1. Latar Belakang
Nabi berkata “Menikah adalah sunahku”. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunahku, ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah, karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian dihadapan seluruh umat. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, menikahlah! Dan, barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya dari berbagai syahwat (HR. Ibnu Majah)
Melihat hadits diatas, jadi jelas kan kalau anjuran menikah itu adalah wajib hukumnya bagi orang-orang yang sudah mampu. Bahkan nabi dengan tegas mengatakan “Hey, kalau kalian punya kemampuan tapi sengaja tidak mengikuti sunnahku (menikah), maka kalian bukan termasuk golonganku. Nah loh, siapa diantara kita yang tidak ingin diakui nabi sebagai umatnya? Pastinya kita semua ingin kan sahabat? Karena itu harusnya muslim/muslimah lajang setidaknya mengupayakan nikah segera, apalagi jika sudah mampu, jangan ditunda-tunda yah! Karena menikah itu adalah menapak dijalan sunnah. Dengan menikah kita akan menemukan surga dunia sebelum surga akhirat. Baiti Jannati, saya yakin kita semua sepakat kalau mencintai pasangan yang telah halal adalah kenikmatan yang tiada bandingannya. Bayangkan kalau kita mengikuti Rasulullah, maka cinta yang kita berikan akan memberikan pengorbanan yang indah. Karena cinta memang sanggup mengubah kita menjadi orang yang senang melakukan pengorbanan, apalagi berkorban untuk orang yang kita cintai. Cintalah yang menggerakkan ruh untuk membuat pasangan kita bahagia. Dalam jejak-jejak waktu yang akan kita arungi berdua dengan pasangan, kita mencintainya, menyayanginya, bahkan kita rela melakukan apa saja yang mampu membuat pasangan kita bahagia. Sang istri rela sepanjang hidupnya melayani dengan tulus dan berkorban untuk suaminya. Meski penat menyapa masih menyunggingkan senyum ketaatannya. Sang suami rela sepanjang hidupnya bekerja mati-matian banting tulang, pontang panting memeras keringat agar kebutuhan keluarganya tercukupi dan tanpa kurang suatu apapun. Adakah yang lebih indah dari kisah pengorbanan tersebut? Karena menikah adalah meneladani sunah Rasulullah. Dengan mengikuti apa yang menjadi sunnah beliau, kehidupan kita in syaa Allah akan penuh cinta dan kasih sayang. Kebaikan yang ada pada diri dan keluarga kita akan terus dan terus bertambah.
2. Persiapan Menuju Pernikahan
Sepenting apa sih mempersiapkan bekal sebelum melangkah ke jenjang pernikahan? Apa iya kalau kita tidak mempersiapkan bekal rumah tangga bakalan tidak langgeng nantinya? Kan persiapan itu bukan jaminan rumah tangga bakalan adem ayem dan tidak dilanda prahara nantinya?
Mungkin memang benar kalau persiapan yang kita lakukan bukan jaminan kelanggenan rumah tangga nantinya, tapi setidaknya dengan adanya persiapan kita bisa memprediksi dan mengantisipasi persoalan yang bakalan terjadi setelah membina rumah tangga nantinya. Pasti beda dong nilainya siswa yang mengikuti ujian dengan belajar dan siswa yang tidak siap bertarung melawan soal-soal ujian kan? Nah, begitupun dengan pernikahan. Kalau perlu kita buat proposal nikah agar persiapan kita lebih matang. Yah..mungkin istilah ini masih terkesan ribet dan formal, karena banyak yang belum terbiasa. Tapi, percaya deh, proposal nikah gak seribet yang dikira kok, buatlah proposal nikah sesederhana mungkin tapi usahakan kaya akan makna.
Sebagaimana kita ketahui, proposal berasal dari kata “propose” yang artinya ajakan. Jadi, dengan membuat proposal kita bermasud mengajak sesorang untuk berlayar mengarungi gelombang kehidupan bersama. Nah, bila proposal nikah adalah ajakan untuk berlayar, kira-kira adakah yang mau diajak berlayar agar karam ditengah laut? Atau mengajak berlayar untuk sekedar diam ditengah laut, terombang ambing ombak, tanpa tahu pulau tujuannya? Kan tidak banget dong yah jika kita berlayar tanpa arah. Dengan adanya “pulau yang dituju”, tentu rute kesana menjadi lebih jelas kan? Misalnya nih, kita ingin menjadikan “Ingin membangun generasi Rabbani yang mencintai Qur’an” sebagai pulaunya, maka tentu sudah bisa terbayang “rute”nya seperti apa. Simpelnya, untuk event resepsi pernikahan saja yang diadakan satu hari, tentunya perlu proposal yang diberikan kepada event organiser agar eventnya berjalan dengan lancar. Proposal yang berisi susunan panitia, konsep acara, dan anggaran pasti dipegang ketua penyelenggara, tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar resepsinya berjalan mulus. Betul? Nah..resepsi yang satu hari saja digarap begitu serius dengan adanya proposal, bagaimana dengan kehidupan pernikahan yang akan kita jalankan? Pastinya jauh lebih penting dong daripada sekedar resepsi yang hanya terjadi satu hari? Dengan adanya propoposal kita jadi bisa membayangkan bagaimana kehidupan pernikahan yang akan kita jalankan nantinya. Jadi isilah proposal kita dengan jujur,asli, dan tidak direkayasa. Bisa saja sih, nikah tidak perlu pusing mikirin hal-hal ini, tapi nanti bakalan kerasa deh setelah dijalani. Menikah tanpa memikirkan hal-hal detail dan esensial dan menikah dengan sebelumnya telah mendesain hal-hal tersebut akan terasa jauh banget bedanya, karena menikah haruslah mempersiapkan kemampuan dan memperturutkan kemampuan
3. Cek Niat! Sudah Benarkah?
Semua ibadah yang kita lakukan berawal dari niat kan sahabat? Bahkan segala hal yang dilakukanpun dinilai dari niatnya. Meskipun niat ini terkadang hanya kita dan Tuhan yang tahu, banyak orang yang menyepelekan dan terkesan mengacuhkan, dan banyak pula yang masih belum tahu dan belum mencek dan ricek niatnya sebelum melakukan pekerjaan tertentu, termasuk menikah.
Ketika kita ditanya “ Niatmu menikah apa sih?”. Mungkin pertanyaan yang paling dominan dijawab adalah “Melaksanakan sunah rasul”, “Menyempurnakan setengah agama”,”Melestarikan keturunan”, dan masih banyak lagi versi lainnya. Jawaban-jawaban tersebut adalah jawaban yang umum, bahkan terkesan klise. Namun, sadarkah kita bahwa ternyata tanpa kita sadari banyak dari kita yang niatnya sudah melenceng dari yang seharusnya. Buat yang belum menikah coba resapi betul-betul niat yang muncul dari dalam hati.
Yakinkah kita kalau niat kita menikah karena benar-benar ingin menyempurnakan setengah agama? Bukan karena kita sudah terlalu bosan dengan kehidupan? Bosan dengan kesendirian yang berkepanjangan? Atau tidakkah karena “panas” terhasut euforia menikah? Karena terlalu banyak kompor diluar sana yang sering bertanya “Kapan Nikah” sehingga kita menjadikan hal tersebut sebagai beban? Atau jangan-jangan niat kita menikah hanya karena “iri” dengan teman-teman yang terlebih dulu menikah? Teman seangkatan yang bahkan bukan lagi mengirim undangan pernikahan, tapi sudah banyak yang malah mengirim undangan akikah anak kesekian, sehingga kita juga ingin membuktikan bahwa “ saya juga bisa menikah kok”. Nah kan, ternyata banyak sekali niat yang salah tanpa kita sadari.
Saat keputusan menikah sudah kita ambil, ayo cek lagi niat kita! Jangan sampai semuanya hanya kedok dan topeng yang menyamarkan niat kita? Yuk, luruskan lagi niat kita agar tidak ada topeng-topeng itu. Jernihkan kembali niatnya, kalau perlu mohon sama Allah agar membantu kita menjernihkannya, agar Dia semakin memantaskan diri kita untuk melangkah ke gerbang pernikahan. Amin.
4. Mengurai Penghambat Pernikahan
Seringkali orang bertanya kepada kita? “ Tunggu apalagi, kok belum nikah juga?”. Nah kebanyakan orang yang mendapat pertanyaan demikian akan nyerocos panjang lebar mengemukakan alasan ini itu sebagai penghambat pernikahannya. Ada beberapa alasan yang paling mendominasi yaitu;
- Restu orangtua
Restu orangtua sangatlah penting, karena Ridha Allah tergantung dari ridha orangtua. Orang yang berbakti kepada orangtuanya akan lebih mudah dikabulkan doanya. Begitupun murka Allah terletak pada murka orang tua. Karena itu sebelum menikah kita harus sudah dapat restu yah sahabat. Kalau masih ada yang calonnya belum direstuin, ayo komunikasi lagi dan yakinkan orang tua. In syaa Allah dengan tekad yang kuat pasti mereka menilai usaha kita dan akhirnya memberikan restunya.
- Kemapanan
Haruskah kita nunggu mapan dulu baru menikah? Yuk, kita coba itung-itungan dulu, kalau nunggu mapan dulu seperti apa. Mungkin secara harfiah mapan mengandung banyak versi, dan versi kebanyakan orang mapan itu adalah yang punya rumah dulu, punya mobil dulu, dan punya macam-macam dulu. Hey, kalau kita nunggu itu semua tercapai, kita mau nikah diumur berapa? Tak percayakah kita kepada janji Allah? Kalau yang miskin Dia akan mampukan? Karena itu kita janganlah terlalu berpatokan dengan materi, bisa-bisa kita selamanya sendirian. Murni hanya gara-gara kita tidak percaya janjinya. Ah..tak usahlah beranggapan kita tak punya uang, Ini bukan soal kita yang tak punya uang, tapi soal kita yang tak punya keyakinan sehingga iman kita kelelep dan tertimbun di balik kemapanan.
- Adat istiadat
Adat istiadat adalah penghambat nikah yang paling banyak dikeluhkan orang. Ada yang bilang tidak boleh menikah dengan suku ini atau suku itu. Menikah harus satu suku dan budaya. Belum lagi adat yang mengharuskan laki-laki memberikan sejumlah uang ke pihak wanita sebagai uang seserahan, dan tidak jarang yang dimintapun jumlahnya lumayan besar, sehingga banyak lelaki yang akhirnya memutuskan mundur. Padahal adat bukanlah salah satu rukun nikah. Dan terlebih lagi hanya lebih ke gengsi. Gengsi jika nikah sederhana, gengsi jika maharnya sedikit, gengsi jika tidak mengundang ribuan tamu, akhirnya demi mengikuti adat tak jarang banyak yang berutang kiri kanan, akhirnya nikah yang seharusnya bahagia akhirnya jadi penyebab stres karena mikirin ngutang. So,that's way tidak usahlah kita terlalu mementingkan adat yang penting rukun sama syarat nikahnya bisa terpenuhi, karena itulah yang merupakan syarat sahnya pernikahan.
- Trauma Masa Lalu
Memiliki masa lalu yang kelam memang wajar menjadikan kita trauma untuk melangkah. Saya yakin setiap orang memiliki masa lalu. Namun, menjadikan masa lalu sebagai batu hambatan yang tak kunjung berkesudahan dan membuat kita tidak bisa move on. Nah..ini yang salah. Karena dampak trauma masa lalu akan mempengaruhi masa depan kita. Akhirnya timbul siklus yang mungkin akan berulang apalagi jika masa lalu itu tak termaafkan, tak tersembuhkan, hanya dipendam dan dikubur tanpa adanya "penerimaan".
- Jodoh.
Hmm..Jodoh? Alasan inilah yang paling mendominasi jika para lajang ditanya asalannya belum menikah. "Belum bertemu jodohnya". Eiits,belum bertemu atau memang belum ikhtiar nih? Jodoh itu bukan hanya ditunggu yah say, tapi harus juga diikhtiarkan dan dijemput. Bagaimana cara menjemput jodoh yang benar? Yah, dengan berusah terus menerus meningkatkan kualitas diri, menata hati, memoles akhlak, Karena janji Allah itu pasti, jodoh adalah cerminan diri kita. Jadi, kalau kamu lagi memperbaiki diri in syaa Allah juga jodohmu melakukan hal yang sama. Jadi "Keep Positive Thinking" to Allah. Dia tahu kapan waktu terbaik untuk mendatangkan jodoh buat kita. Kuncinya, jangan lelah berharap dan berikhtiar.
Nah, setelah mengetahui beberapa penghambat nikah diatas, pastinya bisa dong yah menemukan solusi yang akan kita lakukan agar dapat meminimalisir dan memangkas masalah-masalah tersebut agar kita bisa segera melangkah menyempurnakan Dien. Semoga kita semua segera mendapatkan jodoh impian yang kan menikahi karena iman. Amien.
Nah, setelah mengetahui beberapa penghambat nikah diatas, pastinya bisa dong yah menemukan solusi yang akan kita lakukan agar dapat meminimalisir dan memangkas masalah-masalah tersebut agar kita bisa segera melangkah menyempurnakan Dien. Semoga kita semua segera mendapatkan jodoh impian yang kan menikahi karena iman. Amien.