Tuesday, 23 April 2019

KPU...Semua Mata Tertuju Padamu

Sebenarnya saya udah malas ngebahas pemilu gaes, hanya saja jempol aye gemes ngeliat timeline yang penuh dengan berita KPU yang 'katanya' salah input data karena 'HUMAN ERROR'.

Owh..really?

Sebuah instansi besar sekelas KPU yang sudah berpengalaman, yang mempunyai banyak tenaga ahli, yang personil-personilnya harusnya sudah terbiasa bekerja dengan data dan angka-angka, kok bisa sampai melakukan kesalahan input terus-terusan, bahkan sampe 9 daerah?
Hmm..Yow wes, anggaplah kita berkhudznudzon ajalah yah, anggap aja 'human error' beneran, tapi kok kesalahannya sama dan polanya gitu-gitu aja macam kaset rusak, jumlah suara 01 mengembang terus seperti udah dikasih fer**pan, dan jumlah suara 02 nyusut terus seperti habis disunat, kan rakyat jelata macam ane jadi berpikir, IS THIS REALLY JUST 'HUMAN ERROR'? ''HUMAN ERROR'' OR ''HUMAN ORDER''?

Padahal kalau mau dibandingin dengan tugas para panitia dan saksi di TPS, tugas KPU adalah yang paling mudah, semuanya udah beres, tinggal nyalin doang angka yang tertulis di form C1 ke server pusat, ye kan Pak? Kenapa harus sering salah input padahal udah ada contekannya? Apakah gak dicek dulu sebelum di publish? 😆

Apapun alasannya 'kelalaian' yang berulang-ulang dan berpola sama, sulit untuk dimaklumi dan dianggap wajar. Wong karyawan alf*m**t aja yang salah input jumlah sabun colek bisa kena sanksi bahkan dipecat, apalagi ini yang berhubungan dengan demokrasi sebuah negara, ye kan?

Please, bapak-bapak para personil yang diberi wewenang di KPU...

SEMUA MATA TERTUJU PADAMU!!!
Sebagai wasit dari pertarungan demokrasi ini, bekerjalah dengan lebih profesional, jujur, adil, dan independent. Kalian digaji pakai uang rakyat, maka jadilah penyelenggara pemilu yang anti kecurangan, jujur dan adil sesuai amanah rakyat. Hargailah petugas TPS dan KPPS yang sudah bekerja siang malam berkorban tenaga, waktu, dan pikiran mereka dengan menginput data sesuai fakta form C1 dilapangan, karena mereka bekerja keras hanya demi terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil.

Jangan nodai demokrasi hanya karena sekelompok orang, golongan, dan kepentingan tertentu, karena itu melukai hati rakyat.

Kepada siapa lagi kami percaya jika lembaga negara saja sudah tidak netral? Kalau wasit dan hakim garis saja sudah ikutan main, bagaimana penonton bisa diam saja? Haruskah penonton juga turun ke lapangan hanya karena wasit sudah diragukan kualitas dan akuntabilitasnya?

Rakyat sudah pintar, sudah bisa menilai dan melihat mana yang benar dan salah, diatas semua itu ada Allah yang mempunyai CCTV yang tak terjangkau, tidak ada satupun perbuatan yang luput dari penglihatan-Nya.

WE WATCH YOU ALL..!!!
Note: Ini bukan soal menang dan kalah, namanya juga kompetisi, pasti ada yang menang dan kalah, hanya saja jangan sampai menang dengan cara mendzolimi orang lain.

Friday, 19 April 2019

Dua Tetap Dihati

Hingga detik ini saya masih merasa yakin, Haqqul yakin kalau Presiden pilihan saya adalah juga presiden pilihan rakyat yang memenangi pilpres kali ini 😍

Iih..jangan jumawa dulu, ntar kalau hasil KPU keluar trus 02 kalah kamu juga kan yang malu, Tris?

Bahkan jikapun kelak, setelah semua perjuangan, ikhtiar, dan usaha yang telah kita lakukan, kemudian keputusan KPU keluar dan tetap diputuskan bahwa pilihan kami kalah dan hasilnya seperti yang sudah dirancang oleh para organizer Quick Count dan para pemilik TV itu, saya masih tetap BANGGA😍.
DUA TETAP DIHATI😘😘

Seriously?
Ciyus dah, saya bangga sudah berada dalam barisan para ulama dan insan-insan sholeh lainnya pendukung 02. 
Gak sedih tuh kalau ntar 02 akhirnya kalah?
Kalau kalah karena faktanya demikian, insya Allah kami tidak sedih, karena kekalahan kami adalah kekalahan terhormat, namun akan beda ceritanya jika ini adalah bagian dari skenario untuk memenangkan 01.

KEEP STRONG INDONESIA!!!

KEEP STRONG PARA PENDUKUNG 02!!!
Harapan itu masih ada..
SIAPAPUN nanti presiden yang terpilih telah tertulis di Lauhul Mahfuz, tapi dimana kita berpihak itulah yang akan kita pertanggung jawabkan nanti dihadapan Allah. 

Allah Maha Melihat..

Malaikat akan mencatat..
Dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.

Sunday, 14 April 2019

Pemimpin Pilihan Ulama

Bukannya saya mau ngomongin politik nih yah, cuma ada yang nginbox diriku di fesbuk minta saya nulis tentang pilpres.
” Mba, kok pilpres ini tulisannya sepi sih? Padahal waktu Pilgub dulu hampir tiap hari nulis tentang Ahok”, katanya.
Yow wes, akhirnya saya nulis juga di sela-sela momong Nafiz. Sepertinya memang issue pilpres lagi hangat-hangatnya menjelang Pemilu yang hanya tinggal menghitung hari lagi.
Beberapa hari ini hati saya gerimis dan mata saya berair saat mendengar kesaksian Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat yang menyatakan dukungannya kepada paslon 02.
Masya Allah, jujur saya merinding saat UAS bilang ada ulama yang kedalaman agamanya tidak diragukan lagi bermimpi 5x tentang pak Prabowo, dan saya yakin mimpi ulama yang mahfum ilmu agamanya ini pastilah bukan sembarang mimpi, mimpi beliau insya Allah adalah sebuah petunjuk dari Allah S.W.T.
Kemudian saat UAH bilang beliau akan menjadi orang pertama yang bersaksi di akhirat nanti jika pak Prabowo terpilih dan menjadi pemimpin yang amanah, beliau juga berdoa siang malam untuk pemimpin adil untuk Indonesia, tambah gerimislah hati ini 😰
Hati saya tambah mengharu biru saat Aa Gym di sela-sela sakitnya dengan tangan yang masih diinfus masih menyempatkan diri bertemu pak Prabowo dan Sandi sekaligus mendoakan mereka agar kedepan bisa menjadi pemimpin yang amanah dan adil.
Belum lagi para ulama-ulama lain (Ust Bachtiar Natsir, Ust.Arifin Ilham, Syaikh Ali Jabir, Ust Hanan Attaki, Ust Salim Fillah dan ustadz-ustadz yang lain) yang juga terang-terangan menyatakan dukungannya kepada pak Prabowo dan Sandiaga Uno.
Saya yang ilmu agamanya fakir ini lalu berpikir, mengapa para ulama-ulama sekaliber mereka terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu calon? Padahal di pemilu-pemilu sebelumnya mereka tidak pernah seperti ini? Ada apa gerangan sehingga para ulama memandang perlu mempertegas dukungannya? Apa yang salah dengan rezim ini sehingga para ulama akhirnya bergerak menyuarakan dukungannya?
Pandangan ulama tentulah berbeda dengan orang awam seperti kita. Mereka memohon petunjuk kepada Allah di setiap ibadah dan doa mereka. Mereka berdoa siang malam di setiap sujud-sujud panjang mereka. Ketika mereka akan memutuskan sesuatu, insya Allah keberkahan ada disana ☺.
Kalau para ulama sudah terang-terangan menyatakan dukungannya, kami para umat hanya bisa SAMI’NA WA A’TONA (Kami mendengar dan kami taat).
Bismillah, semoga Allah mengabulkan doa-doa kita semua untuk memiliki pemimpin yang adil dan amanah, juga mencintai dan dicintai ulama.
Ingat, pilihan kita boleh berbeda, namun persaudaraan tetap nomor satu, PRESIDEN nomor DUA 😊

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...