Hari ini adalah hari yang konyol buatku, bahkan hingga malam ini saya masih saja mengutuk dan menertawakan kekonyolanku wkwkwk
Apa pasal?
Karena..eeh..karena..saya lupa alamat dan nomor rumahku sendiri pemirsah haha..
Jadi ceritanya sepulang lebaran dan ziarah kubur ke makam abba, kami sekeluarga (2 mobil) sepakat akan audit dan inspeksi (acieee..istilahnyee
?) di rumah barunya K’Ita di Gowa dan di rumah kami yang baru selesai direnovasi di Padi Residence. Nah, sebelum berangkat saya udah ditanyain nih sama mereka-mereka;

“Inna udah tau kan alamat rumahnya say?”, kata K’Umi
“Siip, beres itu kak, udah 2 kali kesanapun”, kataku dengan pedenya.
“Kunci sudah ada kan?”, K’Ira menimpali
“Udah kok..Nih.., kataku sambil memperlihatkan gantungan kunci di tangan”
Akhirnya kami siapkanlah bekal. Karena ini judulnya kunjungan apalagi masih suasana lebaran, kami bawalah beberapa makanan ringan, es buah, dan cemilan-cemilan (karena banyak bawa bocah ini makanya harus siap segepok cemilan
), rencananya memang mau istirahat sambil tinggal-tinggal bentar, makan bekal sikit disana sambil duduk manits, karena itu udah sediain karpet juga (planning yang oke bangeets kan? haha). Pokoknya semua udah disiapin dengan matang banget deh, dan bocah-bocah ini juga pada appreciate pengen ngeliat rumah baru katanya (sayangnya gak kesampaian ? wkwkwk)

Karena jarak dari pekuburan lebih dekat ke rumah K’Ita daripada rumah di Padi Residence, akhirnya kami memutuskan ke rumah K’Ita dulu, balik darisana baru ke rumah kami, biar lebih dekat juga saat pulang nanti, gak bolak balik lagi.
Inspeksi di rumah K’Ita berjalan mulus tanpa kendala apapun. Ini pertama kalinya juga kami kemari. Kalau saya lihat sih udah 70% perbaikan bangunannya, harusnya kalau mau ditempati udah boleh bangets. Rumah K’Ita juga tipe 36 sama dengan rumah kami, tapi bangunannya lebih luas, ruang tamu dan ruang tengahnya gede’, halamannya juga lebih besar, dan di belakang bangunan banyak kelebihan tanahnya, itulah yang direnovasi K’Ita buat bikin dapur dan tempat mencuci. Hanya saja karena belum ditempati dindingnya banyak dimakan rayap sampai dia atas atap palfon. Lingkungannya pun sudah rame, tetangganya udah banyak, di ujung lorong bahkan udah ada warung makan, dan 30 meter dari situ udah ada playgroup dan TK. Masjid juga lumayan dekat, hanya berjalan kaki beberapa meter, pokoknya lumayan strategislah lokasinya.
![]() |
Inilah Penampakan Rumah K'Ita dari Depan |
Nah, setelah dari rumah K’Ita kemudian kita menuju Padi Residence. Saya disuruh jadi penunjuk jalan (haha..padahal saya paling lemot kalau disuruh ngapalin jalan
).

“Lewat manaki ini Inna”? Tanya K’Opi
“Lewat Pao-Pao mi kak biar lebih dekat”, jawabku ( Ini karena Pak Suami pernah bilang begono muehehe)
“Jalan apakah itu Padi Residence?”, K’Opi nanya balik
“Jalan Manggarupi kalau nggak salah Kak”, jawabku sok tahu haha (kesalahan pertama ?)
Alhasil karena saya salah sebut jalan, akhirnya nyasarlah kita muter-muter gak ketemu rumahnya haha. Malah tau-tau udah sampe di Hertasning aja, gak nampak lorong perumahannya
. Setelah nyadar kesasar, kamipun mutar balik, saya tiba-tiba ingat kalau Padi Residence tetanggaan dengan Citra Garden, coba nanya-nanya orang sekitar, ternyata mereka lebih tau Citra Garden daripada Padi Residence hihi. Salah seorang warga nunjukin kami jalannya, untuk lebih meyakinkan saya juga pakai GPS. Setelah disertai adegan nyasar-nyasaran, tiba jugalah kami di depan pintu gerbang Padi Residence.

Begitu masuk gerbang, Securitynya nanya;
“Mau ke blok berapa Pak?”, tanya Security
“Blok C pak”, saya langsung nyahut dari bangku belakang.
“Disini semuanya blok C Bu, Blok C berapa yah”?, tanya Security lagi.
“Blok C30 Pak”, jawabku dengan sok tahunya. (kesalahan kedua
)

” Gak ada Bu C30, yang ada hanya sampai C15 “, Security menimpali kesalahanku
” Waduh, blok berapa dong yah? Yang saya ingatnya hanya nomor 30 Pak” (padahal yang inipun salah juga haha)
“Yang mau kita datangi ini rumah kosong Pak, rumah saudara, cuma mau liat luarnya doang”, Kak Wiwing kemudian berkomentar (nah..kan..akhirnya perkataannya ini jadi kenyataan wkwkwkw)
Akhirnya Securitynya ngalah dan membiarkan kami masuk (ntah karena kasihan atau pegel gak nyambung sama jawabanku, atau dikiranya kita wong deso lagi yang jauh-jauh datang dari kampung wkwkwkw).
“Lorong ke berapa ini Inna?”, tanya Kak Wiwing begitu mobil telah masuk gerbang.
“Lorong kedua Kak”, jawabku.
Begitu masuk lorong kedua, ternyata rumahnya di lorong ketiga haha (kesalahan ketiga
), Kak Wiwing saja yang biasanya no coment sampai geleng-geleng kepala melihat saya yang sedari tadi salah mulu (padahal masih ada kesalahan yang lebih parah hahaha).

Sampai depan rumah C11/30 yang kusangka rumahku (jiaaah..jadi malu pemirsah??) merekapun turun. Kebetulan rumah ini ada tali warna biru depan halamannya yang bersimpul menyerupai pita dan jendelanya dipakein wallpaper kupu-kupu.
“Tante Inna mau gunting pita dulu sebelum masuk rumahta”, kata Ika sambil becandaan melihat tali yang bersimpul pita. Saya hanya senyum-senyum menghadapi tingkah ponakanku ini
“Tawwa, adami AC nya kamarnya tante Inna”, kata K’Umi melihat ada kipas AC di atas jendela merk Modena. Saya hanya ngangguk-ngangguk tanda mengiyakan, padahal sayapun gak tahu furniture apa saja yang udah ada didalam rumah ini (idiiih..tuan rumah yang aneh)
“Memang jendelanya sengaja diganti motif kupu-kupu kah Inna? Gak nyangka ternyata Uya seleranya kupu-kupu yah?”, kata K’Ira mengomentari motif jendela yang bergambar kupu-kupu. Saya lagi-lagi hanya mengangkat bahu tanda tak tahu (karena saya terakhir kali kesini waktu rumah ini masih polos, sekarang sudah direnovasi sama suami, dan saya sama sekali gak tahu bagian-bagian mana saja yang direnovasi).
Sayapun menuju pintu untuk membuka kuncinya, namun berapa kali kucoba gak bisa. Jangankan mau terputar, masuk ke lubangnya saja tidak bisa. Lalu saya panggil K’Opi untuk mencoba, mana tau tanganku yang belum beruntung *pikirku waktu itu*, tapi gak bisa juga. K’Adi, K’Ita, K’Wiwingpun sudah mencoba semua gak ada yang berhasil (yah..iyalah gak bisa, namanya juga salah kunci haha). Begitu K’Umi perhatikan bentuk ukiran kunci dan lubang kunci di pintu memang beda banget.
“Kayaknya bukan kuncinya ini Inna, perhatikanmi kunci sama lubang kuncinya, beda geriginya dek, gak salah kunciji kah?”, kata K’Umi.
“Gak taumi juga Kak, karena Mama ji yang dikasih sama Uya, bukan saya”, kataku menimpali.
“Gak salah ambiljiki kunci kah Ma? Memang yang nakasihki Uya kunci yang gantungan Malaysia ini”?, tanya K’Ira sama Mama
“Betulmi kayaknya karena tidak ada kunciku gantungan Malaysia, tapi tidak tahumi juga deh, jangan-jangan memang saya salah ambil kunci karena banyak itu kunci dilaciku”, Mamapun menjawab tidak yakin (Ini karena Mama juga orangnya kadang pelupa).
“Jadi bagaimanami? Gak bisami orang masuk ke rumah baru? Aiih..kecewa penonton”? Komentar Raghil.
Sayapun berinisiatif untuk menelpon orang di Minasa Upa biar Raghil bisa mengambil kunci serep yang disimpan disana juga, tapi nihil gak ada yang mengangkat teleponku. Wa sama BBM ku juga gak dibalas (ternyata merekapun pergi ziarah ke Antang waktu itu).
Akhirnya karena waktu sudah pukul 2.15 dan orang-orang pada belum sholat Dhuhur (tadinya rencana mau sholat Dhuhur disini tapi karena gak bisa masuk rumah haha), akhirnya kamipun memutuskan pulang, apalagi sudah lelah juga mutar-mutar dari pagi, belum lagi hari ini juga rencana mau mengunjungi Tante Ida di Toddopuli karena besok dia sudah mau ke Bantaeng, dan sayapun mau ke Minasa Upa, sowan ke mertua.
![]() |
Inilah kami yang seperti pengungsi (telantar depan rumah orang) haha |
“Ini tetanggamu di sebelah kayaknya maumi na tempati rumahnya di’ Inna”? Jadimi halamannya tawwa”, Kata K’Adi sambil nunjuk rumah C11/31.
“Pintu sama jendelanya sudah semua naganti punyanya. Orang mana ini tetanggamu?” tanya K’Wiwing kemudian yang hanya kusahut dengan ‘no coment’ (dalam hati ngedumel, kok sempat-sempatnya mereka ngepoin rumah tetangga padahal kita udah bete gak bisa masuk kerumah sendiri, pikirku waktu itu)
Gak lama setelah K’Adi dan K’Wiwing komentar, saya lihat Hanim membuang sampah kerupuknya ke sebelah (ke rumah kami maksudnya, tapi masih belum ngeh hihi), sayapun sontak melarang “Jangan nak, ambil lagi itu sampahta, rumahnya orang itu nak, namarahiki nanti punyanya rumah” ehe, Ehh..tak taunya Tante Nor mendengar perkataanku, lalu dia coment “Biarmi, gak ada ji yang punya rumah” (padahal harusnya nunjuk diri sendiri lah yah sambil bilang ‘Hey..ini nih empunya rumah, enak aje maen buang sampah sembarangan haha).
Begitu naik di mobil semua pada lemes karena misi inspeksi tidak terlaksana haha. Waktu itu mereka sampai pada suatu kesimpulan bahwa hanya ada 2 kemungkinan yaitu; Mama yang salah ambil kunci di laci atau Suamiku yang salah ngasih kunci (gak ada yang kepikiran kalau saya yang salah rumah whahahaha).
Sampai dirumah karena penasaran Mama langsung mengecek ke lacinya (padahal tadinya udah lapar banget ini, tapi akhirnya rasa laparnya dikalahkan sama rasa penasarannya haha), semua kunci yang ada dilaci dikeluarkan dan diteliti satu-persatu, dan semua kunci-kunci itu Mama tau peruntukannya dan memang hanya satu kunci yang bergantungan Malaysia itu yang penghuni baru di laci dan lain daripada yang lain. Oke fix, berarti Mama gak salah kunci, berarti kami sepakat kalau suamiku yang salah ngasih (maafin aye yah cin, akhirnya kamu yang jadi tersangka sekarang wkwkwkwk).
Tadinya mau kasih tau ke paksu kejadian hari ini, tapi aah..sudahlah saya takut dia menertawakan kekonyolanku yang lupa rumah sendiri wkwkwkwk
. Begitu sowan ke Mertua saya cerita semuanya, akhirnya Mertua ngambil kunci yang ada di dia dan mencocokkan kuncinya dengan kunci di kami. Kebetulan kunci di dia ada tulisan dan nomor rumahnya

“Sama kok kuncinya, kok bisa gak kebuka yah”, kata Mama Mertua
“Biasa memang keras itu kak, tapi kita cobami saja terus, bisaji itu”, Akmalpun ikut komentar
“Tapi gak bisa masuk ke lubangnya dek, gimana mau dicoba?”, kataku menimpali perkataannya.
Begitu kuncinya ku ambil dan melihat tulisan C11/31 di gantungan kuncinya, sumpaah.. langsung lemeess eiykeeeh (teloleeeeet..akhirnya nemu kan tersangkanya siapa? Malu banget cyiiiiin haha
). Kak Umi dan Mamapun sampai geleng-geleng kepala gak membayangkan kalau anaknya yang juga merupakan empunya rumah yang akhirnya jadi pelaku sekaligus tersangka kejadian memalukan hari ini wkwkwkwk (kesalahan keempat)

“Ihh..Inna deh, Kok bisa gak ingat nomor rumahnya sendiri”, kata K’Umi
“Sayapun bingung Kak, kenapa yang tersave di memoriku itu nomor 30 yah”? (Ada apa dengan nomor 30)
“Semoga pengaruh rinduji”, kata Mama mertua kemudian
Sumpeh deh..tambah malu bangeet aye mak’, rasanya ingin nyemplung kelaut ajeee deh(untung gak ada sungai atau laut di dekat situ hehe). Semoga saja Mama mertua gak berpikiran kalau menantunya ini ternyata lemot banget, rumah sendiri aja gak ingat hiks
“Kenapa bisa lupa Nak, gak pernahki kesana kah”?, tanya Mama Bau
“Pernahji Ma, tapi sebelum direnovasi, dan waktu itu semua rumahnya bentuknya sama, sekarang semua sudah pada renovasi, saya gak ingat lagi”
“Gak pernah na kirimkanki Surya fotonya itu rumah yang sudah direnovasi kah”?, tanya Mama Bau lagi.
Saya hanya menjawab pertanyaan Mama Bau sambil senyum-senyum, malu mau menjawab “Udah liat kok dalamnya Ma, tapi bukan dia yang kirim, temanku yang comot dari instagramnya dia dan mengirimkan padaku (ceritanya mau men cie..cieein kami yang sudah punya rumah baru), akhirnya saya yang diprotesnya “Kok pindah rumah gak ngundang-ngundang?”, katanya. Yah..gimana mau saya undang coba? Saya aja baru tahu detik itu kalau sudah ada acara syukuran sebelumnya, lebih update temanku malah daripada saya, malah mungkin dia mengikuti perkembangan renovasinya dari postingan suami sejak hari pertama hingga selesai, saya sama sekali gak tahu-menahu sedikitpun (sayapun gak tahu alasan pak suami enggan memberitahuku apalagi melibatkanku dalam proses renovasinya), ya sudahlah yah, saya berpikiran positif aja dah, mungkin dia ingin memberiku surprise dan tidak ingin membebaniku macam-macam (keep smile
)

Dan akhirnya hari ini benar-benar menjadi hari yang surprise buatku, saya lupa dan benar-benar gak ingat sama sekali semua yang berhubungan dengan rumah di Padi Residence, mulai dari salah sebut nama jalan, salah lorong, salah blok, dan yang paling fatal salah masuk ke rumah orang yang kusangka rumahku haha (syukur penghuni rumahnya gak ada, kalau gak mungkin kami udah disangka pencuri nyongkel-nyongkel pintu orang).
Sayapun heran dengan yang terjadi padaku, kok bisa tiba-tiba jadi amnesia gini? padahal saya ini pengingat yang baik loh (apalagi kalau ingat utang orang haha), tapi kenapa yah ingatanku tentang rumah ini menguap sama sekali hingga semuanya bisa salah? Ahh..sudahlah..akhirnya saya berkesimpulan kalau saya tidak punya kontak batin sama sekali dengan rumah ini, atau mungkin terlanjur kecewa karena suami tidak melibatkanku, akhirnya Allah benar-benar melumpuhkan ingatanku (halah..apalah..apalah).
Jadi wajarlah yah kalau salah, wong kondisi dan penampakan rumahnya saja saya gak tahu, saya gak pernah dikirimi fotonya, saya gak pernah diceritain prosesnya, saya gak pernah dimintai pendapat tentang dekorasi atau furniture yang mau dilengkapi, dan saya sama sekali gak tahu berapa biaya renovasinya (yakali..suami mampu mengurus sendiri dan tidak butuh bantuanku, jadi ya sudahlah). Saya tahunya kalau semua sudah selesai saat dikirimi temanku foto onde-onde dengan caption ‘Syukuran rumah baru’ ( Wow..tau-tau udah syukuran ajee, meskipun hati ada krenyes-krenyesnya, tapi saya tetap ikutan bersyukur karena prosesnya telah selesai).
Dear rumah C11/31 di Padi ResidenceMaaf yah, sepertinya kita belum berjodoh..Maaf juga karena sepertinya kita tidak mempunyai kontak batin sama sekali..Maaf lagi karena saya sudah melupakan semua tentangmu..Meskipun kita cuma dua kali bertemu, harusnya ada sesuatu yang bisa kuingat tentangmu,Namun entah mengapa memoriku sepertinya enggan mengingatmu..Saya akui kalau saya masih setengah hati memilikimu..Saya tidak pernah setuju dengan akad riba saat membelimu dari developer..Dan sekarang tanpa persetujuanku, meskipun tidak bilang, saya yakin suami mengajukan kredit lagi demi mempercantik dirimu..Sepertinya suamiku lebih perhatian padamu, daripada aku istrinya.Bahkan mungkin saat cuti nanti, dia lebih sering mengunjungimu daripada mengunjungiku.So, What should i do?Haruskah saya menjalin chemistry bersamamu?Okay, I’ll try. Tapi jangan berharap banyak samaku yah!Saya tidak bisa berjanji kita bisa sehati dan bakalan akur jika tinggal bersama..Tapi demi suami akan kucoba..Toh, sepertinya masih lama juga saya tinggal disana?Masih ada banyak kesempatan memantapkan hati lagi.Semoga suatu saat kita bisa benar-benar sehati dan akur tinggal bersama.Dariku,Penghunimu yang sedang amnesia
No comments:
Post a Comment