Monday, 4 June 2018

Kecupan Hangat Pertama

Masih teringat jelas dalam benak ini saat kecupan hangat pertama mendarat di pipi. Kala itu bibir ini terasa kelu, tak bisa bersuara. Maklum, kecupan hangat itu berbaur dengan efek melayang-layang yang mampu membuat sekujur tubuh ini lemas.
Eiittss..jangan ngeres dulu ðŸ˜‚
Itu pengalaman kecupan pertama Nafiz ke saya waktu di ruang bersalin sewaktu habis ngelahirin dia. Singkat, cepat, namun membekas hingga sekarang. Meski Nafiz kini sudah dalam dekapan dan bebas nyium dan dicium kapan saja, tapi kesan dan kenangan pertama itu selalu jadi pengalaman paling berharga.
Bagaimana tidak, di antara kesibukan para dokter dan bidan yang membantu persalinan, saya yang nyaris putus asa dan kehabisan tenaga habis mengejan brojolin dia nyaris pingsan, namun sayup-sayup terdengar suara tangisan bayi yang baru saja terlahir ke dunia. Hingga seorang bidan yang membantu proses persalinanku menghampiri saya yang nyaris tak berdaya. Ditangannya ada seorang bayi laki-laki yang masih biru dan belum memakai sehelai kainpun.
“Ibu, anaknya laki-laki yah,’ujarnya sambil mendekatkan sang bayi dan mengecupkan bibir mungil itu ke pipi saya. Sayapun membalas mencium pipi dan dahinya. Rasanya nyaman dan menyenangkan sekali. Harum khas bau bayi, lembut, dan hangat meski hanya berlangsung sekian detik sebelum Nafiz dibawa pergi untuk selanjutnya dibersihkan dan divaksin, kata perawat. Padahal saya bahkan belum lihat wajahnya dengan jelas. Ingin sekali berteriak minta diperlihatkan wajah anak saya lebih jelas atau agar memperlama waktu kebersamaanku dengan Nafiz, tapi bibir ini tak mampu bergerak. Alhamdulilah, sekarang saya puas dan bebas memandang dan mengecupnya kapan saja.

No comments:

Post a Comment

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...