Thursday, 28 December 2017

Keluarga Besar Dengan Banyak Anak, Yeay Or Nay?

Ehh…dosaa nggak yah…nguping pembicaraan orang yang awalnya gak diniatin? Kemarin itu saya beneran nggak niat buat nguping pembicaraan bapak-bapak teman kerjaku yang lagi ngopi-ngopi di belakang mess saat jam istirahat. Eh kuping tak dapat dihalangi untuk stay tune kan yah? haha., jadilah saya khusyu’ disitu mendengarkan cerita teman-teman kerjaku yang juga papah-papah muda ini di dekat tempat nyuci piring di belakang mess . Kebetulan mereka memang suka nongkrong disitu sambil masak air panas buat ngopi-ngopi.
Tenang saja..gak ada unsur ghibah kok di dalamnya, yang ada saya hanya berusaha mengambil hikmah..hikmah..dan hikmah. Jadi berasa deh..nyuci piring bagaikan menyelam sambil minum susu, sekalian memetik hikmah muehehe.
Cerita dari teman-temanku yang kemarin itu benaran lucu, unik dan mbikin mesem-mesem. Jadi ceritanya mereka lagi membahas keluarga besar alias keluarga dengan buaanyak anak (gileee..obrolan papah-papah jaman now ternyata asyik juga yah?). Ini setelah salah satu dari mereka mengomentari berat badan Juned yang tambah kurus sejak punya anak pertama.
“Ned, kok ngana makin kurus stau setelah punya anak kang? Kiapa so? Perasaan waktu habis nikah gemuk ngana kang?”, tanya salah satu dari mereka
“Iyo dang, kita ada begadang terus temani maitua jaga adek”, jawab Nedi
“Weitzz…papah muda yang siaga, boleh jo no itu”, komentar yang lain.
Kemudian pernyataan Nedi selanjutnya mbikin kami semua tersenyum simpul, tak terkecuali saya yang waktu itu sementara nyuci piring.
“Kong maitua ada hamil ley broh, padahal adek baru 3 bulan usianya, masih ASI pula, tambah pusing kita, mana gaji masih segini-gininya”, ujarnya. (oh..iya..di Sulut ini sebutan untuk bayi atau anak kecil itu adek).
Sontak pernyataannya ini membuat kami semua melongo sambil terperangah, ini karena kami semua tahu istrinya dia baru saja ngelahirin 3 bulan yang lalu, bahkan anaknya yang pertama saja belum di akikahin karena masih terkendala biaya, sekarang istrinya sudah hamil lagi anak yang kedua.
Selanjutnya, saya mendengar komentar teman-temanku yang bikin saya ngakak sampai terpingkal-pingkal gak karuan (masih di tempat persembunyianku tentunya) haha
“Hah? Kong bagaimana dang? Ngana sih terlalu lincah Ned, kase jo pa Iman yang so kaweng 3 taon mar belum dapa anak ley kaseang” (ampuunn..dikiranya anak bisa di alih-alihkan apa? Yakali..kalau anak bisa dibarter-barter dengan barang gitu)
“Kiapa nyanda KB so maitua? Kita pe maitua aja ada KB mar masih jebol juga Ned” hahaha.
“Sudah jo dulu batambah-tambah adek Ned, atau nanti-nanti jo lagi, mana penghasilan gak jelas gini”.
“Bukannya habis ngelahirin kan nifas 40 hari toh Ned? Ngana nyanda istirahat so? Langsung ‘main’ lagi setelah nifas selesai? Pelan jo kwa, nyanda usah balaju kali (asliii..gegara koment ini saya setengah mati nahan tawa, hampir aja ketahuan kalau lagi nguping wkwkwk).
“Iyo Ned, harusnya ngana hitung-hitung masa subur maitua, pintar-pintar kalau mau KB alami”, nimbrung yang lain lagi.
Juned hanya menjawab kalem semua komentar-komentar mereka;
“Kita ley nimau secepat ini kwa, mar kita pe maitua gampang sekali mau hamil. Sudah minum kiranti 5 botol sama makan nenas biar itu adek mau keluar mar nyanda noh, kita ley pusing ini so mo bertambah personil mar gaji masih bagini”
Mendengar jawaban Nedi, saya yang masih bertahan di tempat persembunyianku, gak tahan lagi untuk gak ikutan berkomentar, sepertinya ada yang harus diluruskan dari pemikiran mereka-mereka ini. Saya tahu kegelisahan mereka yang tidak jauh-jauh dari soal menafkahi keluarga, di tengah penghasilan mereka yang ‘hanya’ karyawan harian yang gajinya kadang gak menentu (masuk kerja digaji, gak masuk yah gak gajian), sehingga pastinya masalah finansial menjadi beban tersendiri buat papah-papah muda ini.

Oh..iya sekilas tentang temanku si Junaedi ini, dia memang berasal dari keluarga broken home, orang tuanya bercerai saat ia masih balita karena perbedaan keyakinan. Ayahnya kembali ke keyakinan asalnya Kristen, sedangkan ibunya karena gak mau ikut keyakinan ayahnya mereka memilih bercerai dan akhirnya mereka menikah kembali dan memilih menjalani kehidupan masing-masing. Junaedi ikut ibunya dan hidup bersama ayah dan saudara-saudara tirinya. Dia sering sharing sama saya karena kebetulan Ibunya juga orang Makassar dan dia pernah kuliah di Universitas 45 meskipun gak selesai, jadi lumayan dekatlah saya sama dia. November 2016 tahun lalu dia akhirnya menikah dengan pacarnya yang masih kuliah (otomatis dia juga menanggung biaya kuliahnya setelah menjadi istrinya), tidak menunggu waktu lama istrinya langsung hamil dan bulan Agustus 2017 kemarin baru saja ngelahirin putra pertamanya. Bebannya makin bertambah karena bulan Maret 2017 kemarin ayah tirinya meninggal dunia, sehingga semua adek-adeknya (4 orang) yang masih kuliah dan sekolah otomatis akan menjadi tanggungannya juga mengingat ibunya hanya IRT, dan ayah tirinya bukanlah pegawai negeri yang meninggalkan uang pensiunan janda, karena itu wajar saja jika dia bertambah pusing menghadapi kenyataan istrinya hamil lagi, karena itu berarti beban tanggungannya makin bertambah. Di usianya yang masih 25 tahun dia harus menjadi tulang punggung 2 keluarga sekaligus.

Karena penghasilan yang kadang gak mencukupi, teman-temanku disini memang terkadang harus berhutang sama kami para staff, terkadang juga berutang di warung yang dibayar tiap Sabtu setelah mereka gajian. Namun, kami berusaha mengerti karena mereka berutang memang hanya untuk keperluan primer (untuk beli beras, beli susu anak, biaya sekolah anak, dan biaya pengobatan jika ada anggota keluarga mereka yang sakit), karena itu saya memaklumi pemikiran-pemikiran mereka yang mungkin beranggapan kalau ‘nambah anak’ berarti nambah beban financial ataupun nambah masalah baru’.
Dan akhirnya saya ikutan nimbrung juga di tengah keseruan bapak-bapak ini ngebahas masalah tadi.
“Kenapa Ned? Firda hamil lagi yah? Alhamdulilah ya Ned, rezki itu broh, jangan di tolak! Kok mau digugurkan anaknya? Kan si baby gak berdosa!” (entah kenapa perasaanku langsung sensitif dengan hal-hal yang berhubungan dengan baby, apa pengaruh hamil kali yah? Makanya jadi lebih empati sama hal-hal beginian, apalagi saat mendengar baby yang tak berdosa mau digugurkan ‘hanya’ karena perasaan takut masalah financial, gak adil aja gitu, toh gak ada bayi yang minta di lahirkan).
“Iya Mba Tris, tapi kami belum siap, istri juga masih lemah, apalagi adek juga masih nyusu, kasihan kalau harus terputus, terlebih lagi karena masalah finansial.”
“Ned, percaya deh setiap anak yang terlahir itu sudah dijamin rezkinya sama Allah, sedangkan Cicak aja yang hanya diam-diam merayap di dinding bisa dapat nyamuk yang terbang kesana kemari. Kalau kita pikir Allah tidak adil kan? Kenapa Cicak yang cuma bisa merayap ditakdirkan makanannya nyamuk yang bisa terbang? Kalau si nyamuk mau pasti gampang sekali mempermainkan si Cicak kan? Namun tidak, Allah Maha adil, Dia mendatangkan si Nyamuk buat menjadi makanan si Cicak, yang penting si Cicak ada usaha dan ikhtiar mencari makan, meskipun usahanya hanya diam-diam dan merayap. Hewan aja dijamin rezkinya, apalagi kita manusia, asalkan mau berusaha aja Ned.”
“Nah., betul itu buk’, anak juga itu rezeki. Iman saja udah setengah mati usaha kiri kanan, sudah pijat sana pijat sini biar istrinya hamil, namun sampe sekarang belum isi, padahal udah pengen sekali mereka punya anak, kata temanku mengomentari kata-kataku.”
Saya kemudian melanjutkan “Jadi Ned, maitua subur dan gampang hamil harusnya di syukuri, kalian enak itu, gak lama nunggu langsung dikasih anak sama Allah, saya aja yang menanti 9 bulan udah galau sana sini loh Ned, jadi di support aja istrinya, jangan malah di tambah kegalauan istri dengan menjadikan anak yang dikandungnya sebagai beban”.
“Iyah buk..hehe..siang-siang dapat wejangan dari bumil. Mungkin udah jalannya kali yah buk’? Terpaksa disyukurilah kalau gitu”
“Kok jadi terpaksa? Bilang ‘Alhamdulilah’ gitu napa? Hehe..

Disitulah kuasanya Allah, di satu kubu ada yang mengatur jarak kelahiran dengan memasang KB, di sudut lain ada yang hamil lagi dengan jarak sangat rapat. Jika mendengar obrolan yang beginian, saya langsung kepikiran masa-masa galau menanti untuk hamil. Di sisi kehidupan yang satu ada yang mengatur sedemikian rupa biar nggak hamil lagi, di sisi yang lain ada yang pontang-panting usaha biar bisa hamil. Bagaimanapun keadaan dilapangan, saya percaya bahwa setiap pasangan punya alasan masing-masing untuk urusan ini.
Untuk saya pribadi yang juga berasal dari keluarga besar dan subur, saya sangat bersyukur punya saudara yang banyak, bisa saling tolong menolong di saat kesusahan, saling memberi solusi di saat ada masalah, dan saling mengurusi di saat ada yang sakit. Tante dan om dari pihak mama juga anaknya banyak-banyak, jadi punya sepupu yang banyak juga kebahagiaan tersendiri, apalagi kalau ada acara keluarga, banyak yang bantuin, sampai itu panggung acara udah gak cukup jika semua sepupu-sepupu ngumpul untuk foto bareng, tapi disitulah keseruannya muehehe.
Baru-baru ini juga saya dibuat tersepona oleh Gen Halilintar, sebuah keluarga dengan 11 anak yang rapat-rapat dengan perawatan dan pendidikan terbaik. Woww…Emejing kan? Jauh sebelum ini, saya juga pernah takjub saat melihat 10 bersaudara bintang Al-qur’an, 10 bersaudara dan semuanya hafal Al Qur’an. Masya Allah.
Etapi, itu keluarga gen halilintar kan tajir bo’, jadi punya anak segambreng juga nggak masalah, finansialnya gak bakal goyang, pun dengan 10 bersaudara yang hafal Al Qur’an itu juga Wow, orang tua mereka kan anggota DPR RI, nah bagaimana kalau kami yang punya anak segitu? Sedangkan kehidupan ekonomi berdua dengan suami saja masih ISIS (ini susah itu susah), sedangkan keperluan di masa akan datang kan semakin banyak? <—— Nah..ini dia salah satu contoh bisikan setan .
Namun saya percaya, sebagai seorang muslim, tempat kembalinya segala urusan adalah aturan Allah dan Rasul-Nya. Dan ternyata Rasulullah memang menganjurkan untuk memiliki keturanan yang banyak, tanpa ada syarat harus kaya dulu. Catet! GAK MESTI KAYA DULU! Ada haditsnya kok, Dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Seorang lelaki pernah datang (menemui) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan seorang perempuan yang memiliki kecantikan dan (berasal dari) keturunan yang terhormat, akan tetapi dia tidak bisa punya anak (mandul), apakah aku (boleh) menikahinya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak (boleh)”, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk kedua kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan bertanya lagi) untuk ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak anak), karena sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya jumlah kalian) dihadapan umat-umat lain (pada hari kiamat nanti).”
Demikian pula keumuman hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan memiliki anak yang saleh, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah (pahala) amal (kebaikan)nya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya dengan diwakafkan), atau ilmu yang diambil manfaatnya (terus diamalkan), atau anak shaleh yang terus mendoakan kebaikan baginya.” (HR Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan lain-lain, dishahihkan oleh al-Buushiri dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahiihah, no. 1598)

Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya: Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.” (Kitab al-Maudhuuaat (2/281), al-‘Ilal mutanaahiyah (2/636) keduanya tulisan imam Ibnul Jauzi, dan Silsilatul Ahaaditsidh Dha’iifah” (no. 3580))

Haditsnya sampai panjang begitu, Masya Allah.

Semoga kita bisa menjadi kontributor akan banyaknya umat Nabi Muhammad di akhirat kelak. Semoga Allah mengkaruniakan kepada kita keturunan yang banyak dan sholeh/sholehah. Aamiin. Anak adalah rezki dari Allah, maka Allah pun yang akan menjamin rezki-rezki mereka. Jadi ayo ikut program KBBA (Keluarga Besar Banyak Anak) .

Thursday, 21 December 2017

Umur Just Number

Hampir saja saya lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku kalau saja mama dan orang rumah tidak nelpon tadi pagi memberi selamat. Sebenarnya di usia segini (29 tahun), saya udah gak begitu peduli lagi dengan ulang tahun apalagi dengan perayaannya (maklum..udah orang jaman old, bukan abegeh lagi yang masih nunggu-nunggu ucapan apalagi kado) haha. Tapi mengangkat sebuah panggilan di hp dan mendengar doa dari orang-orang terdekat ternyata masih appreciate rasanya, membaca pesan-pesan penuh harap akan keberkahan usia , ternyata masih mengharukan, apalagi karena mereka masih mengingat my ultah dan mengucapkan ucapan selamat, ternyata masih begitu membahagiakan rasanya 😍.
Bagi saya sekarang..Umur just number, tidak ada yang istimewa disana. Usia hanyalah kumpulan angka yang sama sekali tidak memberi dampak bagi kebaikan hidup seseorang kalau kita sendiri tidak berusaha berubah ke arah yang lebih baik.  Sebab Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali ia sendiri yang berusaha merubahnya, sesuai firmanNya dalam Al Qur’an.
Seringkali kita melihat ada segolongan manusia yang umurnya kian hari kian mendekati batas akhir namun adab dan prilakunya tidak memberikan cerminan kedewasaan. Tidak ada jaminan memang bahwa umur semakin menua, maka perilaku pun semakin membaik, jika bukan karena usaha kita untuk memaksakan diri ini menjadi seseorang yang lebih baik dari hari ini.
Perubahan umur hanya mengubah kulitnya tapi belum tentu dengan isinya, hari-hari yang terlewati hanya membuat kita semakin tua secara angka, tapi tidak semakin dewasa jika kita tak berpayah-payah mengusahakannya.
Maka tak heran ada yang umurnya masih belia, namun pemikirannya dewasa karena ia tak letih berusaha, ataupun ia sudah mengalami pengalaman hidup yang pahit sehingga membuatnya lebih dewasa. Namun, ada juga orang yang umurnya *harusnya* udah dewasa, namun perilakunya malah lebih labil dari anak abegeh.
Yah..tua itu adalah keniscayaan karena angka itu tak terbatas, tapi dewasa itu pilihan yang mutlak. kehadirannya senantiasa butuh usaha .
Maka, di usia 29 tahun hari ini, saya hanya ingin berusaha agar umur yang bertambah dapat membuatku semakin dewasa, menjadi insan yang semakin bertaqwa, dan menjadi hamba yang semakin mendekatkan diri kepadaNya. Amien.

Thursday, 14 December 2017

The First Trimester (1-3 Month)

“Alhamdulillah…”
Mungkin itu adalah salah satu ungkapan syukur yang sering kali terdengar oleh sebagian besar pasangan pengantin baru yang baru saja figured out kalau sang istri tengah hamil. Begitu pula dengan saya tentunya 
Waktu pertama kali mengetahui kalau saya hamil, jujur saya pikir kondisi saya sama saja dengan kondisi seperti biasanya. Perbedaan yang (menurut saya waktu itu) mungkin terjadi paling-paling hanya mual atau muntah di sertai dengan perubahan perut yang semakin hari semakin membesar seiring perkembangan janin haha..Ternyata saya salah besar. Maklum, saya belum ada pengalaman, ini adalah kehamilan pertama saya. Meskipun sudah banyak melihat kakak-kakak saya hamil, tapi waktu itu saya tidak terlalu ingin kepo, baru setelah mengalami sendiri keponya makin menjadi-jadi hehe.
Di kehamilan ini banyak perubahan secara fisik terutama psikis yang saya alami. Meskipun di trimester pertama ini perubahan fisik belum terlalu nampak, namun perubahan psikis begitu terasa, apalagi di tengah kondisi yang mengharuskan saya menghadapi kehamilan seorang diri, membuat diri ini menjadi lebih sering labil.
Hari ini usia kandungan saya sudah memasuki pekan ke 14, rasanya campur-campur, sedikit galau namun lebih banyak senangnya hehe. Sebagian perempuan saat melewati kehamilan biasanya akan lebih santai sebab di dampingi suami atau minimal dekat dengan keluarga. Namun untuk perempuan dengan pengalaman merasakan ‘kehamilan pertama’ di rantau yang jauh dari keluarga, tanpa di dampingi suami juga, saya yakin hari-hari kehamilan yang terlewati diliputi banyak kekuatiran.
Apakah ini normal? Iya, saya menganggap ini normal. Saya terus saja membisiki diri bahwa kekuatiran yang saya rasakan adalah hal normal sambil terus berjuang untuk berpikiran positif bahwa semua akan baik-baik saja. Jujur nggak gampang, tapi harapan saya untuk melahirkan anak yang sehat menjadi kekuatan tersendiri melewati hari-hari di trimester pertama ini meskipun seorang diri.
Setelah melewati hari-hari yang terbilang berat -hamil di rantau, jauh dari suami dan keluarga- finally saya berada dihari ini, saya berhasil melewati trimester pertama dengan baik-baik saja. Mual, muntah-muntah, pusing dan mabok saat trimester pertama ini jadi berasa angin lewat saja saat saya membayangkan akan ada bayi mungil yang kelak akan memanggil saya ibu.
Saya sengaja menuliskan pengalaman saya selama tiga bulan ini di blog agar kelak nanti bisa dibaca-baca lagi (anak saya juga bisa baca pas dia sudah besar)
09 October 2017 (4w5d)
Hari ini terlewati dengan syahdu saat saya pertama kali mendatangi dokter kandungan untuk menceritakan hasil tespack yang saya dapatkan. Awalnya saya agak was-was menceritakan hasilnya. Rasa deg-degan, penasaran, dan bahagia bercampur menjadi satu. Saya mendatangi dokter hanya seorang diri saja, suami sedang bekerja di kota yang berbeda dengan saya, saya memaklumi hal ini. Setelah USG saya melihat raut wajah dokter seperti ada sesuatu yang aneh, dokter mengatakan bahwa dari hasil USG belum terlihat kantong kehamilan. Perasaan saya, duuuh langsung galau..hehe. Namun setelah USG transvaginal alhamdulilah sudah ada kantong kehamilannya meskipun masih sangat kecil dan setelah tespack kedua, garis duanya lebih jelas. Dokter kemudian menyuruh saya datang lagi bulan depan untuk kontrol.
17 November 2017 (10w6d)
Waktu bergerak sangat cepat, sebulan berselang dari pemeriksaan pertama, hari ini saya kembali lagi ke dokter untuk konsultasi. Namun karena ada kesalahan teknis, akhirnya saya terpaksa ganti dokter (kali ini saya periksa ke dokter kandungan laki-laki), sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari awal kehamilan sebenarnya saya sangat ingin ditangani oleh dokter wanita dan muslimah juga, eeh..qodarullah gak taunya kali ini dapat dokter kandungan laki-laki dan kristen pula , mungkin beginilah kalau ditakdirkan hamil di daerah yang mayoritas penduduknya beragama kristen, apalagi rumah sakit Siloam Manado ini memang rumah sakit kristen, jadi ya sudahlah pasrah terima nasib saja. Karena tidak ada pilihan lagi waktu itu dan kondisi tidak memungkinkan untuk ke dokter wanita, akhirnya saya pasrah ditangani dokter laki-laki. Dokter yang menangani saya kali ini ternyata adalah dokter favorit di Siloam Manado, alhasil antrian bejubel, sempat pegel juga saat ngantri. Namun, masya Allah dokter ini sangat menyenangkan dan ramah sekali, kata-kata dan kiat-kiat menjalani kehamilan yang di berikannya bisa menenangkan pasien.
Seperti pemeriksaan pertama, saya masih sendiri. hehe. Suami belum bisa menemani. Melihat bumil-bumil lain yang selalu setia di dampingi suami saat ngantri dan konsul, saya berusaha untuk tidak baper. Sekarang yang saya prioritaskan hanyalah kesehatan si baby, gak ada waktu buat baper-baperan apalagi meratapi nasib yang harus sendiri, saya berusaha untuk gak lebay.
Setelah prosesi pemeriksaan, alhamdulillah, janin dalam kandungan saya sudah terlihat. Alhamdulillah ya Allah. Momen ini adalah momen yang sangat mengharukan bagi saya. Saat di USG saya melihat janin mungil bergerak-gerak, saya semakin kehabisan kata-kata saat mendengar detak jantungnya. Semua yang saya rasakan di trimester pertama ini terbayar lunas dengan pemandangan itu.
Usia kandungan saya sudah masuk pekan ke 10 waktu itu. Alhamdulillah Allah selalu memberikan kemudahan. Sampai di pekan ke 10 ini, mual-mual dan pusing-pusing yang saya rasakan masih bisa saya atasi seorang diri. Perubahan fisik belum terlalu kelihatan, hehe, timbanganku juga belum naik-naik masih segitu-gitu aja (pengaruh malas makan dan mabok di trimester pertama kali yah?). Tapi alhamdulilah janinnya sehat-sehat, insya Allah nanti bisa gemuk juga, ngarep.
13 Desember 2017 (14 W)
Haaa udah Desember aja? Gak berasa banget yah? Hari ini saya memeriksakan diri ke bidan di puskesmas. Saya memang sengaja ingin mengkolaborasi pemeriksaan kehamilanku antara dokter kandungan dan bidan, biar saya bisa lebih banyak menyerap ilmu dan mengetahui lebih banyak seluk beluk kehamilan dari dua sumber yang berbeda. Antriannya lumayan panjang bo’, maklum di puskesmas sini memang pemeriksaan kehamilan dikhususkan di hari Rabu, lumayan seru juga melihat ibu-ibu hamil pada ngumpul kayak ngantri sembako hehe.
Kandungan saya sudah berumur 14 Pekan. Oleh bidan saya di kasih tablet penambah darah dan biskuit untuk ibu hamil (ini setelah saya ngeluh kalau masih susah makan).
Soal ngidam, ada sih, tapi karena jauh dari suami dan keluarga, dan gak enak ngerepotin orang terus, apalagi yang direpotin suaminya orang, meskipun istrinya gak masalah tapi kan gak enak juga bo’, akhirnya banyak keinginan ngidam saya yang tidak bisa terpenuhi, tapi sejauh ini tidak jadi masalah. Alhamdulillah.
*****
Alhamdulilah trimester pertama ini terlewati dengan sukses, walaupun sempat diiringi kegalauan saat awal-awal tahu kalau sedang hamil, karena trimester pertama ini benar-benar saya hanya sendiri, tapi rasa galau itu tertepis dengan sendirinya, saya terlalu bahagia. Do’akan ya semoga semua baik-baik saja, saya dan si kecil sehat-sehat, lahiran lancar-lancar. Aamiin.

Sunday, 3 December 2017

Mengisi Kehamilan Dengan Buku Bergizi

Salah satu resolusi dan prioritas saya mengisi kehamilan kali ini adalah memiliki waktu-waktu khusus untuk membaca, khususnya buku-buku tentang kehamilan dan parenting. Selain karena membaca juga termasuk kegiatan positif, juga aktifitas membaca saat hamil bisa memberikan manfaat bagi janin. Beberapa manfaatnya adalah sebagai bentuk komunikasi ibu dan bayi sehingga bisa mempererat hubungan batin ibu dan bayi (saat janin sudah bisa mendengar suara), juga bisa meningkatkan kemampuan bahasa dan kinestetik sejak dini, sehingga akan merangsang perkembangan kecerdasan otak bayi kelak ketika lahir.
Untuk sementara ini ada beberapa list buku yang akan saya baca sampai beberapa bulan ke depan, nggak banyak sih, saya sengaja tidak menargetkan banyak buku biar nggak keteteran nantinya jika gak terpenuhi hehe. Inilah beberapa listnya:
1. Mencetak Generasi Rabbani Karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan.
Buku ini adalah kado dari K’Ina temanku di ODOJ waktu saya menikah. Waktu itu K’Ina memberi hadiah ini, katanya buat persiapan jadi orang tua biar nantinya bisa mencetak anak-anak Rabbani yang mengakar tauhid di dadanya. Udah beberapa kali niat mau baca, tapi belum sempat-sempat, dan sekarang buku ini dipinjam K’Ira waktu pulang cuti kemarin. Sekarang udah ada di rumah di tamalate, saya menargetkan mengkhatamkan buku ini setelah balik cuti nanti, in syaa Allah.
2. 5 Guru Kecilku Bagian 1 & 2 Karya Kiki Barkiah
Buku ini kubeli 2 minggu yang lalu, saya titip ke temanku saat dia ke Jakarta. Awalnya karena saya jatuh cinta dengan penulisnya yang selalu memposting status-status penuh hikmah di facebook, dan alhamdulilah status-statusnya ini dibukukan di buku ini. Baru kubaca setengahnya tapi buku ini sudah mengagumkan bagi saya. Saat membaca bagaimana teh Kiki mengasuh dan mendidik kelima anaknya saat harus merantau di USA tanpa keluarga dan mendidik anaknya dengan homeschooling, saya hanya bisa bergumam “wow..amazing!” . Buku ini membuat saya mengangguk-ngangguk takzim sambil merenung, dan saya merasa beruntung karena bertemu buku ini sebelum diperhadapkan pada pengasuhan anak.
Oh iya..saat membaca bagian ini saya langsung nangis “Memandang kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai bagian dari ibadah kepada Allah akan melahirkan sikap yang berbeda menjalankannya, begitu juga dengan nilainya di mata Allah. Tentu akan sangat berbeda rasanya bila dibandingkan dengan para wanita yang melihat kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai tambahan beban apalagi hambatan mereka dalam mencapai karir. Karena kesulitan dalam menjalaninya adalah sebuah keniscayaan, maka sangat disayangkan jika kita menjalankannya tanpa memandangnya sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah ( halaman 12-13). 
Saya jadi merasa tertampar-tampar saat membaca kalimat itu, yah..terkadang saya masih sering mengeluh menjalani kehamilan ini, mungkin karena saya masih menganggap bahwa kehamilan ini sebagai beban, namun sekarang saya sadar bahwa sendiri dan jauh dari suami bukanlah pembenaran bahwa kita bisa mengeluh, dan hendaknya menjadikan kehamilan ini sebagai ibadah dan anugrah dari Allah yang harusnya disyukuri bukan malah dijadikan beban.
3.  Kitab Hamil Terlengkap (WHAT TO EXPECT WHEN YOU’RE EXPECTING) Karya Heidi Murkoff
Buku ini dipinjamkan temanku, dia menyuruhku membaca buku ini saat dia tahu kalau saya sedang hamil. Buku ini adalah hadiah dari suaminya dulu saat dia hamil. Awalnya sempat ngeri juga ngelihat bukunya yang tebalnya udah kayak bantal (saingan dengan buku Harry Potter) hehe. Buku ini populer dan best seller di seluruh dunia, telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa dan bener-bener jadi kitab bagi para ibu hamil karena emang lengkap banget. Gak sekedar membahas perkembangan janin, tapi juga masa-masa persiapan kehamilan, melahirkan, sesudah persalinan, masalah-masalah kehamilan, dan juga jawaban atas pertanyaan dan mitos-mitos yang beredar di sekeliling kita. Isinya juga sesuai dengan perkembangan zaman, seperti bahasan tentang gentle birth, water birth, hypnobirthing, sampai painkiller saat persalinan juga ada. Buku ini akan memandu kita untuk melalui semua aspek proses bersalin dan melahirkan yang luar biasa. Complited banget dah pokoknya, saya jadi merasa wajib juga untuk memilikinya, mungkin nanti jika ke gramedia saya juga akan hunting buku ini.
4. Ayah Bunda Jadikan Aku Hafidz Qur’an Karya Muhammad Mahfudz bin Muhammad Ayyub
Buku ini belum kubaca apalagi kutemukan, saya hanya membaca review temanku di blognya dan berniat akan mencari buku ini. Beberapa langganan toko buku onlineku juga kehabisan stock buku ini. Namun dari review temanku, saya merangkum beberapa point dalam buku ini, yaitu bagaimana orang tua mendidik anak dengan Al Qur’an karena kado terindah dari seorang anak yang menghafal Al Qur’an untuk orang tuanya di akhirat begitu indah yaitu “Dipakaikan di atas kepalanya mahkota yang megah, dan dipakaikan kepada kedua orang tuanya jubah kemuliaan yang sama sekali tidak pernah dikenakan oleh penduduk dunia. Lalu keduanya berkata; mengapa kami berdua dipakaikan pakaian ini? Maka dikatakan pada keduanya, semua ini karena anak kalian menjadikan Al Qur’an sebagai sahabatnya”. Masya Allah.
Setelah membaca kabar bahwa kado terindah untuk para orang tua yang anak-anaknya menghafal qur’an , selanjutnya adalah mupeng, iih..mau banget. Nah, orang tua mana sih yang tidak menginginkan anak-anaknya menjadi penghafal kitabullah? Pasti semua ngacung,,,mauuu..mau..,karena itu buku ini akan kucari sampai ketemu hehe.
5. Rumah Cinta Hasan Al Banna Karya Muhammad Lili Nur Aulia
Saya beli buku ini sekitar setahunan yang lalu. Sudah pernah baca sebagian isinya, tapi mungkin karena belum ada bayangan kapan nikah apalagi punya anak jadi nggak dapat feelnya. Hehe. Selama kehamilan ini saya membaca beberapa buku kesemuanya ada disekitar kehamilan dan parenting, lebih kepada fokus saya sebagai perempuan, namun buku ini pembahasannya laki banget. Bercerita tentang sosok Hasan Al Banna, seorang suami dan ayah yang kebaikannya begitu mengesankan keluarganya. Lewat buku ini kita diajak menyelami bagaimana kekaguman serta rasa hormat anak-anak kepada ayahnya. Buku ini menjelaskan begitu manis interaksi Hasan Al Banna dengan keluarganya, dan kesemuanya membuat saya takjub. Masya Allah, berkali-kali saya bergumam bahwa anak mana yang tidak akan jatuh hati pada ayah yang demikian mengagumkan perangainya. Bagaimana seorang ayah (Hasan Al Banna) mentarbiyah keluarganya dan kemudian ia menjadi contoh dan figur teladan terdepan buat anak-anaknya. Terhadap sang istri apalagi, beliau tidak segan-segan membantu meringankan beban istrinya. Point yang paling penting dari buku ini adalah keterlibatan seorang ayah dalam mendidik anak sangatlah penting, maka wahai para ayah bekali diri dengan ilmu dan tata kembali keimanan dan visi misi mau dibawa kemana keluarga kalian. Pokoknya buku ini recomended banget deh buat yang bergelar laki-laki ,calon suami, suami, dan ayah.
6. Membuat Anak Gila Membaca Karya Faudzil Adhim
Sebenarnya sih hoby saya ini yang suka membaca, tapi entah kenapa ingin kutularkan nanti sama anakku, biar ada temannya kalau ke toko buku haha. Untuk sementara buku ini masih ada di Makassar, bahkan sampulnya pun belum kubuka, padahal udah lama dibeli hehe. Tapi target saya akan menyelesaikan buku ini sebelum ngelahirin, jadi belum bisa kasih review hehe.
7. Bunda Sayang Karya Komunitas Institut Ibu Profesional
Membaca buku ini apalagi pas sedang hamil seperti sekarang, rasanya buku-buku sejenis ini jadi serasa nampar-nampar pas dibaca Ya ampun, dengan saya seperti sekarang ini, nantinya saya akan jadi ibu model apa. Buku ini jadi semacam tuntunan tentang ilmu dasar dalam mendidik anak.
Itulah beberapa buku yang akan saya baca selama 9 bulan ini, Insya Allah .

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...