Monday, 2 September 2019

BPJS...Oh...BPJS

Dua hari ini timelineku penuh dengan berita kenaikan iuran BPJS per tanggal 1 September 2019. Bahkan gak tanggung-tanggung naiknya langsung 100% gaes, Innalillah.
Sayapun jadi tertarik membahas issue yang lagi aptudet ini, yaa..anggaplah suara hati rakyat jelata yang lagi perhatian sama negerinya. Please jangan dicoment saya kok protes tapi masih mampu beli kuota buat internetan yah gaes? Saya hanya ingin menyampaikan uneg-uneg sebagai rakyat jelata muehehe
Sebagai peserta BPJS juga, saya miris bin kaget juga mendengar berita ini. Meskipun saya tidak ikut merasakan kebijakan baru ini karena sebagai peserta penerima upah, BPJS saya dibayarkan perusahaan, jadi udah autocut 1% dari gaji bulanan, tapi keluarga juga banyak yang jadi peserta mandiri yang otomatis akan merasakan dampak kenaikannya. Baru kali ini kenaikannya paling tinggi, perasaan dulu gak gini-gini amat naiknya, ye kan?
Dalam hati cuma bisa berdoa semoga Allah mampukan kita semua untuk selalu bisa bayar iuran, bayar listrik, bayar air, bayar pajak dan bayar-bayar yang lain yang semakin hari semakin mencekik rakyat.
Yang membuat saya miris dan sedih adalah katanya kondisi keuangan BPJS defisit, etapi.. kok jajaran direksinya malah mendapatkan gaji dan bonus yang banyak? Pan saya yang hanya rakyat jelata jadi bertanya-tanya karena kondisinya kontradiksi sekali. Apalagi kita juga tau kalau BPJS punya banyak utang dan tunggakan-tunggakan pembayaran di rumah sakit dan klinik yang bekerjasama.
Dengan iuran yang lama saja saya yakin sudah banyak juga rakyat yang merasa berat, ini dinaikin 100%, pastinya akan sangat memberatkan mereka. Anggaplah 1 KK ada 4 orang, kalau mereka mengambil kelas 2 saja dengan iuran 110 ribu, totalnya sudah 440 ribu. Belum lagi kalau 1 KK anggota keluarganya lebih dari itu dan yang diambil kelas 1, biayanya pasti lebih membengkak. Mungkin untuk sebagian orang, ini nominal yang kecil, namun bagi orang kalangan bawah yang pendapatannya gak sampe UMP, itu jumlah yang sangat besar, belum lagi mereka juga harus bayar kebutuhan hidup yang lain.
Harusnya BPJS sebagai asuransi kesehatan milik pemerintah bisa menjangkau semua kalangan, sayangnya banyak yang dari kalangan bawah yang benar-benar tidak mampu. Jangankan untuk membayar iuran, untuk membiayai keluarga dan makan sehari-hari saja sudah susah. Kan kasian, ketika uang yang harusnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan harian, lauk pauk dan pendidikan anak harus habis hanya untuk membayar iuran BPJS!!!
Bahkan yang lebih menyedihkan lagi ketika tidak memiliki uang sama sekali, namun BPJS wajib dibayar, telat bayar didenda, gak mau ikut dipaksa ikut karena nanti gak dilayani di urusan-urusan publik. 

Miris!
Ya..sangat miris!
Membuat kebijakan dengan memberatkan rakyatnya sendiri.

Jadi, ini bukan perkara setuju atau tidak setuju BPJS naik ya gaes, karena pada dasarnya saya setuju dengan subsidi silang kalau yang sehat membantu yang sakit dengan iurannya, namun kepekaan pemerintah terhadap kondisi rakyatnya masih sangat kurang.
Terkadang sebagai rakyat kita hanya bisa pasrah kepada kebijakan para pemangku kebijakan. 
Yah..Kita berdoa saja semoga dengan naiknya iuran ini, sebanding juga dengan kualitas layanan BPJS nantinya, karena sekarang sakitpun belum tentu dapat pelayanan baik dari BPJS, seperti di desa tempatku sekarang pelayanan BPJS masih sangat memprihatinkan.

Entah Apa Yang Merasukimu Bu Sukma

Setelah membandingkan konde dengan cadar, suara kidung dengan azan, sekarang Bu Sukma kumat lagi dengan membandingkan Nabi Muhammad denga...