Sunday, 17 November 2019

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad dengan Bung Karno, Al Qur’an dan pancasila. Menurutnya Bung Karno lebih berjasa di negeri ini daripada Rasulullah SAW, dan pancasila lebih baik dari Al Qur’an. Innalillah.
Hey..Buk, bolehkah saya bertanya?
Bukannya ingin bersu’uzdon, tapi sungguh saya mempertanyakan apa aqidah ibuk sekarang? Bukannya mau kepo sih, cuma saya beneran penasaran, benarkah ibuk seorang muslimah? ๐Ÿ˜ฑ
Buk’ kalau beneran ibuk muslimah, ENTAH APA YANG MERASUKI IBUK sampe bisa ngomong begitu buk’? Saya aja sebagai muslimah sedih loh buk dengernya, perih buk saat mendengar ibu dengan lantang bersuara menyamakan pancasila dengan Al Qur’an bahkan menganggapnya lebih rendah. Sakit hati ini mendengar ibuk membandingkan Nabi Muhammad dengan Bung Karno, Nabi Muhammad loh buk’ yang syafaatnya di Yaumul Akhir nanti sangat kita harapkan, dan apa ibuk gak berharap syafaat Nabi di akhirat kelak? Saya yakin bahkan bung Karno pun juga sangat mengharapkan syafaat Nabi.
Sungguh saya tidak bermaksud menghina Bung Karno, tak ada maksud hati merendahkan beliau, apalagi kita semua tahu kalau Bung Karno adalah orang yang berjasa untuk Indonesia, dan orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia melawan penjajah, namun sungguh perkataan Bu Sukma amat sangat menyakiti hati seluruh umat Islam.
Tidakkah ibuk tahu kalau Al Qur’an itu Kitab Suci Umat Islam? Al Qur’an itu langsung dari Allah buk’, Allah memberikan tuntunan hidup kita melalui Al Qur’an. Sedangkan Pancasila itu produk manusia buk’, membandingkan Al Qur’an dengan pancasila gak apple toh apple, bagaimana mungkin kita membandingkan Firman Allah yang mulia dengan produk buatan manusia? Akal manusia terbatas buk’, gak mungkin bisa menyamai ilmu Allah.
Bukankah Allah juga sudah pernah menantang manusia bahkan para jin untuk membuat semisal Al-Quran, walau hanya satu surat saja, namun sampai sekarang belum ada yang bisa menjawab tantangan ini, bahkan orang-orang pintar yang tidak percaya adanya Tuhan dengan hanya mengandalkan kepintaran mereka, juga tidak bisa menjawab tantangan Al-Quran sampai saat ini.
Ibuk tau gak tentang ini? Kalau belum tau nih saya kasih tau ayatnya;
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’รขn ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain (QS. Al Isra:88).
Jadi udah ngerti kan buk’ kalau menyamakan Al Qur’an dan Pancasila itu tidak sepantasnya, apalagi menganggap Pancasila lebih baik dari Al Qur’an, sungguh perbuatan yang benar benar menghina Umat Islam, menghina kitab suci kami. Belum lagi dengan menghina Nabi Muhammad dengan membandingkannya dengan Bung Karno. Kata Bang Rhoma, sungguh terlalu ๐Ÿ˜Œ.
Please buk’, jaga perasaan umat islam yang ibuk hina Nabi dan kitab sucinya.
Atau apa ibuk harus di ruqiah dulu agar bisa siuman dan insyaf biar gak ngehalu terus? ๐Ÿ˜‚.
The last, semoga saja aparat hukum bisa tegas menghadapi masalah ini, agar ke depan tidak ada lagi orang-orang yang berani menghina Umat Islam.
Note: Buat para orang tua, kuy anaknya dikenalkan sama Nabi dan shirah Nabawiyah sejak dini, agar kelak ia tidak merasa kalau ayahnya lebih berjasa daripada Rasulullah SAW๐Ÿ˜‚.

Sunday, 10 November 2019

Jilbab Bunda Di Kepala

Cerita Bunda Bersama Nafiz di Sore Hari:
Nafiz menghampiri bunda yang lagi masak di dapur sambil bilang “boa, endang” (baca:bola tendang), jadi ceritanya dia ingin ditemani nendang-nendang bola di halaman.
Karena bunda gak bergeming juga, si bocah lalu narik-narik tangan bunda sampai depan pintu. Belum sempat pintu dibuka, bocah itu masuk lagi ke dalam rumah, tak lama dia keluar sambil nentengin jilbab bunda. Dengan jilbab ditangannya, dia lalu berkata “nda, ilbab, pala” (mungkin maksudnya jilbab bunda di kepala).
Masya Allah, takjub!
Padahal saya gak pernah ngajarin kalau bundanya keluar rumah mesti pake jilbab, pun saya gak pernah ngasih tau letak jilbabnya dimana, ternyata anak ini merhatiin kalau bunda keluar dari pintu selangkahpun udah kudu pakai jilbab, dia juga merhatiin tempat bunda biasa simpan jilbab.
Ternyata benar, tanpa diajarpun anak gampang sekali niruin tingkah laku dan kebiasaan orang tuanya. Anak akan lebih mudah mengikuti perilaku daripada nasehat kita.
Makasih ya nak sholeh, udah mengingatkan bunda berjilbab. Meskipun sekarang Nafiz belum ngerti alasannya, setidaknya dia sudah tahu kebiasaan bundanya.
Akhirnya ini jadi alarm buat saya agar lebih bijak dan lebih berhati-hati lagi bersikap karena ada cctv cilik dirumah yang selalu mengintai dan ngikutin gerak gerik bunda ๐Ÿ˜

Monday, 4 November 2019

Suami Bukan Milik Istri, Ia Hanya Titipan Allah Yang Suatu Saat Akan Pergi

Saya bukan lagi ingin membahas postingan “Layangan Putus” yang lagi viral, bukan pula ingin mengomentari rumah tangga seseembak itu, saya hanya ingin mengambil hikmah dari postingan tersebut bahwa setiap orang pasti akan diuji oleh Allah. Ujiannya bermacam-macam, ada yang diuji dengan rumah tangga yang bermasalah, suami yang tidak setia, istri yang tidak patuh, anak-anak yang membangkang dan lain-lain.
Salah satu ujian yang banyak menimpa seorang istri adalah suami yang tidak setia, tidak bertanggung jawab atau KDRT yang mengakibatkan sebuah pernikahan harus kandas di tengah jalan. Ketika istri diuji dengan suami yang modelnya seperti itu, maka yang harus selalu kita ingat adalah pada kenyataannya suami yang kita miliki hanyalah sesuatu yang dititipkan, bukan milik kita sepenuhnya. Yang namanya titipan pasti suatu saat akan diambil atau pergi, entah dipisahkan karena kematian, atau karena perceraian. Dan yang namanya dititipi kita harus siap jika sewaktu-waktu suami diambil kembali oleh pemilik-Nya.
Setelah menikah, kita mungkin merasa bahwa suami sudah sah sehingga sudah menjadi milik kita sepenuhnya. Namun kenyataannya adalah kita hanya dipertemukan dan disatukan dalam mahligai suci pernikahan, pasangan kita tetap menjadi milik Allah sepenuhnya. Suatu saat nanti yang kita tidak pernah tahu itu kapan, Allah pasti akan mengambilnya kembali dari kita. Entah itu kembali keharibaan-Nya atau dititipkan lagi oleh-Nya kepada wanita lain yang membutuhkan cinta dan kasih sayangnya. Bisakah kita menolak dan membantah keputusan-Nya? Hati kita, hati suami kita, hati wanita itu semua berada dalam genggaman-Nya. Namun yang harus selalu kita tanamkan dalam hati adalah bahwa tidak ada satupun yang akan terjadi di dunia ini kecuali atas izin-Nya.
Saat ini mungkin pasangan atau suami kita sedang bersama kita, tapi jika suatu hari nanti dia pergi dengan yang lain? Atau pergi untuk selama-lamanya? Bisa jadi itu adalah cara Allah menguji kita.
Tidak ada yang bisa menjamin suami kita akan terus setia pada kita. Mau dibuntutin pake GPS, mau tiap saat dicek hpnya, mau didatengin ke kantor atau kemanapun. Ataupun segala cara dan upaya dilakukan supaya bisa memantau suami, tetap tidak akan bisa! Bahkan jika suami mau kita rantai dan diawasi 24 jam agar tidak lepas dari pengawasan kita pun, kalau hatinya memang mau mendua yah pasti bakalan selingkuh juga.
Bersiap menikah berarti bersiap juga menghadapi kemungkinan setelah pernikahan seperti siap dimadu, siap untuk ditinggal mati, siap menderita, siap menjadi sahabat, siap menjadi partner dalam suka maupun duka, siap segalanya bahkan siap dicerai.
SUAMI BUKAN MILIK KITA! CATET !
Yang bisa kita lakukan hanyalah menjaga diri kita. Jaga diri kita supaya berbakti sebaik-baiknya. Jaga diri kita supaya senantiasa taat pada Allah. Maka Allahlah sebaik-baiknya penjaga. Supaya Allah senantiasa menyayangi suami kita sehingga Allah akan mudahkan suami kita taat pada Allah.
Allah yang akan menjaga mata, hati, lisan, dan perbuatan suami kita. Kita tidak bisa mengontrol apa saja yang suami kita pandang, apa saja yang suami kita rasakan. Apa saja yang suami perbuat. Tapi kita bisa mempercayakan semua itu pada Allah.
Kalaupun ternyata nantinya suami melakukan hal-hal yang melanggar dan dibenci Allah, pun setelah semua usaha mempertahankan rumah tangga telah kita lakukan, Sungguh Allah lebih tahu yang terbaik bagi setiap hambaNya. Mungkin Allah ingin menjadikan suami sebagai ujian yang membuat kita naik kelas jika kita ikhlas dan sabar. Karena bisa jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik untuk kita, dan terkadang kita menyukai sesuatu yang buruk untuk kita. Karena itu tetaplah terus berbaik sangka sama Allah.
Lalu saya teringat kisah Asiyah istri Firaun, bahwa untuk masuk surga syaratnya tidak harus punya suami yang sholeh. Maka bersyukurlah jika kita dikaruniai suami yang baik lagi sholeh. Artinya harus makin taat pada Allah. Kebalikan dari kisah Asiyah istri Fir’aun, kisah Nabi Luth dan Nabi Nuh juga menjadi pelajaran bahwa suami yang sholehpun tidak akan bisa mengajak istrinya ke syurga jika istrinya tidak taat dan membangkang perintah Allah.
Untuk para istri yang sedang diuji Allah dengan suami yang tidak setia atau tidak bertanggung jawab sehingga harus bercerai, bersabarlah dan ikhlaskan. Lepaskan jika menggengam lebih menyakitkan. Lepaskan jika mempertahankan lebih banyak mudharatnya buat kita. Perceraian memang dibenci Allah, namun bertahan dalam pernikahan yang semakin mendzholimi diri juga bukan tidakan yang baik. Bukankah Allah juga melarang kita untuk mendzolimi diri?
Yakinlah bahwa ini adalah ketentuan-Nya yang terbaik bagi kita. Yaa..ini adalah ujian. Ujian untuk istri yang harus rela dicerai suami, ujian untuk anak yang harus kehilangan sosok ayah. Tetaplah kuat dan tegar, tetaplah waras demi anak-anak. Memang keadaan tidak lagi mudah karena kehilangan separuh hati seperti layangan putus, ditambah lagi perjuangan sebagai single fighter yang membuat hidup jadi semakin berat. Namun kita bisa mengandalkan Allah sebagai Sang Pemberi Rezki ketika ayah anak-anak memilih tidak peduli dan tidak bertanggung jawab akan nafkah anaknya selepas perceraian. Namun percayalah! Lelahmu, usahamu, perihmu, air matamu akan diganjar pahala oleh Allah, akan ada kebahagiaan yang menantimu selepas derita yang kau rasakan.
Percayalah, wanita itu kuat dan tegar, kita bisa kok kuat meskipun tanpa pasangan. Meskipun sulit, namun kita tidak boleh terlalu lama meratapi keadaan. Tetap bangkit dan berjuang demi masa depan anak-anak. Jalan masih panjang. Kita bisa dan berhak bahagia meskipun tanpa pasangan. Yakinlah kita bisa berusaha dan berdiri dengan kaki sendiri untuk anak-anak meskipun diluar sana banyak cacian, makian, hujatan dan lain-lain. Kita harus bahagia sebagai wanita, karena kita tumpuan masa depan anak-anak kita.
Semangat buat Para Single Fighter yang tengah berjuang demi masa depan anak-anaknya. Semoga Allah selalu membersamai perjuangan kalian. I Feel You ๐Ÿ˜ข

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...