Beberapa hari yang lalu, dunia maya di hebohkan dengan berita anak SMP yang melakukan pernikahan dini di Bantaeng. Semalam juga ada perdebatan di postingan seorang teman tentang pernikahan di bawah umur, karena itu saya tertarik menulis postingan ini.
Sebenarnya di desa tempatku bekerja sekarang udah biasa sih yah orang nikah dini, beberapa teman kerjaku yang orang lokal juga rata-rata nikah di usia 15-17 tahun. Januari 2018 kemarin juga tetangga samping pabrik menikahkan putrinya yang baru berumur 13 tahun (SMP kelas 2) sedangkan suaminya 16 tahun, kebetulan saya juga di undang dan sempat datang ke acara akad nikahnya. Sama dengan yang di Bantaeng, pasangan ini juga sempat ditolak KUA karena dianggap belum cukup umur, hingga 3x bolak balik sidang di pengadilan agama agar pengajuannya diterima. Namun, karena alasan si wanita udah hamil (entah ini cuma alasan si wanita agar KUA mau menikahkan atau memang udah hamil duluan), akhirnya KUA bersedia menikahkan mereka.
Jujur saja baru kali ini saya menyaksikan akad nikah pasangan di bawah umur. Mungkin namanya masih anak-anak kali yah, jadi saya lihatnya akad nikahnya kayak gak serius gitu, malah kayak main-main aja, saat wali nikah serius memberi wejangan dan tuntunan sebelum akad, eeh..si mempelainya malah ketawa-ketiwi, becanda, cerita berdua, hingga beberapa kali kena tegur dari pak Imam.
Kalau saya sih sebenarnya kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa lebih baik nikah di bawah umur daripada berzina. Ok, itu pendapat yang baik. Sekarang nikah dini yang baik untuk menghindari zina itu di usia berapa? Anak SMP kah? atau SMA?
Kalau saya sih sebenarnya kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa lebih baik nikah di bawah umur daripada berzina. Ok, itu pendapat yang baik. Sekarang nikah dini yang baik untuk menghindari zina itu di usia berapa? Anak SMP kah? atau SMA?
Menikah usia 13 tahun, tepatkah? Apa benar untuk menghindari zina harus melakukan pernikahan sedini itu? Bukankah ada banyak cara menghindari zina hingga umur cukup?
Haduuh…kenapa siih selalu berpikir pendek seperti itu. Pernikahan itu bukan hanya sekadar memenuhi hasrat selangkangan aja adek-adek. Apa bedanya kita dengan hewan kalau orientasinya itu doang. Coba perhatikan saat musim kucing kawin, para kucing itu ributnya luaar biasa karena hasratnya sedang menjulang tinggi. Setelah tersalurkan, selesailah urusan mereka, kucing betina hamil dan punya anak. Kalau hewan sih gak masalah, karena mereka tidak perlu membiayai, menyekolahkan dan mendidik anak-anaknya, karena mereka tidak punya akal untuk berpikir.
Itulah yang membedakan manusia dengan hewan, bahwa kita dibekali akal agar berpikir rasional, berilmu, bertindak berdasarkan ilmu dan rasio yang kita miliki ditambah dengan agama. Daripada mereka zina lebih baik dinikahkan saja. Yaaa.. makanya tugas orang tua untuk kasih tau dan didik anak-anak kita supaya jangan mendekati zina, beri pengertian pada anak-anak yang masih sekolah itu dampak buruk dari pacaran. Bekali mereka dengan pendidikan tanggung jawab, pendidikan seks yang benar sejak usia dini, bekali juga dengan ilmu agama. Berikan tauladan dari orangtuanya supaya tidak mendekati zina, jangan sampai orang tuanya duluan yang memberikan support pada anaknya untuk pacaran.
Apalagi dengan berita pernikahan anak SMP yang viral di Bantaeng itu, Si anak perempuan baru berusia 14 tahun, laki-lakinya berusia 15 tahun. Alasan mereka kebelet nikah karena si perempuan hidup sebatang kara, ibunya meninggal, bapaknya entah pergi ke mana. Dia takut bobok sendiri, itu sebabnya ia pengen nikah supaya ada teman bobo. Ealaaah dek, kalau cuma butuh teman bobok, kan masih bisa panggil saudara atau kerabat dekat untuk menemani kan dek? Menikah bukan jalan keluar satu-satunya kan?
Dari beberapa komentator berita viral itu ada yang mengatakan bahwa anak itu sebenarnya bukan butuh teman bobok, tapi butuh psikolog dan orangtua yang memperhatikannya. Memang betul dua anak itu butuh psikolog, bukan menikah. Kemana para gurunya? Kemana tetangganya? Jika ia sebatang kara kenapa tidak dimasukkan ke panti yatim piatu? Kemana pemerintah daerahnya? Emangnya kalau nikah, urusan ada teman bobok masalah selesai? Justru setelah menikah makin susah bobok loh dek…Gak percaya? Yang belum nikah nanti buktikan sendiri. Habis bobok berdua masalah teratasi? Malah yang ada setelah bobok berdua akan jadi bobok bertiga, berempat, dst.
Haduuhh dek…sejuta masalah akan menghadangmu di depan mata jika sudah berumah tangga. Sudah cukupkah mental dan raganya dalam menghadapi petualangan dan roller coaster kehidupan rumah tangga? Sudah paham belum hak dan kewajiban suami istri? Beraat dek…beraaatt…tidak semudah bobok memeluk boneka barbie
.

Saya aja, wanita yang menikah di usia cukup matang saja masih merasa kewalahan karena merasa kurang ilmu. Beberapa kali sempat stress juga menghadapi masalah rumah tangga. Toh pernikahan bukan semata urusan ‘teman bobok’ bukan? Pernikahan butuh banyak persiapan dan kekuatan mental yang nggak mudah, kalau mentalnya gak kuat bisa-bisa pondasinya akan rapuh dan bukan tidak mungkin pernikahan akan bubar jalan. Apalagi di usia SMP yang masih dalam masa puber-pubernya, emosinya pasti mudah labil.
Yang lebih mengherankan lagi jika ada yang mengatakan nikah muda adalah sunatullah. Justru Rasul bersabda dalam sebuah hadist: “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” [Muttafaq Alaihi]
Etapi, tulisan saya di atas bukan kontra sepenuhnya dengan pernikahan dini yah! Saya setuju dengan pernikahan muda, asalkan usia memenuhi syarat dan sudah siap lahir batin. Tetapi, saya lebih setuju lagi menikah saat benar-benar siap secara fisik maupun psikis. Karena menikah bukan cuma perkara kasur, bukan soal waktu sehari dua hari. Pernikahan berlangsung seumur hidup, kalau bisa. Jadi, perlu pemikiran panjang untuk hal ini.
Menikah itu ibadah dan karena ia bernilai ibadah, hingga menyempurnakan separuh agama, akan ada begitu banyak godaan juga bujuk rayuan setan di sana. Tahukah Dek, saat ada prosesi ijab qabul dan pernikahan dinyatakan sah, setan itu menangis dan murka, karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan bernilai ibadah tinggi. Oleh karena itu, perlu ilmu dan komitmen yang nggak main-main.
Dan di sini, untuk menjalani awal-awal pernikahan dengan gagah berani (nggak berakhir dengan pertengkaran-pertengkaran dan ucapan kata pisah segampang bilang putus kayak orang pacaran), diperlukan ilmu yang cukup, iman yang kuat, dan tekad sekuat baja. Cinta? Ahh.. cinta hanya menolong sekian persennya saja. Karena ketika kamu melihat keburukan dan kejelekan pasangan yang sebelum nikah ditutup rapat itu semua terpampang nyata, diperlukan kedewasaan cara berpikir, ilmu agama yang memadai, dan komitmen yang kuat untuk bertahan.
Buat adek-adekku sayang yang kebelet nikah padahal masih di bawah umur, sementara masih banyak cita-cita yang bisa diraih, padahal si gebetan belum ngasih sinyal-sinyal lamaran, padahal masih jomblo dan belum ada calon meski usia udah lewat dari cukup, yuk lebih baik belajar dulu dek yang benar. Nanti setelah cukup umur, dapat kerja dan masalah finansial teratasi baru mikirin nikah.
Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga pasangan. Karenanya harus berbesar hati menerima kekurangan pasangan kita. Ya, kata-kata itu sering didengungkan tapi terkadang sulit itu diterima dengan legowo. Memang nggak semua pasangan bakal mengalami hal yang sama sih. Tapi, tahun-tahun awal pernikahan itu berat dan akan menentukan ke mana arah pernikahan itu akan menuju. Serius.
So, masih mau menikah muda? Saya dukung asal sesuai hukum dan peraturan berlaku dan yang paling penting adalah luruskan niat, ya. Menikah karena ibadah dan mengikuti Sunnah Rasulullah. Bukan karena semata menghindari zina atau cari teman bobok, bukan semata karena teman-teman lain sudah pada nikah, bukan semata karena tekanan keluarga, dan lainnya.
Yuk, belajar ilmu agama, ilmu pernikahan dan siapkan bekal sambil menunggu jodoh yang tepat. InsyaAllah, belajar yang juga termasuk ibadah ini nggak akan pernah jadi sia-sia 

