Tidak terasa sudah sebulan lebih saya mengemban status sebagai seorang ibu. Banyak hal yang berubah dan baru saya alami sejak saya menyandang predikat ini. Salah satu hal baru yang saya rasakan adalah pengalaman menyusui pertama kali. Awalnya saya pikir menyusui itu segampang kelihatannya, apalagi melihat kakak yang sebelumnya telah melalui proses ini dengan lancar-lancar saja, ternyata tidak semudah itu pemirsah, banyak drama yang saya lalui ketika menjalani proses ini haha.
Kata orang anak laki-laki lebih kuat menyusu dibandingkan anak perempuan, karena kebutuhan minumnya lebih banyak, begitupun dengan Nafiz. Sejak lahir hingga hari ini dia masih kuat menyusu, alhamdulilah ini salah satu hal yang saya syukuri mengingat berat badannya yang agak mungil saat lahir hanya 2,85 kg, setidaknya dengan menyusu yang sering bisa menaikkan berat badannya. Namun di satu sisi saya dilanda kekhawatiran karena ASI saya kurang begitu lancar dan saya masih belum tega jika harus memberinya sufor, disinilah saya mulai galau, ingin maksimal memberi nutrisi sama anak tapi di sisi lain dengan kebutuhan menyusu yang besar saya juga takut nafiz kekurangan gizi jika ASI saya kurang dan tidak dibantu sufor.
Pikiran udah kemana-mana aja. Apa ASI kurang banyak? Jadi Nafiz gak kenyang, atau dia sakit cuma gak ngerti sakit dimananya. Mau nyusuin terus juga kadang dia sampai gumoh kasian, nggak dikasih, dia nangis kejer dan takut kebutuhan nutrisinya gak terpenuhi. Gegara pikiran ASI kurang banyak inilah bikin ide ngasih tambahan sufor muncul dari orang terdekat terutama neneknya yang gak tegaan liat cucunya nangis-nangis. Huah! jadi cemas. Bukan apa, sejujurnya saya sangat menikmati momen mengASIhi karena rasanya intim banget, nyaman banget gitu liat ekspresinya Nafiz pas nyusu. Berasa bahagia banget. Saya takut nanti malah kalah sama sufor dan kehilangan moment ngASI, kecuali jika saya sudah kerja nanti mungkin beda lagi ceritanya.
Kata konsultan laktasi kalau ASI itu supply by demand, jadi diproduksi sesuai kebutuhan bayi dan ibu menyusui harus yakin kalau ASI nya bakalan cukup untuk si bayi. Semakin sering bayi nyusu, maka semakin banyak pula produksi ASInya. Sebenarnya saya sudah menerapkan ini, selalu positif thingking, malah saya selalu mensugesti pikiran dan membayangkan kalau ASI saya mengalir dengan lancar, namun tetap saja Nafiz masih sering nangis kalau nyusu, akhirnya saya stress duluan, khawatir kalau dia tidak puas dengan ASI yang keluar.
Ketika baca-baca dan sharing-sharing dengan temn banyak yang bilang kemungkinan Nafiz sedang GS atau growth spurth. GS atau percepatan pertumbuhan yang bikin anak pengen terus menyusu, dan memang biasanya terjadi pada bayi seusia Nafiz sih. Tapi tetap aja bikin worry.
Selain masalah ASI, saya juga sempat trauma dengan pengalaman lecet puting saat menyusui pertama kali. Putingku berdarah, bengkak, dan lecet, sampai saya harus meringis dan nangis-nangis dulu sebelum menyusui haha. Beneran loh saya bukannya lebay tapi beneran sakit sekali, belum lagi kalau Nafiz emosian kalau ASI saya sedikit, putingku di tarik-tariknya sampai serasa mau putus huhu..saya sampai ngakali dengan mempompa saja, namun saat dipompapun ASI sempat berwarna kemerahan karena bercampur darah akibat puting yang lecet tadi.
Namun karena ingin memberikan yang maksimal untuk si buah hati, meskipun banyak keluhan dan drama menyusui saya tetap menahan sakitnya dan tetap memberikan ASI. Meskipun ASI ku lebih banyak dipompa daripada menyusu langsung tak apalah, yang penting Nafiz masih konsumsi ASI. Alhamdulilah semakin seringnya menyusui lecet-lecet tadi hilang dengan sendirinya dan saya mulai menemukan kenyamanan. Saya sampai takjub dengan Allah yang menciptakan ASI yang juga bisa menjadi obat karena luka dan lecet tadi, karena sebelum nyusuin saya selalu mengoles ASI terlebih dahulu di sekitaran puting. Sempat dikasih resep cream Mustella sama dokter, namun waktu itu di apotik lagi kosong semua, jadi gak sempat beli, alhamdulilah meskipun tanpa obat lecet-lecet tadi hilang juga, sekarang tinggal belajar gimana pelekatan yang benar dan cara nyususin tidur, karena terus terang nyusuin sambil tidur ini menjadi PR besar buat saya karena saya belum mahir. Nafiz juga agak-agak kurang nyaman gitu, jadinya saya capek sendiri, tiap malam harus bangun duduk dulu kalau Nafiz rewel minta nyusu, padahal kan kalau bisa nyusu sambil tiduran enak, mata bisa langsung merem muehehe. Semoga beberapa hari kedepan udah mahir, minta doanya yah
Meskipun banyak drama dan keluhan yang saya alami selama proses menyusui, namun saya sangat menikmati saat-saat ini, karena merasa lebih dekat dengan anak saya saat menyusui, ikatan batin juga semakin kuat, dan saya juga bisa membisikkan kata-kata bijak dan kalimat-kalimat toyyibah ke Nafiz saat dia nyusu.
Jadi buat ibu-ibu yang mempunyai pengalaman yang hampir sama dengan saya jangan banyak mengeluh, mari dinikmati, jangan patah semangat! Ingat prinsip ASI dan tetap percaya diri bahwa ASI cukup. Bayangkan saat bahagia bersama baby ketika nanti dia beranjak lebih besar bisa jadi mood booster alami supaya tetap happy. Percayalah.. suatu saat nanti kita pasti akan merindukan saat-saat mengASIhi ini.
Jadi buat ibu-ibu yang mempunyai pengalaman yang hampir sama dengan saya jangan banyak mengeluh, mari dinikmati, jangan patah semangat! Ingat prinsip ASI dan tetap percaya diri bahwa ASI cukup. Bayangkan saat bahagia bersama baby ketika nanti dia beranjak lebih besar bisa jadi mood booster alami supaya tetap happy. Percayalah.. suatu saat nanti kita pasti akan merindukan saat-saat mengASIhi ini.
Semangat mengASIhi 
No comments:
Post a Comment