan
Kedekatan tidak harus selalu bersama dan berdua dimana-mana, namun kedekatan komunikasipun harusnya selalu dibangun. Namun dia begitu menganggap enteng tidak menghubungiku berhari-hari, padahal dari komunikasi yang baiklah kedekatan bisa terjalin. Bukannya saya tidak ingin menghubungi duluan, hanya saja saya ingin melihat bagaimana usahanya dan perasaannya padaku ketika jauh, karena rasa itu akan mempengaruhi sikap. 

7. Pengelolaan keuangan yang salah 
Harusnya masalah finansial bukanlah masalah yang krusial yang harus kutakuti, namun suami yang boros dan sering bergaya hidup "high" membuatku tidak nyaman, padahal saya hanya ingin pemasukan kami disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan

Beberapa alasan diataslah yang kerapkali membuatku kecewa dan putus asa. Saya sadar kalau saya terjebak dalam keadaan yang membatasi, rutinitas pekerjaan, jarak yang menjadi orang ketiga diantara kami, masalah finansial dll. Karena itu terkadang pernikahanku serasa hambar, padahal cintalah yang memberikan energi dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian pasangan suami istri agar selalu bersama. Cintalah yang akan membuang semua rintangan yang muncul dalam setiap perjalanan rumah tangga. 

" Tidak ada pernikahan yang bahagia tanpa pengorbanan yang tidak pernah berhenti"

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...